BAB 4. MENGUBAH PENAMPILAN

"Apa masih ada jadwal meeting hari ini?" Tanya Gerald pada sekertaris nya.

Wanita muda yang berprofesi sebagai sekertaris itu membuka buku agendanya, "Sudah tidak ada, Pak." Jawabnya.

"Baiklah, kalau begitu saya pergi dulu dan jika ada yang harus saya tanda tangani tunggu besok saja." Ucap Gerald seraya berdiri dari kursi kebesarannya.

Sekertaris Gerald itu mengangguk, kemudian mengikuti langkah atasannya keluar dari ruangan.

Hari ini Gerald kembali mendatangi Pelangi, ingin mengajak wanita itu untuk jalan-jalan keluar agar tidak stres terkurung didalam apartemen.

Sesampainya di apartemen, Gerald langsung masuk mencari keberadaan Pelangi.

Melihat kedatangan Gerald yang sudah seperti jelangkung tak membuat Pelangi heran lagi, karena Gerald adalah pemilik apartemen ini.

Gerald langsung saja mendudukkan tubuhnya di samping Pelangi yang sedang menonton TV di ruang tengah.

"Jangan bilang kesini karena mau numpang makan lagi?" Pelangi melirik sambil tersenyum.

"Hem, sebenarnya aku terbayang-bayang dengan masakanmu, tapi berhubung aku sudah makan tadi dengan klien jadi nanti saja saat aku merasa lapar lagi." Gerald pun tersenyum.

Sesaat suasana menjadi hening, tatapan keduanya fokus pada layar televisi yang menampilkan sebuah drama Korea.

Namun, tak lama kemudian Gerald langsung menutup wajah dengan kedua telapak tangannya saat tiba-tiba saja adegan berciuman terpampang di layar televisi. Pelangi pun langsung mematikan televisi menggunakan remote ditangannya.

"Astaga, mataku tercemar." Meski pernah menjalin hubungan dan hampir bertunangan, namun tidak sekalipun Gerald pernah melakukan hal tersebut. Bahkan dulu Silvi sering menggodanya, namun ia tidak pernah tergoyahkan meski hanya sekedar berciuman saja.

"Sudah aku matikan televisi nya." Ucap Pelangi.

Gerald pun menjauhkan telapak tangannya. Ia bernafas lega karena melihat televisi telah mati. Meski tidak pernah berciuman, namun sebagai pria normal ia tidak bisa menjamin dirinya sendiri. Terlebih saat ini hanya berdua saja dengan Pelangi. Siapa yang akan mencegahnya?

Gerald pun mengutarakan niat kedatangannya hari ini yang ingin mengajak pelangi pergi jalan-jalan.

Awalnya Pelangi menolak karena benar-benar merasa tidak enak pada Gerald yang sudah begitu baik padanya. Namun, karena terus di paksa akhirnya Pelangi pun menyetujui ajakan Gerald.

Setelah berganti pakaian, Pelangi dan Gerald pun meninggalkan apartemen.

.

.

.

Pelangi merasa minder jalan bersama Gerald di sebuah pusat perbelanjaan elite, tidak tahu kenapa rasanya berbeda saja. Padahal tempat seperti ini sudah biasa ia datangi. Setelah tidak memiliki apapun lagi, Pelangi merasa dirinya bagaikan langit dan bumi dengan Gerald.

"Kita ke lantai atas yuk." Ajak Gerald.

Pelangi hanya mengangguk. Mereka berdua pun menaiki eskalator menuju lantai atas.

Pelangi mengedarkan pandangan diantara keramaian orang-orang yang hilir mudik, banyak sepasang muda-mudi yang nampak mesra. Tanpa sadar Pelangi tersenyum. Kemudian ia mengalihkan pandangannya ke arah lain, senyumnya seketika sirna saat tatapannya tertuju pada dua orang yang telah mengkhianati dirinya. Yah, Devano dan Silvi.

Pelangi mengusap dada, hatinya perih sekali melihat sepasang pengkhianat itu bergandengan dengan mesranya. Sementara dirinya dalam keterpurukan.

"Hei, kau sedang melihat apa?" Tanya Gerald yang melihat tatapan Pelangi lurus pada satu arah tanpa berkedip.

Pelangi menunjuk kearah Devano dan Silvi.

Gerald pun mengikuti arah tunjuk Pelangi, ia tersenyum sinis melihat mantan kekasihnya bergandengan dengan laki-laki yang dulu ia tangkap basah bersama Silvi di apartemen. Laki-laki yang sama dengan laki-laki yang telah mengkhianati Pelangi.

'Pasangan yang cocok, sama-sama pengkhianat!' Gumam Gerald dalam hati.

"Sudah, tidak usah dilihat biarkan saja mereka. Nanti juga akan kena karmanya." Ucap Gerald berusaha menguatkan Pelangi, bertepatan dengan mereka telah sampai di lantai yang dituju.

Gerald menggenggam tangan Pelangi, mengajak wanita itu kembali turun. Ia ingin mengajak Pelangi pergi ke suatu tempat.

"Gerald, kita mau kemana lagi?" Tanya Pelangi.

Namun, Gerald tak menjawab. Ia terus menarik tangan Pelangi hingga sampai dimana mobilnya terparkir.

"Ayo masuk." Ucap Gerald setelah membuka pintu mobil untuk Pelangi.

"Kita mau kemana?" Tanya Pelangi lagi.

"Masuk saja, nanti kau juga akan tahu." Jawab Gerald.

Setelah Pelangi masuk ke mobil, Gerald pun bergegas masuk dan segera melajukan mobilnya.

Sepanjang jalan, Pelangi menatap kearah jalanan disampingnya. Tidak tahu kemana lagi Gerald akan membawanya. Hingga tak lama kemudian, mobil Gerald pun berhenti didepan salon kecantikan yang sangat terkenal di ibukota.

Pelangi tercengang, ia menoleh menatap Gerald yang tengah melepas sabuk pengamannya.

Sebelum Pelangi bertanya, Gerald sudah berucap duluan.

"Kau pasti ingin bertanya kan untuk apa kita kesini? Yang pastinya bukan untuk aku." Gerald terkekeh, "Ayo turun." Ajak nya.

Namun Pelangi hanya diam saja seolah tak mendengar ucapan Gerald.

Laki-laki itupun turun dari mobil, ia membuka pintu disamping Pelangi dan menarik tangan wanita itu untuk turun.

Mengingat bagaimana baiknya Gerald selama dua hari kenal, Pelangi tahu apa tujuan Gerald membawanya ke salon kecantikan ini. Dan tidak ingin semakin berhutang banyak iapun berusaha menolak untuk masuk dan mengajak Gerald untuk pulang saja.

"Kita sudah berada disini, jadi kita tidak akan pulang sebelum kau di sulap menjadi Cinderella."

Sebelum Pelangi kembali menolak, Gerald sudah lebih dulu menarik tangannya masuk kedalam salon kecantikan itu.

"Mbak, tolong dandani teman saya ini, ubah penampilannya jadi lebih cantik. Pokoknya saya mau yang terbaik dari salon ini." Ucap Gerald pada Beautician, seorang wanita yang profesi dalam layanan kecantikan mulai dari perawatan rambut, kuku, makeup hingga kulit.

Pelangi ternganga, seumur hidup ia tidak pernah berdandan yang berlebihan, hanya ala kadarnya saja sekedar menabur bedak di wajah dan memakai pelembab bibir. Dan sekarang Gerald menginginkannya untuk mengubah penampilannya.

"Baik, Pak. Salon Kami akan memberikan yang terbaik. Dalam tiga puluh menit Bapak akan pangling dengan penampilan Mbak ini."

Menatap penampilan Pelangi dari ujung kaki hingga ujung kepala, lalu mengajaknya ke sebuah ruangan. Sesekali Pelangi menoleh kearah Gerald seolah meminta untuk dibebaskan, namun laki-laki itu malah melambaikan tangan dan tersenyum padanya.

Di dalam ruangan yang dipenuhi dengan berbagai macam peralatan make up, Pelangi duduk disebuah kursi dengan jantung yang berdebar. Meski anak orang kaya, namun ini adalah pertama kalinya ia berada ditempat seperti ini.

Pelangi memejamkan mata ketika Beautician tersebut telah memulai pekerjaannya. Pelangi menggerutu dalam hati, rasanya sudah lama sekali namun ia belum juga selesai didandani, hampir saja ia tertidur.

"Selesai."

Mendengar itu pelangi segera beranjak dari tempat duduknya hendak keluar, namun langkahnya di tahan.

"Tunggu dulu, Mbak. Pakaiannya juga harus di ganti."

Pelangi mendengus kesal, sempat ia berdebat tidak ingin berganti pakaian. Namun, wanita yang mendandaninya itu tak menghiraukan, ia keluar dari ruangan dan tak lama kemudian kembali dengan membawa sebuah dress berwarna kombinasi.

Kedua mata Pelangi melotot menatap dress itu, jika dilihat panjangnya hanya selutut. Oh my god, Pelangi tidak bisa membayangkan jika ia mengenakan gaun itu, yang biasanya ia selalu memakai celana bahan panjang dan juga blazer.

Mau tidak mau, akhirnya Pelangi pun memakai dress itu, ia tidak mau membuat kecewa Gerald yang telah membawanya ke tempat ini.

Menatap dirinya di pantulan cermin, Pelangi hampir tak mengenali dirinya. Ia beberapa kali memutar tubuhnya didepan cermin membuat wanita yang mendandaninya itu tersenyum senang.

Di luar, Gerald menunggu sambil memainkan ponselnya, sesekali ia melirik kearah ruangan dimana Pelangi sedang di dandani.

Tak lama kemudian, Gerald dengan cepat beranjak dari tempat duduknya melihat pintu ruangan itu terbuka.

Pelangi keluar dengan penampilan yang sangat berbeda dari sebelumnya, Gerald sendiri hampir tak mengenali Pelangi. Di tatapnya wanita itu dari ujung kaki hingga ujung kepala.

So pretty, kalimat itu terlontar begitu saja dari bibir Gerald.

Terpopuler

Comments

Yunerty Blessa

Yunerty Blessa

best kan kalo ada visual nya

2024-02-16

0

Ita Sinta

Ita Sinta

andaikan🤔

2023-08-01

1

Danial Danish Ahmad

Danial Danish Ahmad

.

2023-07-01

1

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 54 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!