3. Lupakan Saja!

...****************...

Malam panas itu pun berlalu dengan peluh yang bercucuran. Hanyut dalam buaian fatamorgana yang berujung penyesalan. Dering suara ponsel yang menggema di ruangan tersebut mengganggu mimpi penghuninya. Namun, tak membuat Abizar terjaga dari tidurnya.

"Aaaaaaah ...." Suara jeritan itu membuat tubuh Abizar seketika terperanjat, lalu duduk tegak. Ia menutup telinganya saat suara teriakan itu malah semakin naik beberapa oktaf.

"Apa, sih, Mbak? Berisik banget pagi-pagi!" seru Abizar dengan menunjukkan wajah bantal tanpa rasa bersalah sedikit pun.

Bukannya menjawab, Kezia malah melemparkan bantal tepat di belahan pahanya Abizar, guna menutupi sesuatu yang menjulang di antara keduanya. Sebab, Abizar duduk tanpa memakai celana.

"Eh?" Abizar yang baru berhasil mengumpulkan nyawanya yang sempat tersebar, jadi berubah tegang. Kejadian panas semalam kembali ia kenang. "M–Mbak ... gue ... beneran nggak sengaja. Semalam Mbak mabuk dan maksa gue buat ngelakuin itu ... jadi—"

Plak!

Satu tamparan keras mendarat di pipi Abizar. Lelaki itu meringis sambil memegangi pipinya yang terasa kebas. "Dasar brengsek! Cowok mesum! Kamu, kan, bisa nolak aku?!" sembur Kezia sambil memukul tubuh Abizar dengan menggunakan bantal secara membabi buta.

Abizar berusaha menghalangi pukulan itu dengan menyilangkan kedua tangannya di atas kepala. "Mau gimana lagi, Mbaknya maksa terus," teriak Abizar di sela kesibukannya menghadang serangan Kezia.

Kezia yang sudah lelah memukul Abizar pun akhirnya menghentikan aksinya. Tangisnya pun pecah di sana. Abizar pun merasa bersalah, ia mencoba menyentuh pundak Kezia dengan niat ingin mentransfer kesabaran yang dia punya.

"Sabar, Mbak, ini ujian!" cetusnya dengan sedikit usapan.

"Ujian kepalamu!" Kezia langsung menepis tangan Abizar dengan kasar. Bahkan kembali melayangkan beberapa pukulan pada lengan Abizar.

"Aduh, Mbak! Mukulnya pake bantal aja, deh! Sakit, nih." Abizar memekik kesakitan.

"Aaargghh!" Kezia memekik histeris. Ia mengacak rambutnya frustrasi, lalu memeluk kedua lututnya sambil menangis. Menenggelamkan kepalanya di balik lutut itu. Kezia menangis tersedu-sedu. Pundaknya bergetar hebat, menandakan penyesalannya yang teramat.

"Aku akan tanggungjawab, kok, Mbak. Mbak mau nikahnya kapan?" Kalimat itu pun terlontar dari mulut Abizar. Membuat Kezia sontak mendongakkan pandangan.

"Kamu kira segampang itu, hah?" sentaknya kemudian.

"Lah, terus mau gimana? Semuanya udah terjadi, nggak bisa dibalikin lagi. Kalau mau diulang, bisa aja, sih ... aww!" Satu pukulan mendarat lagi di bahu Abizar. Sebagai hukuman atas mulutnya yang kurang ajar.

Kezia mencoba mengumpulkan kesabaran. Menarik napas dalam-dalam, lalu mengeluarkannya perlahan. Benar kata Abizar, semua yang sudah terjadi tidak akan bisa dikembalikan lagi. Semuanya kesalahan hanya bisa disesali, dan sebaiknya diperbaiki.

"Lupakan spaja!"

"Hah?" Abizar mengernyit heran, "maksudnya?" tanyanya tidak mengerti.

"Aku bilang lupakan aja! Lupakan semua kejadian semalam, dan lupakan kalau kamu pernah bertemu aku sebelumnya. Lupakan semua ini! Kita sebelumnya tidak saling kenal, dan setelah ini ... akan tetap sama. Anggap saja ini sebuah kecelakaan!" tutur Kezia panjang lebar.

Abizar melongo takjub mendengar itu. Biasanya, seorang perempuan yang sudah direnggut mahkotanya akan langsung minta pertanggungjawaban, tetapi Kezia malah meminta untuk melupakan.

"Tapi—"

"Nggak ada tapi-tapi! Harusnya kamu senang," tukas Kezia melotot tajam. Abizar pun diam.

Kezia membalut tubuhnya dengan selimut, lalu bergerak perlahan menahan rasa nyeri yang di bagian intinya yang kian berdenyut. Menjuntaikan kakinya ke lantai, lalu memungut pakaiannya yang tersebar berantakan. Kezia berniat untuk membersihkan badan.

"Apa ada kamar mandi di kamar ini?" tanya Kezia dengan ketus. Abizar hanya mengangguk, lalu mengangkat tangannya untuk menunjukkan letak kamar mandinya di mana. Kezia pun mengikuti petunjuk Abizar. Namun, sembari berjalan Kezia berkata lagi pada Abizar, "pake celanamu! Jijik aku lihatnya."

Kepala Abizar sontak menunduk, mengangkat bantal yang dia pangku lalu memperlihatkan sesuatu yang berdiri kaku. "Jijik katanya? Padahal semalam dia begitu menikmati," gumam Abizar sambil mencebikkan bibirnya.

Setelah selesai mandi dan bersiap diri, Kezia pun pergi. Beruntung waktu masih terlalu pagi, sehingga suasana kafe masih sepi. Belum ada karyawan yang datang, karena kafe buka mulai jam sembilan.

Kini, tinggallah Abizar yang tercenung sendirian. Ia tidak menyangka jika Kezia akan mengatakan keputusan tersebut setelah kehormatannya terenggut. Ia jadi berpikir, jika Kezia sudah terbiasa dengan kejadian semalam.

"Mungkin Mbak Zee udah biasa dengan hal begini, dan gue bukan orang pertama yang udah nyentuh dia," ujar Abizar sambil menghela napas kasar. Namun, prasangkanya langsung dikalahkan oleh fakta yang membuatnya tercengang. Ketika sepasang indera penglihatannya menangkap cairan berwarna merah menempel di sprei tempat tidurnya. Ia yakin darah itu milik Kezia. Darah yang keluar saat pertama kali keperawanannya direnggut olehnya.

Namun, jika memang keputusan Kezia seperti itu, Abizar hanya bisa menerimanya dengan senang hati, itu artinya ia terbebas dari tanggung jawab untuk menikahi. Lagipula, Abizar tidak mau menikahi perempuan yang tidak pernah dia cintai.

*****

Waktu berlalu begitu cepat. Abizar yang sudah mengambil sertifikat kelulusannya harus pergi ke Jepang atas permintaan sang papa. Ia disuruh membantu meneruskan perusahaan omanya, sekalian belajar bisnis di sana.

Sebulan berlalu meninggalkan kenangan. Entah itu kenangan manis ataupun menyakitkan. Begitupun dengan Kezia, perempuan itu merasakan sesuatu yang berbeda-beda dengan tubuhnya. Ia merasa tubuhnya jadi cepat lelah, walaupun ia tidak mengerjakan apa-apa. Apalagi saat dirinya tidak mendapatkan tamu bulanan seperti biasanya. Membuat hati dan pikiran Kezia semakin ketar-ketir dibuatnya.

"Bagaimana kalau ternyata aku hamil?" gumam Kezia bermonolog sendiri, sambil mondar-mondir di kamarnya.

"Nggak, itu nggak boleh terjadi. Masa aku harus mengandung bayi dari laki-laki bau kencur itu. Dia lebih pantas jadi adikku, ketimbang jadi papa dari anakku. Lagipula papa dan mama pasti marah jika tahu aku sudah hamil di luar nikah. Nama baik keluarga ini pasti akan tercemar." Kezia berpikir sambil mengigit kuku jarinya, "lebih baik aku pastikan dulu," imbuh Kezia lalu berjalan menuju kamar mandi sambil membawa alat tes kehamilan yang sudah dia beli.

Beberapa menit kemudian, Kezia keluar dari kamar mandi dengan wajah muram. Alat tes kehamilan itu menunjukan dua garis samar, yang artinya Kezia hamil beneran.

Sejak tahu dirinya hamil, Kezia segera mencari Abizar. Dari adiknya dia tahu, jika Abizar sudah pergi ke Jepang bersama Juno—pacar dari adiknya tersebut. Katanya, Abizar juga akan menetap di sana. Kezia jadi resah karena Abizar sudah tidak lagi tinggal di Indonesia.

Terbesit satu ide dalam otaknya Kezia. Perempuan itu ingin menambah kadar dosanya dengan cara menggugurkan janin yang ada dalam rahimnya. Segala cara ia lakukan untuk mengeluarkan bayi tersebut. Mulai dari makan makanan yang dilarang dikonsumsi ibu hamil, sampai meminum jamu peluruh kandungan. Kezia benar-benar sudah hilang akal. Perempuan itu sangat tega berbuat demikian. Namun, semua yang dilakukannya hanya sia-sia, karena anak dalam kandungannya masih baik-baik saja.

...****************...

...to be continued.......

Jangan lupa like, gift, dan komentarnya 🙏

Terpopuler

Comments

AdindaRa

AdindaRa

Typo nih kak. Lupakan saja

2023-06-10

1

Kiki Sulandari

Kiki Sulandari

Kezia...jika memang kamu hamil...tak ada jalan lain,kau harus memberitahukan Abizar tentang hal ini....

2023-02-20

1

Pembaca Yth

Pembaca Yth

nah kan bi ternyata Kezia masih virgin 🤣

2023-02-16

0

lihat semua
Episodes
1 1. Hari Sial
2 2. Terjebak
3 3. Lupakan Saja!
4 4. Cantik
5 5. Kembali Mengganggu
6 6. Ketahuan Mama
7 7. Perempuan Gampangan
8 8. Lagi Sayang-Sayangnya
9 9. Memberi Pelajaran
10 10. Tiba-tiba Menolak
11 11. Menikahlah Denganku!
12 12. Patah Hati
13 13. Adegan Berbahaya
14 14. Mengajak Pindah
15 15. Mau Apa Dia?
16 16. Mulai Terbiasa
17 17_Semakin Dekat
18 18. Jaga Jarak
19 19. Cinta Bukan Pilihan
20 20. Bertengkar
21 21. Perempuan Tua
22 22. Perintah Sang Mama
23 23. Minta Maaf
24 24. Menginap
25 25. Iseng
26 26. Balas Dendam
27 27. Lepasin Dia!
28 28. Sepakat
29 29. Andai Saja
30 30. Merasa Terenyuh
31 31. Sekadar Kekaguman
32 32. Pulang
33 33. Mabuk
34 34. Minta Bantuan
35 35. Membeku
36 36. Peka
37 37. Nengok Bayi
38 38. Punya Hak
39 39. Merasa Bersalah
40 40. Suami Siaga
41 41. Seperti Anak Kecil
42 42. Mengingatkan
43 Bab 43. Merasakan Kenyamanan
44 Bab 44. Nggak Bisa Bohong
45 Bab 45. Tidak Tega
46 46. Perhitungan
47 Bab 47. Makan Siang
48 Bab 48. Rapat Penting
49 Bab 49. Merelakan
50 Bab 50. Marah
51 Bab 51. Khawatir
52 Bab 52. Frustrasi
53 Bab 53. Tak Bisa Terselamatkan
54 Bab 54. Ceraikan Dia!
55 Bab 55. Bertemu Kezia
56 Bab 56. Rencana Perceraian
57 Bab 57. Berlibur
58 Bab 58. Mengaku Kalah
59 Bab 59. Bukan Salah Abizar
60 Bab 60. Sebatas Asa
61 Bab 61. Karma
62 Bab 62. Memaafkan
63 Bab 63. Status Duda
64 Bab 64. Patah Hati
Episodes

Updated 64 Episodes

1
1. Hari Sial
2
2. Terjebak
3
3. Lupakan Saja!
4
4. Cantik
5
5. Kembali Mengganggu
6
6. Ketahuan Mama
7
7. Perempuan Gampangan
8
8. Lagi Sayang-Sayangnya
9
9. Memberi Pelajaran
10
10. Tiba-tiba Menolak
11
11. Menikahlah Denganku!
12
12. Patah Hati
13
13. Adegan Berbahaya
14
14. Mengajak Pindah
15
15. Mau Apa Dia?
16
16. Mulai Terbiasa
17
17_Semakin Dekat
18
18. Jaga Jarak
19
19. Cinta Bukan Pilihan
20
20. Bertengkar
21
21. Perempuan Tua
22
22. Perintah Sang Mama
23
23. Minta Maaf
24
24. Menginap
25
25. Iseng
26
26. Balas Dendam
27
27. Lepasin Dia!
28
28. Sepakat
29
29. Andai Saja
30
30. Merasa Terenyuh
31
31. Sekadar Kekaguman
32
32. Pulang
33
33. Mabuk
34
34. Minta Bantuan
35
35. Membeku
36
36. Peka
37
37. Nengok Bayi
38
38. Punya Hak
39
39. Merasa Bersalah
40
40. Suami Siaga
41
41. Seperti Anak Kecil
42
42. Mengingatkan
43
Bab 43. Merasakan Kenyamanan
44
Bab 44. Nggak Bisa Bohong
45
Bab 45. Tidak Tega
46
46. Perhitungan
47
Bab 47. Makan Siang
48
Bab 48. Rapat Penting
49
Bab 49. Merelakan
50
Bab 50. Marah
51
Bab 51. Khawatir
52
Bab 52. Frustrasi
53
Bab 53. Tak Bisa Terselamatkan
54
Bab 54. Ceraikan Dia!
55
Bab 55. Bertemu Kezia
56
Bab 56. Rencana Perceraian
57
Bab 57. Berlibur
58
Bab 58. Mengaku Kalah
59
Bab 59. Bukan Salah Abizar
60
Bab 60. Sebatas Asa
61
Bab 61. Karma
62
Bab 62. Memaafkan
63
Bab 63. Status Duda
64
Bab 64. Patah Hati

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!