Ken

Bismillahirohmanirohim.

Di tempat lain, terlihat seorang laki-laki tengah menahan amarahnya, rahangnya mulai mengeras dengan sempurna, mukanya sudah memerah karena menahan mara. Dia baru saja sampai rumah tapi sudah mendengar perkataan yang tidak menyenangkan menurut dirinya dari kedua orang tuanya. 

"Yang benar saja ma, pa Ken bisa menentukan pilihan Ken sendiri, kenapa harus pakai acara perjodohan segala. Sekarang udah nggak jaman ya main jodoh-jodohan ma, pa." 

Laki-laki itu berkata dengan kepala tertunduk lemah, dia tidak menyangka kedua orang tuanya akan menentukan tentang kisah cintanya juga.

"Tidak ada bantahan Ken ini semua sudah diputuskan." Tegas Deri.

Sekuat apapun Ken membantah kedua orang tuanya, dia tidak akan bisa berbuat apa-apa, cara satu-satunya adalah pasrah.

"Kenapa pa? bukankah Ken bisa memilih untuk pasangan hidup Ken sendiri tidak harus dengan cara dijodohkan." Sahutnya lagi masih tak terima.

"Umurmu sudah matang Ken, ini saatnya kamu menikah lagi pula mama dan papa tidak mencarikan istri sembarangan untuk dirimu dia wanita baik." Tambah Deri lagi yang membuat Ken semakin mengeraskan rahangnya. Dia tak habis pikir dengan mama dan juga papa nya.

"Kamu harus menerima perjodohan ini Ken." Tambah Nina mama Ken.

Ken menatap mama nya tidak percaya. "Terserah mama sama papa saja, kalian yang mengatur hidup Ken." Sahut Ken dengan lantang.

Nina yang baru pertama kali melihat putranya berbicara dengan begitu keras tersentak kaget.

"Apa yang kau lakukan Ken, kamu membentak mamamu sendiri." Emosi Deri.

"Maaf." Sesal Ken, baru saja kakinya hendak pergi dari hadapan kedua orang tuanya suara sang papa membuat Ken kembali diam di tempat.

"Tiga minggu lagi acara pernikahan kamu dan putri sahabat mama dan papa akan segera dilaksanakan." 

"Secepat itukah? bahkan aku belum menyetujui perjodohan ini." Ucap Ken lirih.

"Mama dan papa tidak butuh kata setuju dari kamu Ken, jika dalam tiga minggu ini kamu berani macam-macam jangan harap papa akan memaafkanmu." Tegas Deri yang masih bisa mendengar ucapan putranya.

"Terserah papa." Ken benar-benar pergi dari hadapan Nina dan Deri.

"Ken!" bentak Deri tertahan.

"Sudah mas dia butuh waktu, masih ada waktu dua minggu lebih lagi untuk Ken menerima ini semua, pasti dia butuh banyak waktu sekarang." Cegah Nina saat Deri akan menyusul Ken.

"Kamu benar ma." Ucapnya.

Deri dan Nina juga sebenarnya tidak ingin mengatur hidup Ken, tapi kejadian beberapa tahun lalu membuat mereka berjanji pada diri sendiri. mereka sendiri yang meminta pada kedua orang tua sang gadis yang akan dijodohkan dengan Ken. Jika mereka akan menjodohkan anak mereka dengan anak Nadira dan Arka.

Bahkan Deri dan Nina tidak percaya jika Nadira dan Arka menerima niat mereka untuk menjodohkan putra-putri mereka disaat nafas terakhir yang dimiliki Arka dan Nadira. Deri dan Nina tentu merasa senang atas keputusan Nadira dan Afka, tapi mereka lupa bahwa Ken lah yang akan menjalani semuanya.  

"Papa harap Ken mau menerima perjodohan ini dengan lapang dada, ini semua juga untuk kebaikan Ken ma. Papa tidak mau Ken terjebak pergaulan diluar sana. Papa percaya Ken bisa menjaga dirinya dari perbuatan terlarang, tapi papa tidak bisa menjamin Ken akan terus bertahan di tempat seperti itu. Karena setan selalu menggoda manusia."

"Untuk menjerumuskan manusia di lubang yang salah terus menerus, apa lagi setan mudah sekali menyesatkan manusia." Keluh Deri.

"Mama juga tahu pa, tapi biarkan beberapa hari ini Ken berfikir jangan terlalu memaksakan dirinya."

"Mama percaya Insya Allah Ken akan menyetujui perjodohan ini." Deri mengangguk mengiyakan ucapan istrinya. 

"Mungkin kita lusa ziarah dulu ke makan Nadira dan Arka, mas." Usul Nina.

"Iya ma sekalian juga kita ajak Ken." 

Di kamar Ken.

"Argh…..! apa salah gue kenapa gue harus dijodohin segala." Maki Ken.

Dia menatap kosong jendela kamarnya yang tembus langsung menampakan keindahan kota Bandung.

"Tiga minggu lagi." gumunya seperti orang tak bernyawa.

Di dalam kamarnya Ken menjadi begitu kacau.

Tiga minggu lagi bukan waktu yang lama untuk Ken, bahkan tiga minggu lagi itu seakan hanya sejengkal jari.

"Bahkan gue belum pernah sekalipun ketemu sama cewek yang akan menjadi istri gue nanti." Lagi-lagi Ken meratapi nasibnya sendiri.

Ken membaringkan dirinya di atas kasur sambil menatap langit-langit kamarnya. "Gue emang belum memiliki wanita yang bisa mengisi hati gue tapi nggak dengan cara dijodohkan juga bukan." Lamun Ken.

Tak terasa lama kelamaan matanya terpejam. Hingga satu jam terlewatkan dirinya terbangun akibat suara dari handphone miliknya.

"Halo." Sapa Ken saat sudah menggeser tombol hijau di handphonenya.

"Ken nanti jam satu ada pertemuan dengan kleanit di restoran xx dekat taman, jangan sampai telat, ini kleanit penting banget soalnya." Ucap orang dari seberang telepon langsung to the point. 

"Cek." Ken berdecak kesal, baru saja hari ini dirinya beristirahat sudah ada kerjaan lagi. 

"Iya abis dzuhur gue kesana." Setelanya Ken mematikan telepon secara sepihak.

"Astagfirullah udah dzuhur dari tadi ternyata, gue ketiduran."

Ken yang tersadar langsung pergi ke kamar mandi untuk mengambil wudhu. 25 menit lagi jam satu itu artinya Ken tidak memiliki waktu lama untuk datang ke restoran xx di dekat taman yang dimaksud orang di seberang telepon tadi, untungnya restoran xx tidak teralu jauh dari rumah orang tuanya. 

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!