part 3

Johnny keluar dari kamar mandi.  Dia sama sekali tak malu atau pun tak terganggu dengan adanya Valeri.  Valeri yang justru merasa malu.  Walau sibuk kantor Johnny suka sekali olahraga dan menjaga bentuk juga kebugaran tubuhnya.  Makannya tubuh Johnny itu termasuk yang bagus.

Valeri yang memalingkan muka karena malu melihat Johnny yang tak memakai baju, hanya memakai handuk mandi saja dibawahnya.

“Kamu tidak mau mandi?”

“Iya ma. Saya mandi di kostan saya saja tuan.  Saya juga tidak bawa baju ganti.”

“Pakai baju mendiang istri saya mau? Oh iya, nanti di depan haikal jangan panggil saya tuan ya.”

“Iya tuan.”

Johnny mencari bajunya di lemari sambil dia ngobrol dengan Valeri.  Akhirnya Valeri pun mandi di kamar mandi Johnny.  Dia masuk ke kamar mandi.  Valeri juga sudah sangat gerah.

“Hati-hati di kamar mandi.  Jangan sampai jatuh.”

Valeri kaget mendengar Johnny berteriak seperti itu.  Bahkan dalam sekejap Valeri sudah merasa kalau dia menyukai Johnny.  Mencinta Johnny.

“Iya tuan.”

Valeri menjawab dengan gugup.  Dia menyelesaikan mandinya.  Johnny yang mengambilkan pakaian untuk Valeri.  Itu pakaian hamil milik mendiang istrinya.  Dia menaruhnya di ranjang.

Valeri sudah selesai mandi.  Tapi dia lupa, dia hanya menggunakan handuk. Bagaimana dia keluar dengan seperti itu, hanya dibalut handuk.

“Tuan, maaf.  Tapi bisa meminta bajunya?”

“Iya. Ini, semoga muat sama kamu.  Tapi sepertinya badan kamu tak jauh berbeda dengan badan istri saya, hanya sedikit pendek kamu.”

Valeri hanya berani melihat dari kamar mandi.  Dia membuka pintu kamar mandinya sedikit.  Johnny malah tersenyum karena lucu saja melihat sikap wanita itu.  Dia memberikan baju yang sudah dia pilihkan untuk Valeri.  Dia sebisa mungkin memalingkan muka.  Johnny sepertinya tahu kalau Valeri malu.

“Saya bukan mau kurang ajar.  Tapi saya menunggu kamu disini karena haikal bisa saja nekat.  Saya tidak mau kamu celaka karena anak saya lagi.  Saya tidak mau haikal menjadi orang jahat nantinya.”

Valeri menutup pintunya setelah mendapatkan baju dari Johnny.  Dia mengganti bajunya di dalam kamar mandi.  Johnny masih ada di depan kamar mandi dan mengatakan itu.  Valeri mengangguk mengerti alasannya.

“iya tuan.  Saya mengerti.”

Valeri mencoba menjawab dari balik pintu.  Tak lama dia keluar setelah menggunakan pakaian lengkapnya.  Johnny tersenyum melihat Valeri yang memakai baju mendiang mamanya haikal.  Dia jadi merasa mama Haikal ada lagi.

“tuan.”

Johnny sampai melamun menatap Valeri.  Sampai Valeri memanggil dia dan terpaksa menepuk pundak Johnny.  Dia baru mengangguk.

“iya, ada apa?”

“tuan melamun?”

“tidak.  Kita ke bawah, sarapan dulu.  Kamu bisa sarapan?”

Valeri mengangguk.  Dia lapar, rasanya memang ingin sekali makan banyak.  Johnny mau keluar dari kamarnya, tapi dia kembali mundur dan meraih tangan Valeri tiba-tiba.  Membuat sang pemilik tangan terkejut.

“kita harus pura-pura didepan Haikal kan?”

“ahh, iya tuan.”

Valeri suka lupa dengan itu.  Dia mengangguk mengerti.  Valeri ikut saja digandeng oleh Johnny.  Johnny membukakan pintunya dan keluar bersama dengan Haikal.

“Tunggu, aku mau cek haikal di kamarnya dulu. Kamu mau turun dulu atau bagaimana?”

“turun saja.”

Valeri Johnny melepaskan tangan valeri.  Johnny tadinya mau menyusul Valeri dan menggandeng dia turun.  Tapi dia hanya melihat dari atas.  Valeri turun dengan hati-hati.  Dia ke arah dapur.  Dapur kelihatan langsung dari tangga.  Johnny masuk ke kamar Haikal.

“kal, papa mau ngomong sesuatu.”

“apa? Mau nikah? Ya udah nikah aja.  Kan sudah hamil juga kan pacaran papa itu.  Papa gila ya hamilin cewek, Cuma buat alasan bisa nikah aja kan.”

Haikal sudah mandi dan sedang mengenakan baju seragam dia.  Berdiri di depan cermin.  Haikal hanya melihat papanya dipantulan cermin.

“ini semuanya untuk kamu kal.  Papa lakukan ini untuk kamu.”

“untuk aku apa pa? Cuma kepuasan papa sendiri kan? Bisa-bisanya papa lupain mama.”

“memamgnya mama bahagia lihat kamu nakal seperti ini?”

Haikal tak perduli.  Dia mengambil tas sekolahnya dan pergi dari hadapan sang papa.  Bahkan menenggor bahu sang papa dan berjalan melewatinya.

“Kal, jangan kasar dan jangan sentuh mama baru kamu.  Kalau sampai kamu menyakiti dia.”

“apa?”

Haikal tak perduli.  Dia menjawab sambil berjalan pergi.  Johnny takut haika nekat.  Dia ikut haikal turun.  Melihat haikal sepanjang jalan menuju ke ruang makan.

“den, es jeruknya.  Gak mau sarapan dulu den?”

Bibi yang menyambut haikal.  Valeri diam, dia tadinya membantu bibi untuk menyiapkan makanan.  Tapi berhenti ketika melihat haikal.  Saat melihat dia, kenangan malam itu kembali terputar di otaknya. Valeri takut sebenarnya melihat Haikal.  Dia yang sedang memasang minumannya tiba-tiba menjatuhkan gelasnya begitu saja.

“sayang.”

Johnny yang lari ke arah Valeri.   Dia menarik Valeri untuk mundur agar tidak kenapa pecahan kacanya.

“ck, sayang.”

“Gak Bi, maaf gak sarapan dulu.  Gak nafsu makan.”

Haikal kesal melihat papanya dan wanita itu.  Bisa-bisanya di depan depan saling memanggil sayang.  Haikal hanya mengambil minumannya, setelah itu dia pergi setelah menghabiskan minumannya.

Valeri ketakutan dan diam saja.  Setelah haikal pergi Johnny kembali bersikap seperti biasa. Valeri tak sadar kalau jempolnya terkena pecahan gelasnya.

“tuan, itu kaki nona berdarah.”

Bibi yang memberitahu.  Johnny meminta Valeri untuk duduk. Johnny meminta tolong bibi untuk mengobati lukanya.

“kita ke klinik langsung saja setelah ini, sekalian minta diobati kaki kamu.”

Johnny tak menunggu jawaban dari Valeri.  Dia mengendong Valeri begitu saja ke dalam.  Dia menyetir mobilnya sendiri.  Menurunkan valeri ke dalam mobil.

“Bi, makanannya saya minta maaf ya.  Dibagikan saja ke orang-orang sekitar, atau kalau gak, kalau masih enak dipanaskan dipanaskan saja nanti.”

Bibi mengantar sampai depan.   Bibi sama sekali tak keberatan karena ini.  Dia malah suka kalau disuruh berbagi dengan orang luar yang tak punya. Johnny memang sebaik itu.

“saya bagikan saya ya tuan.  Gak enak kalau dipanaskan.  Nanti saya masakan lagi.”

Johnny mengangguk ketika bibi minta izin.  Johnny bergegas masuk ke dalam mobil.  Dia mengendarai mobilnya menuju ke klinik. Semalam Johnny sudah menelpon dokternya untuk membuat janji temu hari ini.

Dari mandi dan semuanya, hampir jam tujuh siang.  Di jalan butuh dua jam kalau macet dan tepat jam seperti ini jamnya mau ke sekolah, kantor, dll.  Mereka kena macet.   Johnny terjebak lampu merah di jalan juga.

“kamu gak apa-apa kan?”

Johnny bertanya kepada Valeri yang sejak tadi diam saja.  Dia hanya menggeleng.  Johnny melihat kakinya.  Sudah dibersihkan oleh bibi, darahnya juga sudah berhenti.  Dia sedikit lega.  Tapi tetap saja takut.

Tak lama mereka sampai di klinik.  Johnny kembali menggendong Valeri masuk.  Dokter sudah kenal dan tahu sekali Johnny bagaimana.  Walau mukanya sangar di luar dia dia sangat baik dan manis, romantis apalagi kepada perempuan. Johnny juga sudah cerita soal Haikal dan Valeri di hotel itu.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!