Sate Gagak

Tindihmayit mulai mengeluarkan suara gelapnya, selepas kejadian menyeramkan yang menimpa Kusdi di malam itu, sekarang Tindihmayit seperti kembali meraung setiap malamnya. Malam ini adalah jadwal pertama kakek untuk ikut meronda di perbatasan desa tepatnya di pos ronda sebelum jembatan angker batas desa. Aku yang mulai jenuh berada di rumah sangat bersemangat untuk ikut bersama kakek malam ini.

Dan kebetulan juga Junsa yang juga mendapat jatah ronda malam ini mendapat giliran shift kedua setelah sebelumnya Bintar terlibat dalam shift pertama ronda. Setiap shift ronda terdiri dari 8 orang perwakilan setiap rumah, ditambah dengan aku yang menjadi anggota tambahan karena aku bukan penduduk yang berdomisili di Tindihmayit. Aku rasa 9 orang di shift kedua ini cukup ramai dan sangat bisa diandalkan untuk menjaga ketentraman desa sampai pagi menjelang.

"Ga! Lucu nih si Edo, masa dia sekarang jualan sate, hahaha.", Bintar menyambutku dengan tawa.

Sebelum pulang setelah menjalankan ronda shift pertama malam ini, Bintar memberitahuku bahwa Edo ternyata malam tadi pergi ke Cendipuro untuk berjualan sate. Menurut penuturan Edo, dia menggantikan Kusdi yang mana adalah pamanya sendiri. Memang, sejak kejadian malam itu Kusdi menjadi trauma dan memutuskan berhenti berdagang untuk sementara waktu.

Waktu berjalan begitu cepat, aku banyak menghabiskan waktu mengobrol dengan Junsa tentang Edo yang memang sepertinya sedikit sibuk karena harus menggantikan pamannya berjualan sate. Namun ada hal aneh yang kami tangkap dari cerita Bintar dan warga lain yang berjaga pada shift pertama. Biasanya, Kusdi berangkat berjualan sekitar pukul 4 sore atau setelah ashar menjelang maghrib.

Tapi malam itu terasa aneh karena Edo berangkat berjualan menuju Cendipuro sudah sangat larut malam, yaitu sekitar pukul 9 malam saat ronda shift pertama baru saja dimulai. Jam di tanganku sudah menunjukan pukul setengah 4 pagi, dan kakek mendapat giliran untuk berkeliling desa bersama 3 orang lainnya. Sekarang tinggalah aku, Junsa dan 3 orang tersisa berada di pos ronda dibarengi dengan memakan kacang rebus yang dibawa oleh Junsa.

"Tolong! Tolong! Tolong!" suara seseorang terdengar mendekat dari arah Brug Barong.

Semakin terlihat jelas bayangan samar seseorang yang mendekat itu, dan tanpa disangka Edo adalah seseorang yang memecah hening di kegelapan jalan desa. Setelah mendekat ke arah pos ronda yang lebih baik pencahayaannya, terlihat Edo bersusah payah mengatur nafasnya yang tesengkal-sengkal. Orang-orang yang berada di pos ronda termasuk aku dan Junsa pun mencoba menenangkan Edo sebisa mungkin dan mencoba memberinya air minum.

"Nih Ed makan kacang dulu!", Junsa dengan santainya menawarkan kacang rebus sesaat setelah Edo meminum air yang aku berikan.

"Bocah geblek! Jangan ngawur Jun!" sela seorang warga yang terheran-heran dengan kelakuan Junsa.

"Ini pasti kerjaan hantu jembatan itu! Ya kok kamu berani banget toh Ed lewat jembatan itu lagi? Katanya kamu juga berangkat lewat situ tadi malam? Wah nekad kamu." cecar warga lain tidak memberi waktu kepada Edo untuk menjelaskan.

"Bukan! bukan mereka yang memulainya! Tapi...tapi aku yang salah karena memancing mereka keluar." Edo kali ini mulai berbicara walau dengan nada bicara yang masih patah-patah.

Singkat cerita, Edo meminta kami semua untuk mengantarnya membawa gerobak sate yang tertinggal di jembatan itu. Tanpa menunggu lama aku, Junsa, Edo dan seorang warga lainnya memberanikan diri untuk menuju Brug Barong dan menyisakan 2 orang di pos ronda untuk berjaga agar dapat menyampaikan kejadian ini jika regu kakek yang sedang berkeliling datang kembali ke pos ronda. Sekitar beberapa menit setelah itu, kita berempat sudah berhasil membawa gerobak sate milik Kusdi itu dengan aman dan mengamankannya di pos ronda.

Terlihat regu patroli kakek pun sudah kembali ke pos ronda dan mereka sepertinya sedang berdiskusi perihal apa yang menimpa Edo saat itu. Adzan subuh tidak lama lagi berkumandang, namun suasana di pos ronda semakin serius karena sekarang Edo mulai menceritakan apa yang sebenarnya terjadi di Brug Barong.

Cerita pun dimulai beberapa waktu lalu setelah Kusdi, paman dari Edo mengalami hal menyeramkan di Brug Barong. Edo yang mendengar cerita itu sebenernya ikut merasa takut karena hal itu membuat Kusdi enggan berdagang untuk sementara waktu. Ada sebuah mitos yang pernah Edo dengar perihal menjual sate daging burung Gagak yang melegenda di daerah ini.

Mitos itu mengatakan, jika kita menjual sate Gagak di tempat yang cukup angker, maka dagangannya akan laris oleh para hantu dari dunia ghaib. Ide ini memang cukup gila dan Edo sendiri tidak tahu bagaimana cara menjual sate Gagak itu. Tapi Edo yang memang sedikit nekad karena dia memang seorang pengangguran kelas berat, akhirnya dengan persiapan seadanya memberanikan diri untuk mencoba.

Menurut kepercayaan banyak orang terutama yang yang paham dengan dunia ghaib, jualan sate Gagak berbeda dengan pesugihan atau sejenisnya. Ini karena penjual hanya melakukan jual-beli tanpa adanya tumbal atau pengorbanan. Tapi tetap saja, hal ini dilarang keras dalam agama maupun budaya setempat karena sama saja kita menyalahi aturan dengan bertransaksi kepada bangsa Jin.

Kembali ke cerita malam itu, Edo dengan perasaan sedikit takut dan persiapan yang kurang akhirnya berangkat beberapa menit setelah ronda shift pertama dimulai. Edo menjelaskan, dia ingin memastikan jika terjadi hal-hal yang berada di luar kemampuanya saat itu, Edo bisa meminta bantuan kepada warga yang sedang berjaga di pos ronda. Dan orang-orang pun mengira bahwa Edo akan bejualan sate Ayam di Cendipuro, padahal sebenarnya mereka pun curiga karena Edo berangkat pada waktu yang tidak biasa.

Ketika sampai di Brug Barong, Edo mulai menyiapkan daging Gagak yang sudah dia siapkan sebagaimana lazimnya sate Ayam yang biasa dia jual ketika menggantikan pamannya saat absen berjualan. Wangi daging bakar dan asap yang cukup tebal mulai menjelajah ke setiap penjuru Brug Barong yang gelap. Namun sampai tengah malam pun tidak ada sesuatu yang terjadi.

Selepas tengah malam kira-kira jam 1 dini hari bersamaan dengan pergantian shift ronda, akhirnya pelanggan pertama Edo pun muncul. Tanpa tahu dari mana datangnya, sesosok perempuan cantik memakai kebaya berwarna kuning berdiri di depan gerobak sate. Edo yang kebingungan akhirnya memberikan sepiring sate dengan 12 tusuk sate di atasnya.

Perempuan itu memakannya perlahan, bahkan menurut Edo satu tusuk sate bisa dihabiskan selama 5 menit. Setelah sate di atas piring habis, akhirnya Edo pun kembali menyiapkan piring berikutnya. Namun ketika Edo hendak memberikan piring sate yang baru itu, di hadapannya perempuan berkebaya itu sudah berubah menjadi seorang pria yang memakai baju batik lusuh.

Edo pun teringat dengan cerita pamannya yang dihantui oleh hantu pria berbaju batik ini. Dengan cepat Edo menjulurkan tangannya untuk memberikan piring sate ke hantu tersebut. Edo sedikit berkeluh dalam hati saat itu, Edo beranggapan bahwa perempuan tadi belum membayarnya sama sekali.

Namun Edo terkejut, karena tanpa sepengetahuannya di dalam laci uang gerobak

sate telah terdapat sebuah benda aneh berbentuk buah berwarna kuning keemasan. Sebelum sempat menyentuh benda itu, Edo sempat melihat ke arah hantu pria yang sedang memakan satenya. Dengan sedikit takut dan ngeri, Edo memperhatikan bahwa hantu pria itu makan dengan cepat dan benar saja, hantu itu memakan sate beserta dengan tusuk satenya.

Edo pun acuh, mencoba menenangkan diri dengan mengalihkan perhatian kepada benda di dalam laci gerobaknya.

"Nih, kalau kalian gak percaya. Ini hasilku berdagang tadi. Tapi gak tau juga benda apa nih, semacam jimat mungkin." perjelas Edo dengan mengeluarkan dua buah benda bulat berwarna emas yang memiliki ornamen daun diatasnya.

"Do! Itu Apel Jin! wah bisa cepat kaya kamu." kakek menjelaskan perihal benda yang ada di genggaman Edo.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!