Part 5 Masih Ada Harapan

Part 5 Masih Ada Harapan

Pintu mobil pun segera di buka, dan kemudian keluar lah orang orang yang ada di dalam nya.

Mang Tejo berlari mendahului yang lainnya dan menghampiri wanita tua itu.

"Assalamualaikum mbah... tolong mbah..ada yang pingsan karena kepala nya kena hantaman benda tumpul dengan keras."

Wanita itu manatap Tejo dengan tajam.....

"Bawa masuk...!!!"

Mang Tejo dan yang lainnya semua orang yang ada di dalam mobil keluar menggotong tubuh Bahri.

Mereka masuk dan meletakkan Bahri di ruang tengah, mbah Sumi beranjak ke belakang. Kemudian wanita tua itu kembali dengan membawa kendi botol ramu ramuan herbal tradisional di tangan kiri dan kanan nya.

"Di bagian mana luka yang kena benturan itu? Mbah Sumi bertanya memastikan.

"Kalau tidak salah bagian kepala samping mbah, tapi kalau masih ada luka yang lainnya saya tidak tahu mbah. Tadi Bahri belum sempat di periksa."

"Baiklah Tejo, bukalah dulu atasan Bahri..! Dan tolong telungkup kan dahulu tubuh Bahri..Mana tau kepala bagian belakangnya juga kena hantaman benda keras itu."

"Baiklah mbah..." Mang Tejo segera melaksanakan perintah mbah Sumi, baju Bahri segera di bukanya. Kemudian menelungkupkan tubuh Bahri.

Mbah Sumi memeriksa kondisi kepala yang terluka itu, dan segera mengoleskan ramu ramuan minyak yang ada di dalam botol itu. Kemudian meminumkan air yang ada di dalam kendi dengan cangkir kecil. Mbah Sumi meminumkan nya dengan perlahan lahan.

"Syukurlah... menurut saya Bahri hanya pingsan akibat kerasnya hantaman di kepala nya. Kepalanya hanya memar dan benjol. Tapi sebaiknya Bahri di bawa saja ke rumah sakit, siapa tau ada luka dalam yang parah. Walaupun tidak ada keluar darah, tapi di dalam kepala nya bisa saja terjadi penyumbatan atau pecah pembuluh darah. Kalau denyut nadi nya saya rasa ini sudah mulai normal."

Mbah Sumi meraba pergelangan tangan Bahri, kemudian meletakkan telapak tangannya di dada Bahri memastikan detak jantung Bahri. Kemudian wanita tua itu menghela nafas nya dengan lega.

"Alhamdulillah.. syukurlah ya Allah.." Bu Tini dan Narti menyahuti ucapan mbah Sumi berbarengan.

Tersirat kebahagiaan dan kelegaan di wajah mereka. "Kalau begitu kami permisi dulu ya mbah.., terimakasih banyak atas pertolongan nya ya Mbah Sumi.."

Bu Tini segera berdiri dan menyalamkan sesuatu ke tangan Mbah Sumi.

"Sama sama bu Tini, semoga Bahri tertolong segera dan dapat di selamat kan."

"Aamiin..." mereka semua mengaminkan ucapan Mbah Sumi. Kemudian mereka satu persatu menjabat tangan Mbah Sumi.

"Terimakasih Mbah Sumi " Narti pun menjabat tangan Mbah Sumi dan mengucapkan terima kasih dengan khidmat. Kemudian mereka mangangkat tubuh Bahri dan segera berangkat menuju rumah sakit yang lumayan jauh sekitar satu setengah jam.

*********

" Siapakah mereka yang datang barusan ?" Burhan keluar dari bilik nya . Setelah mendengar derap langkah Mbah Sumi menuju ruangan dapur di dekat bilik tempat Burhan istirahat.

"Mereka Bu Tini dan Narti tuan"

"Apakah mereka sudah pergi?" Burhan melotot dengan sangat tajam

"Sudah tuan.." Mbah Sumi menjawab dengan sedikit takut.

"Dengarkan saya jangan sampai engkau buka mulut dan menceritakan semua hal yang engkau dengar. Kalau tidak... herrgh Burhan menggoreskan jari telunjuk nya ke leher seperti  memperagakan orang yang sedang menyembelih seekor hewan.

"Ba..baik tuan."

"Bagaimana kondisi Bahri tadi..? Apakah ada peluang keselamatan untuk nya?

"Saya rasa harapan itu kecil tuan, luka di kepala nya sangat parah."

"Baguslah kalau begitu.." Burhan pun berlalu begitu saja meninggalkan Mbah Sumi yang masih merasakan kegamangan.

Tiba - tiba terdengar suara mobil memasuki pekarangan halaman rumah itu. Burhan yang hendak masuk kembali ke dalam bilik itu mengurungkan niat untuk masuk. Lelaki itu segera melangkah menuju ruang tengah. Dengan perlahan di sibak nya kain gorden yang menutupi daun jendela itu.

Mbah Sumi pun segera datang menyusul ke ruang tengah.

"Hmmm...akhirnya Syorif datang juga.. dasar lelet." Burhan mengeram lirih. Bibir atas nya terangkat berbentuk miring.

"Assalamualaikum..."

"Wa alai.."

" cepat masuk Syorif...!" Burhan langsung memotong ucapan Mbah Sumi.

"I..iya tuan.." Dengan takut - takut Syorif pun masuk mengikuti perintah Burhan lelaki itu menyadari kesalahannya karena terlambat datang dari bengkel.

"Bagaimana mobil nya? Apakah sudah bagus?" Burhan masih saja geram dengan kesalahan Syorif.

"Su..sudah tuan." Lelaki itu tergagap karena ketakutan.

"Baiklah kalau begitu kita segera pergi dari sini sebelum kita ketahuan. "

"Ba..baik tuan.." Syorif beranjak mendahului tuan nya.

Burhan menoleh ke arah Mbah Sumi kemudian menatap tajam seolah ingin menguliti wanita tua itu hidup - hidup.

" Sekali lagi saya peringatkan..tutup mulut. Kalau tidak herrgh.... ini.....!" Sekali lagi Burhan memperagakan orang yang sedang menyembelih seekor hewan, kemudian lelaki itu melemparkan beberapa uang lembaran kertas yang berwarna merah. Burhan pun segera berlalu begitu saja meninggalkan Mbah Sumi yang masih merasakan kegamangan karena ancaman yang di lontarkan Burhan.

Setelah memastikan mobil itu sudah pergi meninggalkan pekarangan rumah Mbah Sumi, wanita itu mengurut dada nya yang serasa sesak. Kemudian memunguti uang yang berserakan itu dan segera menyimpannya di balik baju kemben nya. Kalau tidak salah jumlah uang itu ada dua puluh  lima lembar . Lumayanlah..

Mbah Sumi segera masuk ke dalam bilik yang tadinya di tempati Burhan. Di hampiri nya kasur tipis itu, untuk segera membereskannya. Seprei dan sarung bantal nya di ganti kerena kain tersebut meninggalkan jejak bau minyak urut yang di gunakan untuk mengurut kaki Burhan.

Perempuan itu terperanjat melihat beberapa lembar map tergeletak di atas nakas di samping dipan itu. Mbah Sumi meraihnya kemudia membaca tulisan yang tercantum di dalamnya. ' Hmmm ternyata ini surat tanah dan rumah Pak Atmajaya Negara, kasihan sekali belum setahun meninggal. Hartanya sudah jadi incaran saudaranya sendiri. ' Mbah sumi bermonolog sendiri di dalam bathin nya.

Surat itu di ambil nya dan diamankan di dalam lemari pakaian nya di bilik lain.

' parr...par..parrr...paarrr...'

Jantung Mbah Sumi serasa melompat dari tempatnya mendengar suara gedoran di pintu depan.

'Astaga Lelaki itu kembali lagi. Pasti mau mengambil surat- surat yang tertinggal itu..' batin wanita tua itu.

"Ya tuan...sebentar.." Mbah Sumi segera datang untuk membukakan pintu.

'Parr...paar...parrrr...'

"Cepat wahai perempuan tua renta. Buka pintu nya..!.. he..he..he.." suara itu ternyata bukan milik Burhan.

Menyadari itu Mbah Sumi sedikit bernafas lega.

"Iya Badu.. bentar Mbah buka pintunya jangan di gedor begitu ya ..! Anak muda pamali melakukan itu. "

Mbah Sumi tau betul kalau cucu nya itu dalam keadaan mabuk.

Pintu itu segera di buka Mbah Sumi, sebelum cucunya tambah ngamuk dan makin beringas menggedor pintu.

"Ha.... minta uang Mbah... pasien nya di jemput mobil.. pasti orang kaya itu.. Si Mbah pasti dapat uang merah...hehehe.. " Badu berjalan kelimpungan. Memopang badan nya pun dia sudah tak mampu.

"Bentar Mbah ambil" Mbah Sumi segera pergi menuju bilik nya. Namun tangan Mbah Sumi di cekal, langkahnya di tahan Badu.

"Yang banyak ya Mbah.... kalau tidak... kerrkkk.." Badu meniru gaya Burhan.

'Astaga...apakah bujang lapuk itu menguping'

-----Bersambung-----

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!