Bagian 4

Sekitar satu jam Citra berada di warung kopi, akhirnya terlihat seseorang yang ia kenali berada di depan pagar sedang membayar ojek online.

"Mas pengky, Citra bayar nanti ya, dompet Citra ketinggalan di kamar."

"Iya mbak enggak apa."

Citra bergegas kembali ke rumah menyusul ibunya dari belakang.

"Eh Cit, dari mana kamu enggak pakai sandal?" tanya Ibu yang memperhatikan anak gadis di sampingnya.

"Dari warung kopi mas Pengky, abis bete tadi dirumah." jawab Citra.

"Tumben, biasanya juga kamu kalau libur kuliah cuman main game seharian," ucap Ibu Citra.

Citra dan ibunya masuk ke dalam rumah.

"Loh Cit, ini TV masih nyala kenapa kamu belum matiin?" tanya Ibu.

"Citra lupa bu, maaf," jawab Citra bohong dengan kekehan pelan.

"Hadeeeehh," desah Ibu heran sambil mengambil kaleng yang jatuh. "Ini juga kaleng biskuit jatuh bukannya kamu taruh lagi ke meja," lanjut sang Ibu.

"Kesenggol tikus kali Bu, tadi pas Citra nonton TV masih di atas meja," jawab Citra bohong.

"Hadeeehh, alasan terus kamu ini, udah Ibu mau mandi dulu gerah," ucap Ibu jengah mengomeli anak semata wayangnya.

"Iya bu."

Setelah ibunya masuk ke kamar, Citra dengan cepat masuk ke kamar lalu membersihkan sisa daun ke tempat sampah dan mengembalikan minyak goreng, asbak dan korek ke tempatnya semula sebelum ibunya curiga dan mengambil dompet untuk membayar di warung kopi.

.....

"Huft, akhirnya selesai juga, baru jam setengah 12." Ucap Citra seraya melangkah menuju ke tempat tidurnya. "Rebahan dulu ah sebentar, kangen juga sama handphone sejam enggak di mainin," lanjutnya.

Setelah itu Citra sedikit demi sedikit mulai melupakan hal yang terjadi hari ini, ia mulai sibuk bermain game kembali sampai malam.

Bunyi alarm membangunkan Citra di pagi hari. Terlihat matahari telah menampakkan sinarnya yang hangat. Citra mematikan alarm di sampingnya, "Hmmm, cepat banget udah pagi lagi aja."

Citra melamun sambil mengumpulkan kesadarannya. Terlintas kembali di pikirannya mengenai hal yang terjadi kemarin.

"Kemarin itu seram sekali, bagaimana yang nanti malam? Enggak kebayang gimana seramnya, setidaknya aku sudah punya pengalaman dari kejadian kemarin," ucap Citra menguatkan dirinya sendiri.

Hari ini terlewati dengan cepat, tidak terasa hari sudah malam, jam sudah menunjukkan pukul 22.10.

"Gue berangkat sekarang aja ah, mungkin anak-anak yang lain juga ada yang udah berangkat ke kampus."

Citra bersiap berangkat dengan motornya, sebelum ke kampus ia menyempatkan diri untuk mampir ke minimarket 24jam untuk membeli perlengkapan yang di butuhkan.

"Kopi botol udah, teh botol udah, air mineral botol udah, okay sip."

Selesai berbelanja, Citra melanjutkan perjalanan menuju kampus.

Beberapa menit kemudian Citra sampai di gerbang kampus.

"Wih Pak Andi lagi jaga malam nih?" tegur Citra.

"Iya nih mbak. Oh iya, tadi teman mbak ada yang udah sampai, dia ada di samping parkiran," terang Pak Andi. "Pak Dimas habis magrib kasih kunci semua ruangan ke saya, ini kuncinya mbak," tambahnya sambil merogoh kantung untuk mengambil kunci dan memberikannya ke Citra.

"Okay pak, terimakasih. Ini saya ada kopi buat bapak," ucap Citra sembari memberikan kopi botol.

"Wah makasih ya mbak, hati-hati ya bikin video hantunya, semoga tidak terjadi apa-apa sama mbak dan teman-teman mbak."

"Siap pak, saya permisi dulu ya," pamit Citra.

"Iya mbak," balas Pak Andi seraya melambaikan tangannya.

Citra menyalakan motornya kembali menuju parkiran motor, ia bertemu Ilham dan Deni yang sedang sibuk memasang tenda camping yang cukup besar. Kemudian memanggil mereka berdua untuk bersantai terlebih dahulu dan memberikan dua botol minum.

"Lu pada rajin banget baru jam segini udah pasang tenda aja, pasangnya entar aja kalau udah pada dateng, biar banyak yang bantuin," saran Citra.

"Yah kita mah biar cepet selesai aja Cit, biar pas pada sampai tenda udah jadi," balas Ilham.

"Iya, biar kita tinggal fokus bikin kontennya," lanjut Deni.

Pukul 23:00.

"Udah jam segini tapi cuma kita bertiga aja yang baru dateng, yang lain mana?" tanya Citra seraya melihat sekitarnya.

"Alex sih katanya baru jalan tadi chat di grup, kalau Fikri nunggu Riska dia mau bareng kesini, kalau Lisa nunggu orang tuanya tidur dulu dia baru keluar rumah pas jam 8 tadi dia chat enggak boleh keluar sama orang tuanya," ucap Deni.

"Wah... Kalau Lisa enggak bisa mending jangan di paksain, dari pada nanti kalau ketahuan keluar rumah diam-diam malah di omelin orang tuanya, belum lagi bahaya kalau tengah malam dia jalan sendirian," ujar Ilham khawatir.

"Lu chat Lisa aja Cit, bilang kalau enggak usah di paksain," lanjut Ilham.

"Iya bentar."

Citra mengirim pesan ke Lisa memberi tahu untuk tidak memaksakan datang kalau orang tuanya melarang keluar dan berbahaya jika keluar tengah malam sendirian.

"Udah gue chat, lu udah pada kelar ngerokok kan? Yuk ah jadiin tenda dulu sambil nunggu yang lain," ajak Citra.

"Ayo lah," ucap Ilham.

"Siap," tambah Deni.

Satu jam berlalu, mereka bertiga telah selesai membangun tenda di samping parkiran.

"Huft, kelar juga,"  ujar Citra lelah.

"Capek juga ya, pas udah jadi keliatan gede banget ini, bisa muat 15 orang buat tidur," ucap Deni bangga.

"Bisa aja lu Den," ucap Ilham.

"Udah 00.20 masih belum ada yang dateng juga, di grup chat juga enggak ada yang kasih kabar," ucap Deni.

"Kalau sampai pada enggak dateng parah sih mereka pada," ucap Citra

"Yaudah kita tunggu aja dulu sampai jam satu," saran Ilham pada kedua temannya.

Tidak lama kemudian masuk motor dan mobil ke arah parkiran.

"Nah itu si Fikri tapi dia sendirian, tapi yang naik mobil abu-abu itu siapa? Kan Alex mobilnya hitam," tanya Citra.

Fikri turun dari motor dan berjalan ke arah teman-temannya. Citra maju mendekati Fikri dan bertanya, "Lah Fik, lu kenapa sendirian? Riska mana?"

"Itu di mobil bareng bokapnya," jawabnya santai.

"Hahaha, bokapnya enggak percaya sama lu Fik, muka lu aja kayak kriminal gitu," ledek Deni.

"Pufft..." Citra menahan tawa

"Sialan lu, mending gue nyender dulu dah," balas Fikri membelakangi tembok dan membakar sebatang rokok.

Setelah turun dari mobil, Riska berlari ke arah teman-temannya dan mobil itu tersebut berputar balik keluar dari pagar kampus. "Maaf ya semua kalau gue lama, debat dulu gue sama bokap gue," ucap gadis berlesung pipi itu.

"Iya enggak apa Ris," ucap Ilham.

"Oh iya Fik, maaf ya lu udah nunggu di depan rumah lama tapi gue malah dianter sama bokap gue," ujar Riska dengan wajah memelas.

"Iya lupain aja, yang penting malam ini kita senang-senang nyari setan," balas Fikri santai.

"Mana ada orang yang senang nyari setan Fik, lu doang paling di dunia ini," timpa Citra.

"Iya ih, enggak mau deket-deket Fikri ah, dia hobinya serem," tambah Riska.

"Sialan lu pada!" Wajah Fikri cemberut mendengar tanggapan teman-temannya.

"Hahahaha..." tawa mereka pecah di tengah malam itu.

"Udah jam satu nih, tapi Alex sama Lisa belum datang, kita tunggu mereka apa kita mulai aja?" tanya Riska inisiatif.

"Kayaknya Alex enggak bakal dateng, dia cuma alesan aja OTW, paling dia main game, lagian juga dia takut banget sama setan," ujar Ilham.

"Iya juga sih, hampir 3 tahun kita kuliah bareng jadi udah kenal banget sifat penakut dia. Oh iya Cit, si Lisa udah bales chat lu belum?" tanya Deni.

"Sebentar, gue cek dulu." Citra mengambil ponsel dari saku celananya melihat ada pesan masuk dari Lisa memberitahukan kalau ia tidak bisa datang dan menitip salam untuk semuanya.

"Lisa tidak jadi datang, mulai aja nih? Tapi pembagiannya kalau cuma berlima yang di lantai satu cuma berdua si Riska sama Ilham aja," jelas Citra.

"Gue ada ide, kita jalan bareng aja berlima, lagipula kamera cuma ada satu karena si Alex enggak dateng," saran Deni.

"Setuju."

"Gue setuju."

"Sama, gue setuju juga."

"Deal nih, yuk prepare," ucap Ilham.

"Udah siap kan? Coba Ris langkah pembuatan videonya gimana? Kita kan masih newbie soal konten horror," tanya Deni.

"Okay, gue bacain susunannya ya, pertama kita buat rekaman opening,  kedua kita buat rekaman di lantai 2 dulu, ketiga buat rekaman di lantai 1, nah terakhir tinggal buat rekaman penutup," jelas Riska.

"Oh begitu, gue kirain ribet," ucap Deni.

"Den, lu pegang kamera ya, kita berempat opening," perintah Riska.

"Okay siap." Deni mengambil alih kamera, tangannya memegang kamera yang fokus pada keempat teman di depannya. "Kita mulai ya 3 2 1!"

Terpopuler

Comments

Dewi Majid

Dewi Majid

emng yah manusia, rada² aneh, udh tau hal² yg ghoib itu ada, masiiih aja penasaran, nah pas dah dtg malah ketar ketir, sarap emng kleaan 😤

2022-12-05

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!