“Jangan sampai haikal tahu. Dia tak ingat kamu kan? Biar saya saja yang bertanggung jawab. Anak saya masih SMA, saya tidak mau masa depan dia hancur. Cukup dengan kehilangan mamanya hidup dia sudah hancur.”
Valeri mau marah. Tapi dia juga paham perasaan Haikal, anak SMA yang kehilangan mamanya, dia juga paham perasaan papanya haikal yang tak kalah tampan dari anaknya itu. Valeri mengangguk.
“Katakan saja kalau kita sudah lama menjalin hubungan, saya meniduri kamu dan kamu hamil anak saya.”
Bibi membuatkan minuman. Bibi juga mendengar semuanya. Johnny selalu mengatakan apa pun kepada bibi, bibi sudah seperti orang tua untuk dirinya yang juga yatim piatu, nenek bagi Haikal.
“Bi, jangan cerita ya ke Haikal?”
“iya tuan.”
Bibi pergi setelahnya. Johny menceritakan rencana dia. Karena mereka mengaku sebagai pasangan kekasih yang saling mencinta jadi Johny berharap valeri bisa memerankan perannya dengan baik.
“termasuj harus manis dengan anda kah tuan? Apa anda tidak risih?”
“harus tidak, untuk anak saya. Besok saya akan ke hotel, kamu juga ikut. Saya akan meminta semua karyawan untuk menutupinya dari haikal. Jadi tolong bekerja sama. Kita ke klinik dan cek kandungan kamu.”
“sekarang kamu mau pulang atau bagaimana, minum dulu silakan.”
Valeri mengangguk. Dia mengambil minumannya, meneguknya. Setelah itu dia pamit. Baru berdiri kepalanya sudah pusing. Sejak tadi pun pusing sedikit, tapi ini semakin parah. Dokter bilang biasa kalau hamil muda, suka pusing dan juga mual, muntah-muntah.
“Kenapa?”
Johnny sebenarnya laki-laki yang baik dan penyayang. Dia melihat Valeri yang hampir jatuh. Dia segera menangkan tubuh Valeri.
“maaf tuan, saya suka pusing tiba-tiba.”
“saya tahu. Istirahat disini saja kalau mau. Besok biar kita langsung berangkat sama-sama ke hotel. Taxi kamu masih menunggu di depan ya?”
Johny juga pernah menemani mamanya Haikal hamil. Dia tahu itu. Valeri mengangguk. Johnny meminta Valeri untuk duduk lagi. Dia ke depan dan menemui supir taxinya. Johnny membayar ongkos taxinya dan meminta taxinya pergi.
Hanya ada kamar miliknya dan kamar Haikal. Karena kamar yang lain juga belum dibersihkan. Johnny kembali ke ruang tamu.
“Bisa jalan?”
Johnny mengulurkan tangan kepada Valeri. Valeri mencoba meraihnya dan berdiri dengan bantuan Johnny. Tapi dia pusing lagi dan hampir jatuh.
“maafkan saya, tapi boleh saya gendong kamu ke kamar?”
Valeri menatap Johnny. Papanya sangat sopan, kenapa anaknya seperti Haikal. Valeri pasrah. Dia juga ingin cepat berbaring dan istirahat. Johnny pun menggendong Valeri ke kamar. Naik ke lantai atas. Dia meminta bibi untuk membereskan meja tamu.
“selamat beristirahat. Tolong jangan katakan apa pun kepada anak saya. Kita lakukan dengan rencana saya.”
Mereka sudah sampai di kamar Johnny, karena tak ada kamar lain. Terpaksa Johnny membawa Valeri ke kamarnya. Dia menurunkan valeri dengan hati-hati. Valeri mengangguk kepada Johnny. Johnny membenarkan selimutnya dan pergi meninggalkan kamarnya.
“saya ada di kamar sebelah, ruang kerja saya. Kalau butun sesuatu telepon saya saja. Ada telepon rumah, tekan angka dua untuk menelpon ke seluruh telepon di rumah ini.”
“iya taun.”
Valeri menjawab dengan lirih. Johnny pun pergi ke ruang kerja. Dia duduk di ruang kerja, mengeluarkan foto dia dan sang istri dulu, mendiang mama haikal.
“Kenapa haikal senakal dan sehancur ini hidupnya. Aku harus bagaimana sayang? Maafkan aku karena tak bisa membuat Haikal menjadi anak yang bahagia.”
“Aku tahu dia nakal pasti karena dia tak bahagia hidup denganku. Harusnya bukan kamu yang meninggal dulu, tapi aku saja. Haikal lebih butuh kamu.”
Johnny tidur di sana. Dengan memeluk tubuh istrinya. Dia juga hanya tidur di tempat duduk, di kursi kerjanya.
Haikal juga tak pulang malam ini. Sampai pagi, dia baru pulang setelah jam enam pagi.
***
6.00 rumah Johnny
***
“Bi, air jeruk ya.”
Haikal baru pulang. Dia ke dapur menemui bibi yang sedang membuatkan sarapan.
“Papa mana? Aku mau ngomong sama papa. Di kamar ya?”
Haikal ke kamar papanya begitu saja. Bibi mencoba mencegahnya.
“tuan, disini dulu saja. Mau minum dulu kan?”
“Ada apa sih bi? Aku mau ke kamar papa aku sendiri kok.”
Haikal mencoba menepis tangan bibi. Bibi tak tahu harus bagaimana. Dia membiarkan Haikal pergi begitu saja.
Haikal ke kamar papanya. Valeri belum bangun karena kepalanya masih sakit. Johnny terbiasa bangun pagi, dia ke kamar setelah dari ruang kerja. Johnny mau ke kantor dan ke rumah sakit nanti, dia bersiap mau mandi. Johnny hanya melirik Valeri yang sedang tidur. Dia ingat bagaimana istrinya dulu hamil Haikal untuk pertama kalinya, dia banyak tidur dan cepat capek. Pasti sama yang dirasakan.
“pa.”
“kal, sudah pulang. Ada apa ke kamar?”
Johnny tidak mengunci pintu kamarnya. Dia menoleh kaget ketika anaknya itu masuk ke kamar dia begitu saja. Johnny melihat Valeri. Haikal juga.
“papa bawa cewek ke rumah dan tidur di kamar papa? Di ranjang mama sama papa?”
Haikal marah. Dia mencoba mendekati valeri dan menarik paksa Valeri untuk bangun. Valeri kaget dan terbangun.
“bangun, cewek murahan.”
Valeri kaget melihat Haikal. Valeri kesakitan karena ditarik paksa Haikal untuk bangun. Johnny maju dan menepis tangan anaknya itu.
“haikal, jangan kurang ajar sama calon mama kamu. Dia pacar papa, yang akan segera papa nikahi. Dia sedang hamil adik kamu.”
Johnny mencoba menahan haikal yang menatap valeri dengan kesal. Valeri menunduk meringis mengusap perutnya yang sakit karena tegang. Valeri masih duduk di ranjang, di belakang Johnny yang tinggi dan berdiri di depan dia.
“hamil adik aku? Hahaha... Gila ya papa. Aku gak habis pikir sama papa. Papa, ck.”
Haikal pergi dari sana. Johnny memeriksa valeri. Dia berjongkok di depan valeri. Johnny refleks menggenggam tangan valeri dan mengusap perut Valeri. Dia ingat istrinya dulu juga sering kram perut.
“Kamu gak apa-apa? Perutnya sakit banget? Mau ke klinik sekarang saja? Atau mau aku panggilkan dokternya ke sini?”
“aku panggil saja. Aku takut kamu kenapa-napa.”
Johnny mengambil ponselnya. Dia baru mau menelpon dokternya mending sang istri ketika hamil dulu. Tapi valeri menahan tangan Johnny.
“tidak apa-apa tuan. Ini sudah tidak sakit. Kita juga nanti mau ke klinik kan.”
“ok. Saya kunci pintu dulu supaya haikal tidak masuk begitu saja dan melukai kamu. Saya mau mandi soalnya.”
Johnny mengunci pintunya dari dalam. Dia masuk ke kamar mandi. Valeri diam saja menatap Johnny yang beraktivitas seperti biasa.
Sampai Johnny selesai mandi. Dia keluar hanya dengan handuk yang melilit dibagian bawah tubuhnya. Valeri tak sengaja melihat itu. Dia menunduk malu melihat Johnny, badannya bagus.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 20 Episodes
Comments
Yuli Eka Puji R
orang kaya masak ada kamar yg blmdi bersihkan, rumahku yg biasa saja kamar tamu selalu bersih dan ganti seprei hadewhh harus tau dan jeli thor biar karyanya makin keren cerita khayalan biar kaya beneran kan bagus
2023-05-15
0
Nova
😜😜😜😜😜😜😜😆😆😆😆😆😆 ichhhh si duren.......mancing mancing nich
2023-01-14
1