Hari minggu, Sekar tidak sekolah. Mansion sepi karena majikan mereka pergi berlibur keluar kota bersama menghabiskan weekend mereka. Tadinya Sekar diajak tapi gadis itu langsung menolak.
"Saya tidak biasa bepergian Nyonya,"
"Kau temani aku aja," ujar Brenda.
Netra Sekar menatap iris coklat pucat milik Brenda. gadis itu langsung menunduk dan beringsut mundur. Padahal Sekar tidak menakutinya sama sekali.
"Kamu kenapa sayang?" tanya Bastian.
"Tidak ada Pa," jawab Brenda langsung.
Mereka akhirnya pergi, Rita meminta semua menjaga rumah dengan baik. Ada dua puluh pekerja di mansion besar itu.
"Bu, aku boleh pergi jalan-jalan nggak?" ujar Sekar mulai bosan.
"Nak, mau kemana?" tanya sang ayah.
Sekar diam, ia baru dua minggu di kota besar ini. Tentu tak banyak tempat ia tau. Akhirnya, Sekar memilih pergi ke taman bunga.
"Sekar!" gadis itu hanya menghela napas panjang.
Sosok tinggi kurus dengan wajah berbeda sebelah, setengahnya tua setengahnya masih muda.
"Kau siapa lagi?" tanya Sekar berusaha tenang.
"Aku mingsring," jawab makhluk astral itu.
"Oh ... pantas," sahut gadis itu menatap mahluk yang miring bentuknya.
Sekar menenangkan diri, hari masih terlalu pagi jika harus bertemu hantu, walau matahari tampak malu-malu di balik awan. Mansion itu dikelilingi oleh pohon besar dan rimbun jadi begitu sejuk dan segar.
Matahari tampak, semua makhluk astral menyingkir dari sana. Baru lah Sekar tenang. Gadis itu menghela napas panjang sekali lagi.
"Aku ingin hidup normal," gumamnya sedih.
"Sungguh, mereka itu bau sekali. Belum lagi jika berbenturan dengan alam mereka. Semua tubuhku sakit dan perih," lanjutnya mengeluh. "Kapan semua ini akan berakhir."
Setiap ia mengingat Tuhannya. Sekar merasakan kesakitan di sekujur tubuhnya. Ia begitu tersiksa, gadis itu melawan sekuat tenaga. Ia juga punya akal untuk tidak terjerat dengan rayu goda setan. Tapi sudah dua kali ia diselamatkan oleh para setan.
"Nak, kamu nggak sarapan?" teriak sang ibu.
"Nggak Bu!" sahut Sekar menjawab.
Sekar memang tidak suka makan. Makanya tubuh gadis itu kurus sekali. Hari beranjak panas, Sekar memilih masuk ke dalam rumah dan mulai membantu ibunya.
"Mau ikut Bapak?" tawar sang ayah pada Sekar.
Gadis itu menatap ibunya. Tinah mengangguk, ia juga paham apa yang diinginkan putrinya itu. Sekar memeluk Tinah dengan senang.
Para makhluk astral hanya bisa menatap dari kejauhan. Mereka tentu tidak mau berkumpul dengan manusia-manusia lain, selain Sekar.
"Kamu mau apa sayang?" tanya sang ayah ketika berada di tempat aksesoris.
"Nggak Yah, di kotak masih banyak yang masih bagus," tolak Sekar.
"Tidak apa-apa sayang. Jepit-jepit itu tentu sudah ketinggalan jaman," ujar Tono.
Pria itu memilih bandana yang menurutnya unik dan bagus. Usai membeli dan membayar, mereka pergi ke salah satu butik. Tono kembali membelikan satu gaun indah untuk putrinya.
"Ayah, untuk apa?!"" tolak gadis itu.
"Sayang, cobalah!" pinta pria itu.
Sekar menggeleng, ia tetap menolak, masih banyak baju dan hargamya yang dibeli sang ayah sangat mahal, gadis itu tak tega.
Setelah berputar dan membeli beberapa barang kebutuhan lain untuk Tono, istri dan putrinya.
"Kamu suka buah Nak?" Sekar menggeleng.
Tono menghela napas panjang, semua benda atau makanan yang ditawarkan. Pasti ditolak.
Sampai mansion, sang ibu tersenyum dengan bandana cantik menghias kepala putrinya.
"Kamu cantik, Nak," puji sang ibu.
Kini di kamar, gadis itu kembali melamun. Ia sangat yakin jika ia dapat melihat hantu ketika berlari ke rumah neneknya waktu hanya 200 meter aja jaraknya.
"Mereka langsung tertarik sama aku," gumam didengar sosok lainnya.
"Katanya bau tubuhku yang membuat mereka mendekat," lanjutnya sambil mencium ketiaknya.
"Bau apa sih?" tanyanya heran.
Masalahnya, ia sama sekali tak menciumi bau badan apapun selain bau badannya sendiri.
"Kau tidak akan bisa tau bagaimana baunya yang kami sukai Sekar!' ujar salah satu sosok itu.
'Baunya kek gimana?" tanya gadis itu.
"Hanya kami yang bisa mencium bau itu!" lanjut hantu tangan sangat panjang.
Sekar diam, walau sedikit takut. Padahal sepertinya dia sudah lama melihat hantu. Siapa sih yang tidak takut hantu.
'Nak, bantu ibu masak kue!" teriak ibunya.
Gadis itu memilih membantu ibunya mulai memasak. Usai makan malam. Sekar memilih mengerjakan pekerjaan rumah dari guru killer ya itu.
"Nak, makan malam dulu,"
Mereka makan dengan lahap. Untuk pertama kalinya Sekar tambah.
"Alhamdulillah!" seru Tinah senang.
"Bu, habis ini aku langsung tidur ya," pinta sang gadis.
Mereka membiarkan putri mereka tidur cepat. Tak lama majikan mereka pulang.
Pagi hari, semua sibuk. Rita berteriak membangunkan putrinya. Brenda harus bangun sebelum kakaknya yang membopongnya ke kamar mandi dan menyiramkan air ke tubuhnya.
Mereka berangkat bersama dengan mobil berbeda. Dua anak laki-laki Bastian memiliki usaha sendiri. Tak ada yang tertarik menggantikan sang ayah menjadi CEO. Mereka memilih memimpin di perusahaan milik mereka sendiri.
"Sekar, udah ngerjain peer?" tanya salah satu murid di kelas.
"Sudah," jawab Sekar.
"Aku nyalin ya?" pinta temannya itu.
"Tidak!" tolak Sekar.
Gadis itu kesal, Sekar berjalan meninggalkan temannya itu. Sang teman sepertinya tak suka dengan penolakan. Gadis itu berlari hendak menerjang tubuh Sekar.
"Huuaaa!" pekik sang gadis.
"Dea!"
"Sekar!"
Dea terjerembab sendiri dengan muka lebih dulu menghantam lantai. Gadis itu menangis kencang. Sedang Sekar hanya menatap saja, ia tadi seperti ditarik ke sisi kanan hingga tubuh Dea yang hendak mendorongnya yang jatuh sendirian.
"Kamu ngapain mau dorong Sekar?" tanya ibu guru lembut.
"Huuuu ... uuuu!" Dea masih menangis.
Selain malu bukan main, gadis itu juga merasa sakit. Hidungnya berdarah. Untuk tidak patah, hanya saja benjut di kening gadis itu menjadi perhatian semua teman sekelas bahkan sesekolahan.
"Lagian kamu ngapain ngedorong Sekar?" tanya salah satu teman sekelas.
Dea hanya diam saja, mukanya masih perih bahkan jidatnya yang benjol makin senut-senut.
"Apa kau masih percaya pada manusia Sekar?" tanya salah satu sosok astral yang lumayan mukanya.
Perlahan muka bagus itu copot satu persatu kulitnya. Bau menyengat dan hanya Sekar yang mencium bau itu.
"Pergilah, aku mohon. Aku bisa diusir dari kelas ini," pintanya lirih.
"Sekar ... ikut kami yuk!" ajak salah satu dari mereka.
"Tidak!" tolak Sekar begitu pelan.
Pelajaran terus berlangsung. Bu guru begitu tenang menjelaskan apa yang ada di buku dan di papan tulis.
Bel istirahat berbunyi. Sekar memejamkan mata. Ia sungguh ingin tertawa bagaimana hantu-hantu itu memparodikan cara guru menerangkan pelajaran.
"Kau tertawa!" tanya salah satu dari mereka.
"Kalian lucu juga," sahut Sekar tersenyum.
Suasana memang mencekam, Danar menatap Sekar yang bicara sendiri, ingin ia mendekati teman sebangkunya itu.
"Hai .. kau bicara sama siapa?" tanya Danar membuyarkan semua hantu yang ada di situ.
Bersambung.
eh ... othor malah kebawa 😱
Next?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
나의 햇살
selalu aja bertanya seperti itu. bilang aja sekalian "aku bicara sama setan disebelahmu"
2023-01-26
2
aidernia_Novelia
iman yang kuat dan hati bersih bisa ngusir para mahluk gaib nggak cuman orang pintar 😏
2023-01-08
1
Wiwuk Putri
master of the sun Gak sih drakor nya
2022-12-09
1