Berpisah

"Apa kau sudah gila?" erang Elmina setelah mereka berada di halaman parkiran rumah sakit. Keduanya masih sama-sama mengenakan pakaian pasien lengkap dengan sandal teplek berwarna putih.

Bari sontak melepaskan genggaman tangannya dari lengan gadis itu setelah Elmina memekikkan dialognya.

"Kau menculikku dua kali, Bari. Dan sekarang malah mengajakku pergi dengan mengenakan pakaian pasien begini?" Gadis itu memelototi penampilannya yang sudah seperti emak-emak komplek.

Bari mendengus kasar, lalu memutar bola matanya malas. Jadi, masalahnya hanya penampilan? Pemuda itu sempat mengira jika Elmina protes karena lagi-lagi mempermasalahkan kasus penculikannya.

Eh, bukankah memang begitu?

"Eh, Nona! Setidaknya ucapkan terima kasih dulu," respon Bari kemudian.

Elmina mengernyit tak paham. Untuk apa ia berterima kasih kepada orang yang sudah menculiknya?

Sementara di tempat berbeda ....

"Hei, botak! Mereka kabur!" pekik salah satu dari tiga orang yang berjaga di depan ruang rawat. Ia sengaja mengintip melalui kaca kecil yang terdapat pada pintu ruangan. Matanya membulat sempurna ketika melihat ruangan itu kosong melompong.

"Apa kau bilang?" tanya lelaki botak yang dipanggil tadi. Ia mengarahkan telinganya pada pria yang sudah lebih dulu memasuki kamar rawat. Apa mungkin si botak menjadi tuli mendadak?

Sedangkan yang satunya lagi langsung menyusul langkah temannya tatkala mendengar berita tersebut.

"Kalian kenapa?" tanya si botak ketika tubuhnya sudah memasuki ruangan. Dua orang temannya tampak sibuk mencari-cari sesuatu yang tidak ia ketahui.

"Hei, kenapa tidak bilang kalau mereka kabur?" lanjutnya dengan wajah panik setelah melihat dua brankar dengan kondisi kosong. Tubuhnya memang lebih besar dibandingkan yang lainnya. Namun, ternyata dia memang benar-benar tuli.

"Aku sudah mengatakannya padamu tadi," pekik pria bertopi yang pertama memasuki ruangan. Seraya mendengus kesal, dia terus memeriksa seantero ruangan, termasuk toilet yang berada di dalamnya.

"Bagaimana mereka bisa kabur?" Pria bertopi itu bergumam tak percaya. Bukankah mereka sudah berjaga di depan ruangan dan tidak meninggalkannya sama sekali?

"Ada yang tidak beres, cepat hubungi bos!"

"Apa kau sudah gila? Bos bisa marah kalau tahu tawanan kita kabur!"

"Ayo kita cari mereka! Aku yakin keduanya masih di sekitar rumah sakit ini."

Ketiganya mulai keluar dan berpencar untuk menemukan Elmina dan Bari.

Sementara yang dicari, masih saja berdebat tidak jelas di halaman parkir.

"Kau sudah berani menculik anak jenderal polisi bintang dua!" pekik Elmina. Orang-orang yang berlalu lalang mulai menatap heran ke arah keduanya.

"Apa kau putri Ferdi Sambo?" tanya Bari enteng.

"Kau pikir hanya dia jenderal polisi bintang dua?" Elmina langsung cemberut karena dituduh sebagai anak dari jenderal paling viral baru-baru ini.

"Syukurlah," celetuk Bari. Elmina memelototi pria itu. "Jika kau memang putri dari Ferdi Sambo, maka aku sangat menyesal sudah menyelamatkanmu," lanjutnya sambil berkacak pinggang. Pandangan sengaja ia buang ke sembarang arah, menghindari tatapan bengis Elmina.

"Ternyata selain seorang penculik, kau juga tersangka perundungan, ya!" erang gadis itu dengan tatapan tajam.

Bari terkekeh kecil mendengar kalimat tersebut. Ia sengaja membuat Elmina berang agar gadis itu sadar bahwa mereka berdua adalah korban penculikan yang sebenarnya.

"Eh, kau bilang apa tadi? Kau sudah menyelamatkanku?" Gadis berisik itu baru menangkap makna kalimat kedua Bari.

Pemuda brewok tersebut hanya mengangguk tipis.

"Orang-orang yang berjaga di depan ruang rawat tadi bukanlah anggota kepolisian," terangnya seraya terus menyeret langkah setelah menyadari kehadiran dua orang yang sedang ia bicarakan.

Elmina tampak meringis karena tangannya lagi-lagi ditarik paksa oleh Bari.

"Sakit tahu!"

"Ssst!"

Bari membekap mulut gadis itu dari depan dan menempelkan tubuhnya ke tembok bangunan. Jarak mereka sangat dekat, sehingga napas keduanya saling membentur wajah masing-masing.

Elmina tergagap dengan kedua netra membola--lurus menubruk milik Bari. Begitu juga sebaliknya. Dalam kondisi seperti ini, mereka merasa seolah waktu berhenti sejenak. Keduanya seakan terhipnotis oleh tatapan masing-masing.

"Bukannya tadi mereka ada di sini?" Pria bertopi dengan pakaian serba cokelat itu berdiri tepat di samping bangunan yang dijadikan tempat Bari dan Elmina bersembunyi, namun membelakangi keduanya.

Elmina menahan napas dan memejamkan matanya. Setelah mendapat penjelasan singkat dari Bari tadi, ia mulai bersyukur sudah menjadi korban penculikan buronan tampan.

"Kita cari ke sana!" Pria yang satunya menunjuk ke arah jalan raya. Membuat pria bertopi itu ikut mengayunkan langkah cepat.

Bari masih menatap dua pria itu yang kini mulai tenggelam tertelan jarak. Kemudian melabuhkan tatapan balik pada Elmina yang masih memejamkan matanya. Senyuman samar terukir di kedua sudut bibirnya. Ia kembali mengagumi kecantikan gadis di hadapannya yang memang sangat membius jika terus dipandang.

"Mereka sudah pergi." Bari sontak menarik diri dari Elmina dan menciptakan ruang di antara mereka.

Mendengar suara Bari, gadis itu sontak membuka mata, namun tak menemukan keberadaan pemuda brewok itu di hadapannya.

"Kemana dia?" Elmina mulai celingukan. Namun, tetap saja tak menemukan Bari di mana-mana.

Seketika penyesalan menyusup telak ke dalam relung hatinya. Mengapa dia harus mengatakan tentang jati dirinya pada pemuda itu?

"Apa aku sedang memikirkannya?" rutuk Elmina pada dirinya sendiri. "Biarkan saja, setidaknya aku sudah bebas sekarang."

Langkah gontai diayunkan menuju loket informasi. Ia tahu Bari sengaja meninggalkannya di tempat ini karena sangat mudah baginya untuk bisa menghubungi orang terdekat.

Sesampainya di loket informasi gadis itu langsung meminta bantuan pada salah seorang perawat untuk bisa menghubungi sang kakak. Untung saja, ia masih ingat nomor kontaknya.

Lima belas menit kemudian.

"Elmina!" teriak seorang lelaki berseragam polisi lengkap dengan atributnya sembari mengayun langkah cepat ke arah si empunya nama.

"Kakak!" Gadis itu berhambur memeluk lelaki itu.

Ternyata benar, keluarga gadis itu memang aparat negara. Tapi, apa benar ayahnya seorang jenderal bintang dua?

"Syukurlah kau selamat, maaf karena kakak tidak bisa langsung menjemputmu kemarin," ucap sang kakak yang bernama Prima Sanjaya. Lelaki berperawakan tinggi dengan kumis tipis itu masih mendekap tubuh adiknya yang masih menangis tergugu.

Ada rasa lega di dalam dirinya ketika menerima telepon dari pihak rumah sakit tersebut.

Ia sudah mengerahkan para anggotanya untuk menjemput sang adik setelah Elmina menelponnya kemarin. Sementara ia mendadak harus menangani kasus pembunuhan yang baru saja dilaporkan oleh salah satu keluarga korban. Namun, empat orang anggotanya berhasil dilumpuhkan oleh segerombolan orang tak dikenal, lalu menyamar sebagai anggota kepolisian.

Mereka sengaja menutup jalan agar Elmina dan Bari tidak bisa lolos dari kejaran orang-orang yang sebagian mereka kerahkan untuk menangkap gadis dan pemuda itu di pinggir pantai.

Sebenarnya target mereka bukanlah Elmina, namun karena gadis itu bersama Bari, maka Elmina pun harus tetap mereka tawan.

"Dimana pemuda itu?" Tentu saja Prima tahu soal pemuda yang dalam dua hari ini bersama sang adik. Pemuda yang dituduh Elmina sudah menculiknya.

"Dia sudah pergi," jawab gadis itu dengan suara serak khas orang menangis. Isakan kecil masih terdengar dari mulutnya.

Entah, apa yang membuatnya menangis kali ini. Apakah ia bersedih karena ditinggalkan oleh Bari? Tidak mungkin.

Terpopuler

Comments

༄ᴳᵃცʳ𝔦εᒪ࿐

༄ᴳᵃცʳ𝔦εᒪ࿐

Mulai terkuak sedikit kebenaran tentang Bari

2022-12-19

0

༄ᴳᵃცʳ𝔦εᒪ࿐

༄ᴳᵃცʳ𝔦εᒪ࿐

hahahaha 🤣🤣🤣

2022-12-19

1

Ꮇα꒒ҽϝ𝚒ƈêɳт

Ꮇα꒒ҽϝ𝚒ƈêɳт

Ajiaaaaaa....
dua hari kenangannya surem semua juga, uda rasa kilangan aja...🤣

2022-12-18

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!