"Huaaaa... " Suara tangis Ayara semakin kencang
#Flashback off
Setelah itu Ayara tertidur karena besok masih harus sekolah.
Sesuai dugaan malam harinya ibu sama bapak ribut lagi, namun beruntung malam itu hujan deras dan petir bergemuruh cukup lama sehingga Ayara dapat melanjutkan tidurnya.
Ayara sempat kepikiran bagaimana cara ibu dapat uang 1,5juta dalam semalam? Sedangkan besok akan di tagih lagi. Namun Ayara teringat ada Bapak mau gak mau Bapak harus bertanggungjawab.
...
Pagi harinya Ayara bersekolah seperti biasa berangkat bersama Prili, selain karena rumah mereka yang cukup dekat mereka juga sudah berteman sejak kecil hingga sekarang. Namun tidak tahu pasti karena faktor apa, hubungan pertemanan mereka tidak sedekat dulu.
Di sekolah, Ayara banyak menghabiskan waktu bersama Okta Fadil dan Firman terkadang juga Rio ikut nimbrung saat mereka mengobrol.
"Oh ya?" Ucap Fadli dan Firman serempak
"Aku juga sempet denger berita itu tapi gak tau jelas sih ceritanya" Okta terlihat sedang mengingat ingat sesuatu
"Malem itu aku sempet bangun cuma liat dari kejauhan terus aku pulang tidur lagi" Rio melirik teman teman sekitarnya
"Kejadian itu udah lama, waktu itu aku masih kelas 3 SD.. " Ucap Ayara
"Terus gimana tuh.. " Fadli terlihat antusias mendengar cerita Ayara
"Ya nggak giman gimana, semua barang barang ludes gak tersisa. Waktu itu aku naruh buku buku catatan sekolah sama baju sekolah aku di sana alhasil semuanya jadi debu gak tersisa satu pun" Ucap Ayara ia tersenyum masam mengingat kejadian itu
"Pelakunya siapa?" Firman pun sama penasarannya dengan Fadli yang baru tahu Ayara sempat mengalami kejadian seperti itu
"Gatau siapa pelakunya" Karena memang tidak ada barang bukti siapa yang tega membakar warung milik orang tua Ayara dulu
"Emang gak ada orang yang di curigai..mungkin? Atau lapor polisi?" Ucap Fadli
"Nggak.. "
"Lah? Kenapa?" Fadli mengerutkan alis
"Kenapa ya..? Aku juga gak tau kenapa haha.. " Saat itu...
...
"Ay.. Bangun nak.. Ayara.. Ayo bangun... " Suara ibu terdengar lembut terdengar juga khawatir, saat itu pukul 01.00
"Hmm.. Masih ngantuk bu.. "
"Ayo pindah tidurnya.. Warung kita kebakaran Ay, aliran listrik nya mau di putusin takut kenapa kenapa" Ibu mengelus puncak kepala Ayara
"Kebakaran? Kenapa?" Ayara langsung membuka mata menatap ibunya dengan penuh tanya
"Iya nanti lagi bicaranya, ayo pindah dulu" Ibu pun menggenggam pergelangan tangan Ayara membawanya pergi dari rumah, untuk malam ini ia akan menitipkan Ayara pada tetangganya dulu sampai besok pagi
Semua tetangga sekitar pun di bangunkan oleh kabar kebakaran warung Bu Hati, setelah Bu Hati menitipkan Ayara ia segera pergi untuk melihat keadaan warung. Jarak dari rumah ke warung tidak jauh hanya berjarak sekitar 25-30 meter.
"Iya waktu saya mau ke kamar mandi saya lihat cahaya merah yang sangat terang, tidak seperti cahaya lampu biasanya. Saya penasaran dan saya pun memutuskan untuk keluar, saya terkejut saat melihat warung Bu Hati sudah di lahap api sebesar itu" Ucap salah seorang tetangga sekitar
"Saya kaget saat kamu menggedor pintu di tambah kaget lagi saat kamu mengatakan warung Bu Hati kebakaran"
"Jika api sudah sebesar itu saat pertama kamu lihat, seharusnya kebakaran itu sudah berlangsung cukup lama"
"Ya.. Kayaknya begitu"
"Udah berusaha di padamkan pun tetep gak bisa"
"Kasihan Bu Hati.. "
"Iya ya.. "
Saat itu hati Bu Hati benar benar hancur, kakinya bahkan tidak memiliki tenaga untuk berdiri. Air matanya sudah tidak terbendung lagi, ia menangis tersedu sedu menyaksikan warung nya yang di lahap api, semua barang barang nya harus lenyap.
Kejadian itu belum lama setelah suami bu hati tidak ada kabar selama 2 bulan, saat itu Ayara hanya tahu bapaknya sedang bekerja di tempat yang jauh.
Bahkan sebelum terjadi kebakaran, warung Bu Hati sudah beberapa kali mendapat coretan pilox dengan kata-kata kasar dan kotor, tidak tahu siapa pelakunya.
Beruntung masih ada orang orang baik yang memberikan sedikit bantuan untuk Bu Hati dan Ayara waktu itu.
...
Ayara tidak mau menceritakan apa yang sebenarnya terjadi, ia tidak mau terlihat rapuh, ia tidak mau menarik simpati banyak orang lebih jauh. Hingga detik ini pun masih banyak pertanyaan dalam otak Ayara yang belum terjawab.
Setelah jam istirahat, di lanjut pelajaran ke 3. Namun saat itu guru pelajaran jam tersebut tidak bisa hadir karena sebuah alasan, alhasil siswa siswi hanya di mina mengumpulkan tugas esay, mereka pun melakukannya dengan bekerja sama.
Ayara duduk sambil membaca baca buku paket setelah selesai mengerjakan tugas, waktu jam pelajaran juga masih panjang. Seperti biasa ia di temani Fadli, namun kali ini mereka sibuk masing-masing. Ayara pun tidak terlalu memperhatikan Fadli biarkan dia duduk di manapun semaunya selama tidak berisik dan mengganggu.
Ayara akui ketampanan dan populasi Fadli, ia pintar dan juga ramah, ia dekat dengan banyak orang entah itu perempuan atau laki-laki, aksesnya luas. Ia juga menganggap Fadli yang sering mendatanginya bukanlah apa apa, tidak perlu membawa perasaan lebih, karena memang sifat Fadli yang seperti itu.
Fadli cukup play boy di mata perempuan lain, ia mudah dekat dengan perempuan mana pun. Sangat jelas Fadli di sukai banyak perempuan, tak jarang juga perempuan yang ia datangi sekali langsung terbawa perasaan, seperti cinta pandangan pertama, sudah beberapa kali rumor mengatakan Fadli berpacaran dengan perempuan dari sekolah lain.
Jujur saja Ayara sempat menyukai Fadli saat pertama mereka kenal, namun setelah tahu bagaimana sifat Fadli Ayara pun mencoba memahami itu. Perlahan lahan ia mulai melepas perasaan suka itu, walaupun memang butuh waktu yang cukup lama karena bagaimana pun setiap hari ia akan menemui Fadli di sekolah.
Dan sekarang perasaan suka Ayara pada Fadli hanya sekedar menyukai sebagai teman, bukan lagi perasaan cinta dan ingin memiliki.
Saat Ayara asik membaca, tiba-tiba bahunya terasa berat. Ayara menoleh dan terkejut saat mendapati kepala Fadli di bahunya, dengan kata lain Fadli saat ini tengah menjadikan bahu Ayara sebagai sandaran.
"Awas berat.. " ucap Ayara jujur saja saat ini jantungnya berdebar pertama kali ada seseorang yang bersandar padanya, karena memang Ayara sangat jarang melakukan kontrak fisik dengan laki-laki jika bukan karena tak sengaja.
"Bentar... aja Ay.. " suara Fadli terdengar seperti lesu tidak tahu apa masalahnya ia tiba-tiba bersandar pada Ayara
"Aku pendek. Nanti kepala kamu sakit.. " ucap Ayara, Fadli lebih tinggi darinya bukankah akan terasa pegal saat bersandar pada yang lebih pendek?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments