Bab 4 Janji Yang Terpenuhi

Damien mengitari ruangan itu sambil membuka tudungan yang menutup kepalanya, sementara para pelayan sibuk menutup jendela dengan tirai dan menyalakan lilin sebagai penerangan.

Putri Agrarta yang sudah berharap Damien tak kan datang sedikit merasa kecewa karena Damien datang tepat saat Sophia sudah menjadi gadis yang membuat banyak kenangan bahagia dengannya.

Matanya tajam menatap Damien sambil menggaruk-garuk kursi, Sophia yang melihat hal itu sadar kalau Putri Agrarta sedang merasa tidak nyaman.

"Kenapa kau baru datang?" tanya putri Agrarta akhirnya.

"Sudah ku katakan aku akan datang setelah dia lahir," sahutnya berhenti berkeliling dan berdiri tepat di seberang meja.

"Ku pikir kau akan datang setelah Sophia lahir."

"Apa bedanya?" tukas Damien.

Putri Agrarta hendak bicara lagi tapi pangeran Thodor menahannya sebab ia tahu putri mulai tersulut emosi, ia tak mau ada kekacauan di hari perpisahan yang penting.

"Makan malam sudah siap, mari!" ajak pangeran Thodor.

Mereka pun beranjak pergi ke ruang makan, menikmati hidangan mewah seperti biasa. Namun makan malam kali ini terlalu hening sampai Sophia merasa aneh, berkali-kali ia mencuri pandang kepada Damien.

Selesai makan malam Damien memberi pakaian kepada Sophia yang harus ia kenakan, ia juga melarang untuk membawa barang apa pun dari istana kecuali uang.

Sophia menurut, dibantu oleh putri Agrarta ia pun bersiap. Tangis tak dapat ditahan olehnya saat membantu Sophia berpakaian, berkali-kali ia membelai Sophia dengan penuh kasih sayang dan penyesalan.

"Ibu... " panggil Sophia pelan.

"Maafkan ibu sayang, andai kami tidak berjanji kau... kau... " putri Agrarta tak dapat menyelesaikan kalimatnya.

Tangisannya terlalu keras menguasai hingga bahkan tangannya bergetar, Sophia segera memeluk putri Agrarta. Ia yang sudah diberitahu sejak kecil akan takdirnya sedikit pun tak menyalahkan orangtuanya, ia telah diajarkan sebagai putri kerajaan terkadang takdirnya akan sulit.

Hewan malam mulai bernyanyi saat Sophia datang dengan menggunakan celana hitam panjang serta baju yang berlapis mantel, meninggalkan gaun serta pernak perniknya Sophia merasa tengah bertelanjang.

Damien berjalan mendekat, mengulurkan tangannya kepada Sophia. Dengan ragu Sophia memberikan tangannya dan tanpa ia sangka Damien mengecup punggung tangannya, ada sensasi dingin yang membuat Sophia merasa tersengat tapi yang membuatnya terpaku adalah tatapan mata Damien.

Begitu tajam menusuk hatinya sekaligus jernih bagai mata air, dengan senyum simpum yang entah mengapa tiba-tiba membuatnya terlihat menawan.

Sebelum malam terlanjur larut Damien segera membawa Sophia pergi, tak mengijinkan perpisahan berlangsung lama sebab itu akan membuat mereka justru semakin sulit berpisah.

Menatap kepergian Sophia dari pintu gerbang pangeran Thodor berkata, "Saatnya kita membawa pangeran Albert pulang."

......................

Seorang pria bertubuh besar dengan jubah putih yang menjuntai hingga ke lantai terus berjalan di koridor, memeriksa setiap pintu yang ada hingga ia berhenti di satu pintu yang nampak cahaya dari dalamnya.

Ceklek

Tanpa peringatan ia membuka pintu itu, membuat seorang pemuda di dalamnya kaget.

"Albert! ini sudah waktunya untuk tidur," ujarnya tegas.

"Maaf pak, aku hanya sedang mengerjakan tugas ku."

Pria itu menatap buku-buku yang berserakan di meja dan ranjang, pemandangan yang biasa saat ia memeriksa kamar Albert.

"Baiklah tapi ingat sebelum tengah malam aku ingin kau sudah tidur," ujarnya.

"Baik pak!" jawab Albert.

Pria itu yang tak lain adalah Dekan menutup pintu kembali, membiarkan Albert kembali masuk dalam dunianya lagi.

Albert membuka kembali bukunya, mencari sampai dimana ia tadi membaca dan melanjutkannya.

Semua orang di Akademi tahu kalau Albert adalah pangeran Meseress, tapi tak ada yang memanggilnya tuan atau pangeran sebab di Akademi itu bukan hanya dia pangeran yang sedang bersembunyi.

Selain itu Dekan tidak suka membeda-bedakan, saat semua anak masuk Akademinya maka mereka semua sama dan harus diperlakukan sama.

Bangun pagi dan mulai dengan sarapan, setelah itu pelajaran pun di mulai. Mulai dari aritmatika, sejarah, pertanaman hingga sihir.

Albert sendiri lebih condong pada sejarah, ia suka membaca buku bahkan jam kosong yang ia miliki selalu ia gunakan untuk membaca. Itulah mengapa meski ia terkurung dalam benteng tinggi tanpa tahu dunia luar ia sudah mengetahui berbagai hal, bahkan sampai ras langka yang ada di bumi.

"Albert!" panggil seorang anak laki-laki yang sebaya dengannya.

"Dekan memanggilmu," ujarnya saat Albert menengok.

Penasaran Albert segera menemui Dekan di kantornya, rupanya Dekan memiliki surat untuk dirinya.

Itu adalah surat dari istana yang memberitahunya agar bersiap sebab ia akan dijemput untuk kembali ke istana, senang bukan main ia memberitahu semua temannya akan hal itu dan tak sabar menunggu.

......................

Sruk Sruk Sruk Sruk

Berkali-kali pedang itu di asah, kemudian diuji ketajamannya. Masih kurang tajam ia kembali mengasahnya hingga bahkan cahaya dari lilin yang redup dapat membuatnya berkilau.

"Ursula! ini sudah saatnya," ujar seorang pria menghampirinya.

"Afra... lima belas tahun yang lalu tanah kita direnggut, rakyat kita dihabisi dengan brutal. Bahkan mereka tidak merenggut bayi-bayi kita, tapi mereka tidak akan mampu mengambil masa depan kita. Hari ini, sejarah baru untuk kita akan tercipta!" ujarnya sambil mengangkat pedangnya tinggi-tinggi.

Afra mengangguk, lima belas tahun lamanya mereka berusaha membangun tentara yang kuat demi masa depan kaum Elf yang selama ini selalu dibantai.

Ursula sebagai pemimpin berjalan menemui para tentaranya yang pemberani, dengan hati yang berapi dan mata yang tajam ia bicara dengan lantang.

"Kita adalah kaum suci meski tangan kita berlumpur, telinga yang runcing ini bukti bahwa kita berbeda dengan yang lain. Kita memiliki kesempurnaan fisik yang membuat mereka iri dan umur panjang yang membuat mereka dengki. Hari ini, aku mengangkat pedang ku sekali lagi demi kehidupan normal kita. Sudah saatnya kita hidup layak bukan sebagai hewan buruan, angkat senjata kalian dan wujudkan mimpi itu bersama ku!"

"Yeaaaaaayyyhh...."

Gemuruh sorakan itu bergema diseluruh penjuru gua, mandapat kobaran semangat dari tentaranya Ursula segera memimpin jalan. Memacu kudanya ditengah malam mereka menyerbu istana Meseress, membalas apa yang mereka dapatkan lima belas tahun yang lalu.

Dalam hitungan detik itu api membakar pemukiman warga, jeritan dan teriakan saling bersahutan yang membuat para prajurit kalap.

Sementara Jendral yang mengetahui penyerangan itu segera membangunkan pangeran Thodor dan Putri Agrarta, mencari jalan aman agar mereka bisa melarikan diri.

Tapi seolah tahu seluk beluk istana itu Ursula menunggu tepat di pintu keluar rahasia, menatap pangeran Thodor dan putri Agrarta dengan penuh benci ia menodongkan senjata.

"Thodor, ini adalah hari pembalasan ku."

Hanya itu kata yang di ucapkan Ursula sebelum memulai penyerangan, beruntung pangeran Thodor selalu membawa pedangnya sehingga ia siap untuk melawan.

Sementara putri Agrarta menjerit ngeri melihat kekacauan itu, bersembunyi di sudut sambil berharap pangeran Thodor baik-baik saja.

Ini bukanlah kali pertama mereka beradu ketajaman pedang, karenanya masing-masing telah mengetahui tekhnik serangan hingga pertempuran seimbang.

Namun Ursula berjanji kali ini adalah pembalasan maka dia telah menyiapkan senjata lain, setiap pedangnya yang berhasil melukai pangeran itu akan membuatnya kehilangan kinerja otot secara perlahan.

Itu karena sebelumnya Ursula memberi racun pada pedangnya, hingga akhirnya pangeran ambruk.

Senyum penuh kemenangan menghiasi wajah Ursula melihat ketidakberdayaan pangeran di atas tanah, tanpa belaskasihan seperti yang ia dapat Ursula menarik pedangnya diatas pangeran dan.

Sruk.

Episodes
1 Bab 1 Kutukan
2 Bab 2 Imbalan
3 Bab 3 Albert dan Sophia
4 Bab 4 Janji Yang Terpenuhi
5 Bab 5 Penyambutan Pangeran
6 Bab 6 Pelatihan Pertama
7 Bab 7 Terusir
8 Bab 8 Akibat dari Perang
9 Bab 9 Bangkitnya Sang Penunggang
10 Bab 10 Ritual
11 Bab 11 Buronan
12 Bab 12 Suku Zimbe
13 Bab 13 Racun Bagi Vampire
14 Bab 14 Malam Kesunyian
15 Bab 15 Ujian
16 Bab 16 Ujian 2
17 Bab 17 Ujian 3
18 Bab 18 Ujian Terakhir
19 Bab 19 Pencarian Damien
20 Bab 20 Surat Pancingan
21 Bab 21 Pertemuan dan Perpisahan
22 Bab 22 Tahanan Berharga
23 Bab 23 Misi Penyelamatan Albert
24 Ban 24 Misi Penyelamatan Albert 2
25 Bab 25 Pemurnian
26 Bab 26 Tanda Yang Samar
27 Bab 27 Mencoba Melawan Takdir
28 Bab 28 Tertangkap Lagi
29 Bab 29 Ritual Pembangkitan
30 Bab 30 Ritual Pembangkitan 2
31 Bab 31 Kematian Ursula
32 Bab 32 Menuju Hutan Kegelapan
33 Bab 33 Balas Dendam
34 Bab 34 Tanda Di Kening
35 Bab 35 Penawaran Tiga Pangeran
36 Bab 36 Bertemu Kawan Lama
37 Bab 37 Akhirnya Bertemu
38 Bab 38 Harus Berpisah
39 Bab 39 Akhir Balas Dendam Cheet
40 Bab 40 Firasat Buruk
41 Bab 41 Kehidupan Baru
42 Bab 42 Pertempuran di Kastil Enyver
43 Bab 43 Pertempuran di Kastil Enyver 2
44 Bab 44 Belum Selesai
45 Bab 45 Detak Jantung di Dalam Perut
46 Bab 46 Kepala Desa
47 Bab 47 Dunia Baru
48 Bab 48 Impian Zaruta
49 Bab 49 Reuni Suku Zimbe
50 Bab 50 Wanita Siluman
51 Bab 51 Mencari Alessa
52 Bab 52 Pesan Untuk Damien
53 Bab 53 Hadiah kepala untuk Zaruta
54 Bab 54 Pertemuan Anak Kejutan
55 Bab 55 Balas Dendam Untuk Amora
56 Bab 56 Jangan Tangisi Aku!
57 Bab 57 Kebal Matahari
58 Bab 58 Belajar Di Akademi
59 Bab 59 Pilihan Latisha
60 Bab 60 Kecewa
61 Bab 61 Salah Kelas
62 Bab 62 Petualangan Malam
63 Bab 63 Hukuman
64 Bab 64 Teman Sekamar
65 Bab 65 Neraka
66 Bab 66 Bulu Angsa
67 Bab 67 Pelajaran Mengikat Hewan
68 Bab 68 Istana Meseress
69 Bab 69 Kisah Menyedihkan Peter
Episodes

Updated 69 Episodes

1
Bab 1 Kutukan
2
Bab 2 Imbalan
3
Bab 3 Albert dan Sophia
4
Bab 4 Janji Yang Terpenuhi
5
Bab 5 Penyambutan Pangeran
6
Bab 6 Pelatihan Pertama
7
Bab 7 Terusir
8
Bab 8 Akibat dari Perang
9
Bab 9 Bangkitnya Sang Penunggang
10
Bab 10 Ritual
11
Bab 11 Buronan
12
Bab 12 Suku Zimbe
13
Bab 13 Racun Bagi Vampire
14
Bab 14 Malam Kesunyian
15
Bab 15 Ujian
16
Bab 16 Ujian 2
17
Bab 17 Ujian 3
18
Bab 18 Ujian Terakhir
19
Bab 19 Pencarian Damien
20
Bab 20 Surat Pancingan
21
Bab 21 Pertemuan dan Perpisahan
22
Bab 22 Tahanan Berharga
23
Bab 23 Misi Penyelamatan Albert
24
Ban 24 Misi Penyelamatan Albert 2
25
Bab 25 Pemurnian
26
Bab 26 Tanda Yang Samar
27
Bab 27 Mencoba Melawan Takdir
28
Bab 28 Tertangkap Lagi
29
Bab 29 Ritual Pembangkitan
30
Bab 30 Ritual Pembangkitan 2
31
Bab 31 Kematian Ursula
32
Bab 32 Menuju Hutan Kegelapan
33
Bab 33 Balas Dendam
34
Bab 34 Tanda Di Kening
35
Bab 35 Penawaran Tiga Pangeran
36
Bab 36 Bertemu Kawan Lama
37
Bab 37 Akhirnya Bertemu
38
Bab 38 Harus Berpisah
39
Bab 39 Akhir Balas Dendam Cheet
40
Bab 40 Firasat Buruk
41
Bab 41 Kehidupan Baru
42
Bab 42 Pertempuran di Kastil Enyver
43
Bab 43 Pertempuran di Kastil Enyver 2
44
Bab 44 Belum Selesai
45
Bab 45 Detak Jantung di Dalam Perut
46
Bab 46 Kepala Desa
47
Bab 47 Dunia Baru
48
Bab 48 Impian Zaruta
49
Bab 49 Reuni Suku Zimbe
50
Bab 50 Wanita Siluman
51
Bab 51 Mencari Alessa
52
Bab 52 Pesan Untuk Damien
53
Bab 53 Hadiah kepala untuk Zaruta
54
Bab 54 Pertemuan Anak Kejutan
55
Bab 55 Balas Dendam Untuk Amora
56
Bab 56 Jangan Tangisi Aku!
57
Bab 57 Kebal Matahari
58
Bab 58 Belajar Di Akademi
59
Bab 59 Pilihan Latisha
60
Bab 60 Kecewa
61
Bab 61 Salah Kelas
62
Bab 62 Petualangan Malam
63
Bab 63 Hukuman
64
Bab 64 Teman Sekamar
65
Bab 65 Neraka
66
Bab 66 Bulu Angsa
67
Bab 67 Pelajaran Mengikat Hewan
68
Bab 68 Istana Meseress
69
Bab 69 Kisah Menyedihkan Peter

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!