02.

"Pulang pulang aku di marahin tau, terus sore nya langsung beli celana baru soalnya gak bisa ilang tu tipx mana besok harus sekolah" Ucap Fadli yang lagi lagi duduk si samping Ayara, jam istirahat masih berlangsung namun Ayara dan Okta memilih untuk makan di kelas lalu Fadli dan Firman menghampiri mereka

"Ehhh aku gak tau kejadian itu.. " Ucap Firman

"Kamu pertama masuk sekolah udah semester 2, itu kejadiannya masih awal semeter 1 kalo gak salah" Fadli mengingat ingat

"Eh iya ya kan waktu itu mata kamu berkaca kaca kayak orang mau nangis mukanya merah lagi hahaha" Okta masih mengingat kejadian 1 tahun lalu itu

"Itu aku naruh tipx di kursi Rio buat bales dendam, eh malah kamu yang kena haha.. Kasian juga sih tapi kan.. Bukan salah aku juga, kamu nya main duduk duduk aja gak liat liat dulu jadi kena dehh" Ayara merasa lucu saat mengingatnya

"Iya aku hampir mau nangis soalnya takut di marahin ibu. Aku kesel juga sih sama kamu waktu itu haha"

"Si Rio abisnya nyolekin tipx ke rok aku mana banyak, mau langsung bales dianya lari yaudah taro aja di kursinya"

"Terus juga kaki kamu tuh bikin aku jatoh, aku lagi lari lari eh gak liat kaki kamu jadi kesandung kan" Ucap Fadli mengingat di balik kesialannya ada Ayara

"Dihh suruh siapa lari lari di dalem kelas"

"Tuh lagi kejar kejaran sama dia" Fadli melirik Firman

Brakk...

"Woi... Lagi ngapain nih" Yuli yang baru saja tiba langsung menghampiri mereka berempat

"Duduk lah" Ucap Okta spontan

"Ngomongin apa, minta dong Ay" Sebelum Ayara mengiyakan justru Yuli sudah merebut botol minuman di depan Ayara dan meminumnya

"... "

"Dihhh... " Fadli menatap Yuli tidak suka

"Apa?" Yuli bahkan tidak merasa malu ditatap oleh keempatnya. "Thanks Ay.. " Setelah itu ia pergi ke luar

"Nih.. tadi katanya kamu mau" Ayara menyodorkan botol minuman itu pada Fadli

"Gak jadi"

"Yaudah.. " Ayara mengangkat kedua bahu acuh

Mereka pun melanjutkan acara ngobrol tanpa menghiraukan satu persatu teman teman kelasnya mulai bermunculan, seolah dunia hanya milik berempat.

Lalu bel berbunyi dan kegiatan pembelajaran berlanjut hingga pukul 12.00.

...

"Besok pak saya janji"

"Gak bisa Bu kita harus sesuai kesepakatan sebelumnya, ibu harus bayar sekarang tanggal 18" Ucap seorang pria memakai jaket kulit bersama 1 teman lainnya

"Sekarang saya belum ada pak uangnya, tolong kasih saya 1 hari lagi pak saya janji"

"Gak bisa ibu.. "

"Pak tolong.. Sehari lagi.. "

"Maaf ya bu kami hanya di tugaskan jadi kami gak bisa mutusin"

"Terus gimana pak saya bener bener belum ada" Mata Bu Hati memerah sekujur tubuhnya bergetar, inilah kenapa semalam ia marah sama pak Madi. Pasalnya dirinya sendiri yang harus menghadapi si penagih, sedangkan bapak tidak tahu menahu.

Hati Ayara terasa sesak disaat dirinya tidak bisa berbuat apa apa dan melihat ibunya di tagih hutang. Ia sudah lama berdiri di samping warung dan mendengarkan percakapan ibunya, setelah pulang sekolah ia hanya berganti pakaian lalu berniat menemani ibunya.

"Halo bos?.. " Pria gemuk memakai jaket kulit itu berdiri hendak menjawab telpon yang di duga telpon dari sang bos, ia berjalan cukup jauh mungkin agar percakapannya tidak terdengar orang lain

Sedangkan temannya yang sama memakai jaket kulit jauh lebih kurus, ia saat ini hanya duduk sambil mengupas kacang tanah seolah tidak terlalu perduli akan tugasnya.

"... " Bu Hati hanya memperhatikan pria di depannya yang tengah mengupas cangkang kacang, ia heran dan bertanya-tanya kenapa dari tadi pria itu tidak mengatakan apapun?

Merasa di perhatikan pria itu pun menoleh pada Bu Hati, lalu ia mengangguk angguk dan kembali fokus pada kacangnya.

"Sabar ya Bu. Saya jug-"

Plak..

Belum sempat melanjutkan perkataannya, kepala botaknya tiba-tiba di geplak oleh temannya yang baru saja selesai menelpon.

"... " Bu Hati tidak tahu harus mengatakan apa melihat pria kurus itu tiba-tiba di geplak sebelum selesai berbicara

"Sekarang ibu baru ada uang berapa?" Tanya pria gendut yang hendak duduk

Mendengar pertanyaan itu Bu Hati segera meronggoh isi sakunya, lalu mengeluarkan segulung kecil uang yang diikat karet. Ia membuka karet itu dan menghitung uang tersebut sekaligus di tunjukkan pada pria di depannya.

"Baru ada segini Pak sudah saya bilang belum ada kalo 2juta" Bu Hati memberikan uang yang baru ada 500 ribu itu.

"Yasudah biar uang ini saya bawa dulu, nanti besok saya balik lagi pokoknya harus sudah ada" Pria itu hendak berdiri

"Iya iya Pak saya janji"

"Ayo pulang" Pria itu menyenggol bahu pria yang sibuk dengan kacang sedari tadi, senggolan yang terlihat pelan itu mengguncangkan tubuhnya yang kurus.

Setelah mereka pergi, Ayara menghampiri ibunya ia pura pura tidak mendengar kejadian tadi.

Kini bu Hati bisa bernapas lega setelah kepergian 2 pria tadi. Untuk besok ia akan memikirkannya nanti, biarkan pikirannya istirahat sebentar saja.

...

Malam harinya Ayara sempat chatingan dengan Fatimah, katanya besok ia masih belum bisa masuk. Tak lupa juga Ayara memberitahu tugas ips dari bu Mega karena kebetulan mereka 1 kelompok.

Setelah itu Ayara menaruh ponsel dan memilih untuk tidur lebih awal, kemungkinan ibu sama bapak akan ribut lagi pikir Ayara. Jadi sebelum ia mendengar keributan itu ia ingin tidur saja walaupun mungkin ia akan bangun juga nantinya.

'Sampai kapan ibu sama bapak akan ribut? Ini udah berlangsung lama sejak waktu itu.. '

#Flashback

"Saya terima nikahnya Hati Haryati bin Muhammad dengan mas kawin berupa uang senilai 5juta rupiah di bayar tunai"

"Bagaimana sanksi? Sah?"

"Sahh.. "

"Sah.. "

"Alhamdulillah... Al-fatihah.... "

Saat itu Ayara berusia 7 tahun menyaksikan pernikahan ibunya di rumah yang di duga milik Pak penghulu itu, di temani oleh 5 orang sanksi. Ayara hanya terdiam duduk di samping ibunya tanpa mengucapkan sepatah kata, padahal saat itu otaknya di penuhi dengan berbagai pertanyaan dan rasa bersalah.

Begitu sampai di rumah pun Ayara hanya berdiam diri di kamar, ia seperti tidak mempunyai tenaga untuk berbicara, perasaannya tidak jelas, seperti ada sesuatu yang menumpuk di hatinya namun karena ia masih kecil ia tidak memahami perasaan itu.

Malam harinya saat ia hanya berdua dengan ibunya, Ayara bertanya. "Bu, kemana bapak?"

"Bapak ada di luar, kenapa?" Saat itu wajah ibu terlihat ceria

"Bukan, bapak udah lama gak pulang dulu kata ibu bapak kerja. Bapak mana bu aku mau ketemu bapak"

Mendengar ucapan Ayara seketika raut wajah ibu berubah.

"Bu.. " Suara Ayara bergetar matanya sudah di penuhi air. "Bu aku mau ketemu bapak.. aku mau minta maaf sama bapak bu.. Gara-gara aku kan bapak sama ibu berantem waktu itu.. Hikss mana bapak bu.. " Tangis Ayara pecah dan ibu spontan memeluk Ayara membawanya masuk ke kamar

Tok.. Tok..

"Ada apa bu? Ayara nangis?" Sepertinya pak Madi yang saat itu sedang duduk di luar bersama tetangga mendengar suara tangis Ayara

"Nggak gakpapa ko.. "

"Huaaaa" Suara tangis Ayara semakin kencang

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!