Uang

Malam itu Nyonya Indri mendekati putranya yang tengah bercengkerama hangat bersama istrinya.

"Robert, maaf kan mama jika dulu mama pernah menolak kehadiran Nayla. Nyatanya sekarang kamu tampak bahagia dengan rumah tangga kamu." ungkap Nyonya Indri.

"Iya Ma, nggak apa apa. Robert juga berterima kasih banget sama Mama, karena pada akhirnya Mama mau menerima istriku." jawab Robert sambil merangkul pundak Nayla.

"Iya, tapi apa istri kamu sudah benar benar bisa memaafkan mama?" tanya Nyonya Indri.

"Mama tanyakan saja langsung ke orangnya, kalau aku sih yakin istriku ini adalah wanita berhati mulia. Kamu pasti maafin Mama kan sayang?" tanya Robert kepada istrinya.

Nayla hanya mengangguk sambil tersenyum, lalu Nyonya Indri pun membalas dengan senyum juga. Senyum yang nampak hangat di mata Robert, namun senyum itu nampak penuh kepalsuan di mata Nayla.

"Robert, kamu harus memberi nafkah lahir dan batin yang cukup kepada istri kamu. Uang belanja yang kamu kasih itu harus kamu lebihi, jangan perhitungan sama istri biar rejeki kamu mengalir deras." Petuah dari Nyonya Indri membuat Robert terharu. Akan tetapi Nayla justru semakin merasa khawatir karena dia tidak tahu hal apa lagi yang akan di rencanakan oleh mertuanya.

Obrolan hangat malam itu antara Nyonya Indri dengan Robert serta Nayla sama sekali tidak menampakkan adanya luka dan drama di balik semuanya. Seolah olah hubungan mereka sangat harmonis, padahal jika Robert tahu apa yang terjadi jika dirinya sedang pergi ke kantor? Robert pasti akan sangat marah kepada mamanya.

Keesokkan pagi setelah Robert berangkat kerja, seperti biasa Nayla mengerjakan tugas yang sudah terdaftar di list hariannya. Tapi ketika dia baru saja hendak mengambil alat pel, sang mertua memanggilnya.

"Heh, sini kamu!" panggil Nyonya Indri sambil melipat kedua tangan di dada.

"Iya Ma," jawab Nayla sembari berlari kecil mendekat ke arah mertuanya.

"Apa Robert semalam ngasih uang sama kamu?" tanya Nyonya Indri.

"I_i_ya Ma," jawab Nayla dengan menundukkan kepala.

"Cepat bawa sini semua uangnya!" titah Nyonya Indri dengan nada yang kasar.

Nayla terdiam, dia sedikit ragu untuk mengambil semua uang dan memberikannya kepada ibu mertuanya.

"Kenapa diam? Mana uangnya? Awas kalau kamu sampai berani menyembunyikan uang dari Robert! Nanti malam Mama akan tanya pada Robert berapa jumlah uang yang sudah dia berikan sama kamu!"

Karena merasa tertekan, Nayla akhirnya memberikan semua uang pemberian dari Robert yang nilainya tiga kali lipat dari biasanya. Dengan sangat tangkas Nyonya Indri merebut uang itu dari tangan menantunya.

"Tapi Ma," ucap Nayla ragu.

"Tapi apa?" tanya Nyonya Indri dengan kasar.

"Tapi kata suamiku uang ini sebagian buat di tabung Ma," jawab Nayla dengan raut wajah panik.

"Itu bukan urusan saya. Itu urusan kamu! Ya sudah, cepat kerja sana!" bentak Nyonya Indri dengan nada suara yang sangat keras.Nayla menahan sesak di dada kemudian berlalu dari hadapan mertuanya.

Dua bulan sudah Nayla menjalani rumah tangganya, dan keadaannya tidak ada perubahan. Dia tetap mendapat perlakuan layaknya seorang pembantu dadi mertuanya ketika suaminya bekerja.

Suatu sore Nyonya Indri mendekati putranya dan mengajaknya berbicara.

"Robert, maaf sebelumnya jika Mama kamu anggap ikut campur. Tapi sebagai suami, kamu harus tau apakah istri kamu adalah tipe perempuan boros atau hemat. Jadi, cobalah kamu bertanya apakah dia punya tabungan dari uang yang sudah kamu berikan? Jangan di minta, kamu hanya perlu bertanya saja." ucap Nyonya Indri kepada putranya.

Setelah sempat sejenak memikirkan ucapan mamanya, Robert pun akhirnya menyetujuinya. Tak berselang lama, Robert pun memanggil istrinya yang tengah beristirahat di kamar.

"Sayang, ada yang ingin aku tanyakan soal uang." ucap Robert.

"U_u_uang?" Nayla mulai panik saat suaminya berkata soal uang.

"Iya, aku cuma ingin tahu, ada berapa uang yang kamu tabung?" tanya Robert.

Wajah Nayla mendadak pucat mendengar pertanyaan suaminya, sementara bisa di lihat mertuanya sedang tersenyum nyinyir melihat dirinya. Sesuatu yang di takutkan Nayla pun terjadi karena dari awal dia curiga bahwa mertuanya punya rencana kejam lagi.

"Nayla, kamu kenapa? Jawab aja, nggak usah takut. Sisa berapapun nggak apa apa kok. Aku nggak marah." tukas Robert.

"Iya Nayla, jangan takut. Katakan saja ada berapa tabungan kamu dari sisa uang belanja yang di berikan oleh Robert?" Nyonya Indri ikut menimpali. Robert sama sekali tidak tahu bahwa uang yang dia berikan kepada istrinya selalu dirampas oleh mamanya.

Setelah lama berdiam diri, Nayla akhirnya menjawab dengan menggelengkan kepala.

"Maksud kamu?" tanya Robert.

"Ti_ti_tidak ada Mas." Jawab Nayla sambil menangis menundukkan kepala.

"Apa? Tidak ada? Jangan bercanda Nayla? Uang itu banyak loh. Bagaimana mungkin tidak ada sisanya sama sekali? Memangnya kamu buat apa aja uang itu?" tanya Robert secara mendetail.

Nayla tidak bisa memberi penjelasan apa apa karena memang dia sama sekali tidak memegang uang itu. Jujur tentang hal itu sama aja dengan bunuh diri, tapi dengan berbohong pun bukan berarti dia akan selamat.

Malam itu Robert marah besar kepada Nayla, dan semenjak kejadian itu, Robert sudah tidak lagi memberi uang belanja kepada istrinya karena semua kebutuhan rumah dan belanja sudah di atur oleh Mamanya.

"Ini belum seberapa! Ingatlah, aku akan berusaha membuatmu tersiksa sehingga kamu akan meminta sendiri untuk keluar dari rumah dan keluarga ini tanpa kami harus kami susah susah mengusir mu." cecar Nyonya Indri tepat di telinga Nayla ketika Robert sudah melangkah masuk ke kamar untuk meninggalkan ruang tamu.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!