Nasihat untuk Aira

Bismillahirohmanirohim.

Pagi hari. Di ruang makan rumah keluarga Arga.

"Aira nanti nenek, kakek, opa dan oma juga akan kesini untuk membahas masalah perjodohan kamu." 

"Iya abi." Aira ikut bergabung di meja makan.

Pagi ini mereka semua menikmati makanan yang dimasak oleh Aqila istri dari Arga.

"Kita makan dulu." Ucap Arga kemudian saat melihat mereka semua sudah berada di ruang makan.

Afka yang duduk disebelah kembarnya itu seakan merasakan apa yang sedang Aira rasakan. Mereka semua makan dalam keadaan tenang.

Selesai makan Aira membantu Aqila membereskan meja makan, sedangkan Arga sudah berangkat bekerja begitu juga dengan Afka. Untuk Azzar dia juga harus pergi kuliah, Azzar masih termasuk mahasiswa baru di salah satu universitas Bandung. Mereka sebelumnya sudah berpamitan pada Aqila dan Aira. Afka juga biasanya akan membantu kakeknya untuk mengajar para santri.

"Aira selesai cuci piring umi mau bicara sama kamu." Ucap Aqila, karena pekerjaannya sudah beres dia berlalu pergi meninggalkan Aira menuju ruang tamu. 

Aira yang cucian piring nya sudah hampir selesai menoleh sebentar pada umi Aqila. "Iya umi." Sahut Aira.

Di ruang tamu.

Aira terlihat duduk bersebelahan dengan Aqila. "Aira umi mau tanya sama kamu, tapi kamu harus jawab jujur." Ucap Aqila serius.

"Iya umi." 

"Kamu bener setuju dengan perjodohan ini?" semalam Azzar yang bertanya tentang perjodohan sekarang sang umi.

Aira mengangguk pelan. "Aira sudah putuskan umi. Insya Allah Aira siap." 

"Baiklah umi harap kamu ikhlas dengan semua ini, tapi jika kamu ingin membatalkan perjodohan ini masih ada waktu biar umi yang bicara pada abimu dan kakek beserta nenekmu." 

"Insya Allah Aira sudah siap umi." Aqila tersenyum mendapatkan jawaban dari Aira.

Suara mobil membuat kedua wanita berbeda usia itu reflek berdiri. "Mungkin nenek dan kakek umi juga opa, oma." Ucap Aira, mereka berdua tertawa bersama.

"Mari kita sambut mereka." ajak Aqila. 

"Assalamualaikum." 

"Wa'alaikumsalam." Aqila dan Aira menyambut tamu mereka. Keduanya menyalami punggung tangan keempat orang yang berbeda usia dan jenis itu.

"Abi, umi, papa dan mama ayo masuk dulu."

Sampai di ruang tamu Aira membantu Aqila menyiapkan minuman dan juga beberapa cemilan untuk tamu mereka.    

Beberapa menit kemudian Aira dan Aqila sudah berkumpul di ruang tamu bersama kedua nenek dan kedua kekek Aira.

"Aira kapan wisuda?" tanya Jaya opa Aira, ayah dari ibu kandungnya.

"Dua minggu lagi opa Insyaallah"

Suasana di ruang tamu itu kembali hening setelah percakapan sebentar Aira dan opa nya.

"Hmmm" dehem kakek Aira yang satu lagi, kakek dari sang ayah.

"Aira pernikahanmu satu minggu setelah kamu wisuda akan segera dilaksanakan" semua mata kini tertuju pada Aira.

"Secepat itukah" batin Aira.

Aira menarik nafas sejenak, baru saja dia menerima semua ini dengan lapang dada, tapi Aira tidak menyangka jika pernikahan dirinya dengan orang yang belum pernah dia temui sama sekali akan secepat ini.

"Aira sipa kapan saja kek" jawab Aira mantap.

"Alhamdulillah" 

Semua orang bernafas lega melihat Aira menyetujui ucapan kakeknya.

Lina tidak menayangkan kisah pernikahan anak dan cucunya hampir sama, atas perjodohan, tapi Lina merasa ini semua untuk kebaikan cucu perempuan satu-satunya itu.

Aqila bisa merasakan jika sebenarnya Aira masih berat dengan semua ini, Aqila mengelus punggung Aira dengan lembut. Menurutanya Aira sudah seperti putri kandungnya sendiri.

"Aira nenek mau bicara boleh" ucap umi Rika.

 "Oma juga ingin ngobrol bersama Aira" sahut Lina.

"Kalau begitu biar kita ajak Aira ketaman umi, mama" usul Aqila yang disetujui Jaya dan abi Misbah kakek dari Aira.

Mereka berdua tahu Aira butuh waktu untuk semua ini.

Di taman.

"Aira umi harap kamu bisa menjalani rumah tangga dengan baik nanti"

"Amin" sahut ketiga wanita yang berada disisi umi Rika.

"Aira oma berpesan sama kamu" Aira menoleh pada Lina. "Dalam hidup berumah tangga itu tidak boleh ada yang 'paling' tapi harus bisa 'saling' dan jangan pernah memutuskan untuk berpaling. Kamu tahukan maksud oma" Lian menatap lembut cucunya yang sudah dewasa itu. Dia tahu. Bahwa cucu perempuannya ini adalah gadis yang cerdas.

Setiap melihat Aira, Lian selalu teringat akan mendiang putri satu-satunya kecelakaan beberapa tahun lalu sungguh berdampak buruk pada mereka yang ditinggalkan.

"Iya oma Aira mengerti" mereka semua kembali tersenyum pada Aira.

Kini giliran umi Rika yang bersuara kembali. "Aira" 

"Iya nek" umi Rika tersenyum.

"Aira kunci harmonisnya sebuah rumah tangga itu berserah dirilah pada Allah. Semakin dekat (suami dan istri) dengan Allah maka akan semakin harmonis dan bahagia rumah tangganya. Namun apabila mereka jauh dengan Allah maka jauh pula rumah tangga mereka dari kata harmonis dan bahagia" 

"Terima kasih oma, nenek dan umi atas semuanya" gadis berbalut gamis nevy itu memeluk ketiga wanita yang sangat berharga di dalam hidupnya secara bergantian.

"Jangan lupa minta restu sama mama dan papa ya Ai, mereka pasti bahagia disana melihat putri mereka sebentar lagi akan menikah" ucap Aqila kala Aira memeluknya. Isak tangis Aira membuat Aqila lebih memeluk erat putrinya.

"Jangan menangis lagi Ai, nanti kita bareng-bareng ziarah kesana" tambah Aqila lagi, Aira mengangguk dalam pelukan Aqila.

Lina sangat bersyukur Aqila yang merupakan ipar dari almarhum Nadira itu menyayangi Aira dan Afka seperti dia menyayangi Azzar putar mereka sendiri, bahkan Arga dan Aqila tidak pernah membedakan ketiganya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!