Setelah mengalahkan bos dari hutan, Ferisu terpilih sebagai penguasa hutan berikutnya. Saat ini dia sedang berjalan menuju kearah luar hutan, perjalanan menuju keluar memakan waktu cukup lama.
Cih! Aku sudah berjalan selama 5 hari tanpa henti, tapi masih saja tak terlihat ujungnya. Seluas apa hutan sialan ini!
Karena Ferisu merupakan seorang vampir, tidak tidur selama 1 minggu penuh tak akan membuat dirinya mengantuk. Namun, energi sihir dan staminanya cukup terkuras karena selalu menggunakan skill serta berjalan tanpa henti.
"Tuan, sebaiknya Anda istirahat dulu. Sudah 5 hari Anda berjalan tanpa henti," ujar Kuro dengan khawatir.
"Baiklah," saut Ferisu dengan nada jengkel.
Ia berhenti di pertengahan jalan dan duduk santai di pinggir sungai dengan raut muka yang terlihat begitu kesal. Aura membunuh yang dipancarkan oleh Ferisu begitu besar hingga membuat semua monster yang ada di sekitar tak ada yang berani mendekat.
"Tu-Tuan ... ?" panggil Kuro dengan sedikit ketakutan.
"Maaf, aku tak bisa mengendalikan-nya, biasanya aku meminum obat untuk menekan emosiku. Namun, aku tak punya obatnya disini," jelas Satoru dengan nada dingin.
Setelah setengah jam berlalu, Ferisu bangun berdiri dan melanjutkan perjalanan. Pergerakannya menjadi lebih cepat ketimbang sebelumnya, ia mengarahkan tangannya ke depan. "Blood Control : Rain of Blood Needles!" menggunakan skill pengendalian darahnya untuk menembakkan banyak jarum tajam yang terbuat dari darah.
Bam!
Dari arah depan terdengar suara benda keras yang terjatuh. Saat sampai disana terlihat seekor beruang dengan bulu yang dialiri oleh listrik tergeletak di tanah. Ferisu menyayat tubuh beruang itu dan meminum darahnya untuk memulihkan energi sihir dan stamina miliknya.
...Magic Skill : Ligtning Magic Berhasil Didapatkan!...
Setelah beberapa hari berjalan akhirnya ujung dari hutan itu terlihat. Sebuah padang rumput yang sangat luas menjadi pemandangan pertama yang dilihat oleh Ferisu saat keluar dari hutan itu.
"Ouh! Benar-benar tempat yang begitu luas dan angin yang berhembus juga cukup sejuk!" ucap kagum Ferisu saat melihat padang rumput yang luas itu.
Saat itu emosi Ferisu mulai kembali tenang dan aura membunuh besar yang ia pancarkan mulai menghilang. Ferisu berjalan dengan santai melewati padang rumput itu sembari melihat ke segala arah.
"Hei Kuro, apa ada sebuah desa atau kota di dekat sini?" tanya Ferisu.
"Saat ini kita berada di bagian utara hutan Blanca, sekarang kita ada di perbatasan antara kerajaan Rigle dan kerajaan Elven Garden," jawab Kuro.
"Aku tak peduli soal itu, jawab saja ada kota atau desa tidak di dekat sini?" tanya Ferisu sekali lagi dengan nada dingin. Terlihat dari sorot matanya yang cukup kesal saat mendengar nama Rigle.
"Akh, i-iya. Jika dari sini, yang paling dekat adalah desa pada elf dari kerajaan Elven Garden," jawab Kuro.
Setelah mendengar hal itu Ferisu melanjutkan jalannya menuju ke arah desa tempat para elf yang tinggal di pinggiran wilayah kerajaan. Namun, Kuro mencoba untuk menghentikan Ferisu.
"Tu-Tuan, bukankah lebih baik anda pergi ke wilayah manusia? Penampilan anda sebagai vampir tak akan mudah dikenali karena mirip dengan manusia," ujar Kuro dengan ragu.
"Aku akan kesana nanti untuk membuat perhitungan pada mereka. Namun, saat ini aku perlu mengumpulkan kekuatan dan mencari informasi tentang dunia ini terlebih dahulu," jawab Ferisu dengan serius.
"Tapi, saat ini ... ."
Ketika sampai di desa itu, terlihat segumpal asap hitam dan rumah-rumah penduduk yang terbakar. Melihat hal itu Ferisu langsung berlari mendekat, pada saat itu ia melihat sebuah bendera dengan lambang kerajaan Rigle.
Suasana di hatinya yang sebelumnya sudah kembali tenang, kini mulai kembali merasakan kemarahan. Aura membunuh yang sebelumnya menghilang, kini kembali meluap-luap keluar.
Jadi kalian ada disini yah, kalau begitu aku akan memberikan salam hangat untuk kalian.
Di raut wajah Ferisu terlihat sebuah senyuman yang begitu menyeramkan. Seperti seekor predator yang siap untuk memburu mangsanya, ia bergerak dengan begitu cepat. Saat sampai di desa itu, salah satu kepala dari kesatria Rigle melayang terbang tanpa ada yang menyadari serangan kejutan itu.
"A-Apa yang terjadi?" gumam para kesatria dengan penuh kebingungan.
"Yo! Lama tak bertemu bajingan Rigle sialan," sapa Ferisu dari atap rumah sembari melemparkan sebuah kepala kesatria lain yang ia penggal.
"Si-siapa kau!" teriak para kesatria dengan wajah panik mereka.
"Jahatnya~ padahal kalian yang mengganggu tranfer ku sehingga membuatku datang ke negara kalian, setelah itu kalian membuangku dan sekarang aku akan membayar uang muka untuk apa yang kalian lakukan padaku," jawab Ferisu dengan senyum simpul.
Di balik wajahnya yang tersenyum ada seorang iblis yang haus akan darah dan siap untuk membunuh setiap musuh yang ada di hadapannya. "Ahahahah!" terdengar suara tawa seseorang yang begitu keras di alun-alun desa.
Mayat-mayat para kesatria berserakan dengan luka-luka yang mengerikan. Tubuh mereka hancur tercerai berai, bahkan ada yang tak bisa dikenali lagi. Hanya tersisa 5 orang kesatria lagi dan seorang komandan mereka yang memimpin pasukan.
"Hei, kenapa kau menyerang kami? Kau seorang manusia bukan!?" teriak komandan kesatria.
Saat mendengar hal itu Ferisu tertawa dengan kencang. "Hahahahh! Manusia katamu? Benar-benar aku memanglah seorang manusia," ujarnya dengan main-main.
"Kalau begitu bu-bukannya kau seharusnya membantu kami menangkap semua elf ini?" ujar komandan itu dengan wajah yang tersenyum bodoh.
"Benar-benar aku akan membantu kalian, jadi apa kita akan berteman?" saut Ferisu sembari berjalan mendekati para kesatria itu.
"Te-tentu saja! Ki-kita akan berteman," jawab para kesatria itu dengan muka yang mengharapkan keselamatan.
Ferisu tersenyum simpul dan mengulurkan tangannya. Saat komandan kesatria itu hendak menjabat tangan Ferisu, dengan begitu cepat sebuah ayunan pedang membelah dan memutuskan tangan komandan kesatria itu.
"Mana mungkin aku akan berteman dengan kalian, bo-doh," ejek Ferisu dengan tatapan sinis.
"Da-dasar iblis!"
"Iblis? Heh, ya kalian benar. Aku memang seorang iblis, lalu apa?!" saut Ferisu dengan angkuh dan matanya yang berwarna merah bersinar dengan terang sembari memberikan hawa yang mencekam kepada para kesatria itu.
"Akkkhh!!!"
"Gyaaa!!"
Ferisu membunuh semua kesatria itu dengan raut muka yang dingin. "Cih, mereka berisik sekali," gumamnya sembari mengayunkan pedangnya untuk membersihkan bercak darah yang menempel.
Melihat sekelilingnya Ferisu terdiam sejenak dan menatapi semua mayat yang berserakan.
"Ada apa Tuan? Apa ini kali pertamanya anda membunuh manusia? Ah, sepertinya bukan ... ," tanya Kuro, namun ia menyadari kalau tuannya sangat ahli dalam membunuh.
"Hmmm? Tidak, aku hanya berfikir. Mau di dunia manapun, nyawa manusia itu memang sangat mudah menghilang," jawab Ferisu.
Yah, baik itu di bumi ataupun di dunia ini, nyawa manusia sangatlah rapuh dan mudah sekali menghilang. Untuk orang sepertiku, mungkin dunia ini lebih cocok dengaku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
Dr. Rin
Baaakaaa 😝
2023-06-01
1
Ꞌꞌ禅 ๋〭˖ .Zhou .𑁍!¡
Lu nanya ke gw, Lah gw nanya ke sapa?
2023-04-05
1
Ꞌꞌ禅 ๋〭˖ .Zhou .𑁍!¡
digigit malah desah 😭
2023-04-05
1