BAB 5 : Rindu Teman-teman di Dunia Nyata

Selesai berganti pakaian, Larina segera ke kamar mandi untuk mengambil pakaian kotor yang akan di cuci. Ia memasukkanya ke dalam bak besar untuk dibawa ke mesin cuci yang ada di halaman belakang rumah.

"Kenapa di taruh disana?" tanya Ibunya yang tiba-tiba muncul dan melihat Larina memasukkan pakaian kotor ke dalam bak plastik.

"Mau dibawa ke belakang rumah. Mesin cucinya disana kan?"

"Siapa yang nyuruh? Bulan ini kita irit biaya. Cuci tangan saja." Ibu Larina berkacak pinggang sejenak lalu meninggalkan Larina.

"Yang benar saja? Ini tidak hanya 1 baju loh!" Larina membuang nafas kasar.

"Jangan banyak komplain. Kerjakan apa yang Ibu suruh. Kalau tidak, tidak ada jatah makan siang dan makan malam untukmu."

Larina mengelus dada sambil membuang nafas beberapa kali. Akhirnya Larina mencuci semua cucian dengan metode cuci tangan. Sesekali Larina mengeluh  karena tangannya terasa akan lepas mencuci pakaian sebanyak itu sedangkan di dunia nyata ia biasa menggunakan mesin cuci ataupun laundry.

Setelah hampir 1 jam, pekerjaannya selesai. Larina merendam semua cuciannya ke dalam air campuran pewangi pakaian. Ia melangkah lemas menuju dapur karena perutnya sudah terasa sangat lapar dan hari mulai sore.

Larina membuka tudung saji di meja makan, ia mendengus sebal saat melhat hanya ada nasi putih tanpa lauk sedikitpun.

"Ini pasti di sembunyikan." Gumamnya sambil melangkah menuju rak buluk di dekat kamar mandi dapur.

"Hmmm, sepertinya aku harus memberikan sedikit pelajaran untuknya" ucap Larina, ia berbalik dan menuju kamar Ibunya dengan langkah pelan.

Dilihatnya Ibunya sedang tertidur pulas, Larina dengan pelan mengambil kunci pintu kamar dan menutup pintu. Ia langsung mengunci pintunya dari luar.

"Nah, beres. Aku bisa makan tanpa adanya gangguan. Hihi." Larina segera meninggalkan kamar orang tuanya dan pergi ke dapur untuk makan.

Selesai makan Larina melanjutkan pekerjaannya, ia menggantung semua cucian di belakang rumah. Saat Larina kembali masuk ke dalam rumah , Ibu Larina terbangun.

Ibu Larina awalnya biasa saja saat melihat pintu kamarnya tertutup.

"hoooaaamm." sambil mengucek mata dan mengikat rambutnya.

Ia bangkit dari tempat tidur dan berniat keluar dari kamar. Ia terlejut karena pintu kamarnya tidak bisa dibuka. Dilihatanya kuncu pintunya juga tidak ada.

"Larina!" panggilnya.

"Larina!"

"Si*alan! Buka pintunya!" Teriaknya sambil menggedor pintu dari dalam.

Larina yang mendengar hal itu langsung berlari ke kamarnya, ia berganti pakaian lagi dan pergi keluar rumah tanpa menyahuti panggilan Ibunya.

"Maaf ya, hihi!" Larina setengah berlari meninggalkan rumah.

Kaki Larina terus berjalan tanpa arah tujuan sampai ia berhenti di sebuah taman bermain. Ia duduk di sebuah kursi dan menikmati angin lembut yang menyapu wajahnya.

"Huufttt sudah berapa hari ya aku disini? 3 hari?" dengan suara pelan.

Matanya mulai berkaca-kaca, ia mengangkat wajahnya dan memandangi langit sore hari yang indah. Sekelompok burung kecil terbang sambil mengeluarkan suara-suara kecil mereka.

"Aku rindu teman-temanku."

" Adakah seseorang yang bisa membawaku pulang?"

Larina menyeka setetes air mata di sudut matanya, ia menarik nafas dalam-dalam dan membuangnya perlahan.

"Apa ada cara agar aku bisa keluar dari sini? Cara tanpa resiko apapun."

****

Matahari mulai tenggelam, Larina bangkit dan melangkah pergi meninggalkan taman bermain. Di sepanjang perjalanan, anak-anak kecil yang bertemu dengan Larina terus mengejek Larina

"Mbak."

"Mbak gendut banget sih."

"Kayak gajah, hahah"

"Jelek lagi, ya?"

"Jangan gitu, nanti kalian di injak!"

"Huuwaaa takut... Kabuuuurr!"

Anak-anak kecil itu berlari dengan tawa terbahak-bahak. Larina menghela nafas mendengar ejekan tersebut.

"Sabar Adinda, sabar." sambil mengelus dada. Telinga dan hatinya tentu terasa panas dan ingin membungkam mulut anak-anak itu.

Ia memandangi tangannya dan membuang nafas kasar.

"Aku pasti bisa! Bisa merubah semuanya!" ucapnya dengan penuh semangat. Larina berlari pelan sampai ia tiba di rumahnya.

Dengan masih mengatur nafas, Larina berhenti di halaman rumah karena Ayahnya sudah berdiri di teras rumah menunggu kedatangan Larina.

"Ayah. Sudah pulang, ya?" tanya Larina sembari melangkah pelan mendekati Ayahnya.

"Iya. Dari mana kamu?"

"Eee dari taman bermain." jawab Larina sambil tersenyum manis.

"Pulang sekolah langsung bermain? Tidak pulang dulu?"

"Pulang kok, Yah."

Larina mencuci kaki di sudut halaman rumahnya sebelum ia masuk ke rumah.

"Yang benar?"

"Benar, dong. Masa Larina bohong sama Ayah."

"Kalau begitu, apa kamu tau pelaku yang mengunci Ibumu di kamar?"

Larina menelan ludah. Ia mematikan kran air dan membuka sandalnya lalu masuk ke dalam rumah.

"Ibu? Di kunci di kamar? Ada orang iseng mungkin."

"Katanya kamu tidak bohong sama Ayah?!"

"Iya kan Ayah tadi tanya apakah Larina pulang atau tidak sepulangnya sekolah? Larina jawab 'Iya' karena Larina memang pulang kok."

"Oh, sudah pulang kamu!!" Ibunya keliar dari dalam rumah menghampiri Larina dan Suaminya di teras rumah.

"Iya, Bu."

"Pasti kamu kan yang ngunci pintu kamar Ibu? Anak kurang ajar memang!"

"Kena karma kali, Bu." timpal Larina santai menahan tawa.

"Kurang ajar!" Ibu Larina siap melayangkan tangannya pada wajah Larina.

"Bu, cukup!" Ayah Larina menahan tangan Istrinya.

Ayah Larina membawa kedua perempuan berharganya masuk ke dalam rumah, ia menutup pintu rumah.

"Dia sudah kurang ajar tau! Akhir-akhir ini suka membantah, tidak lagi menurut."

"Oke-oke, aku mengaku." ucap Larina sambil memutar bola matanya.

"Larina yang mengunci pintu kamar Ibu saat Ibu tidur tadi."

"Tuh kan!"

"Dengarkan alasannya dulu. Larina lapar, mau makan, tapi ternyata Ibu menyembuyikan lauknya. Yang ada hanya nasi putih. Aku lapar setelah pulang sekolah harus mencuci pakaian yang mana tidak boleh menggunakan mesin cuci, agar aku tidak diganggu jadinya ku kunci saja lah pintu kamar Ibu. Setelah itu aku pergi keluar. Apa yang ku sampaikan, itu benar terjadi. No bumbu drama tambahan dan kebohongan."

"Bu? Benar apa yang di katakan oleh Larina?" Tanya Ayah Larina

"Ya biar dia mandiri dan tidak boros toh. Di ajarin sejak dini."

"Itu mesin cuci apa gunanya, Bu? Buat pajangan? Apa mau di lelang?" Larina membuang nafas kesal

"Bu, Larina itu pulang jam 2 siang. Dia pasti lelah mengikuti mata pelajaran dari pagi."

"Kamu apa-apaan, sih? Anak itu jangan terlalu di manja. Lebay! Cuma sekolah doang kok bilangnya capek banget." Ibu Larina menarik tangannya dari Ayah Larina dan pergi ke kamar meninggalkan keduanya.

"Maaf, Ayah." ucap Larina pelan.

Ayah Larina menghela nafas, ia menarik Larina ke dalam pelukannya.

"Hangat," batin Larina

☘☘☘

Yuk tinggalin jejak di kolom komentar, berikan kritik dan saran yang positif tentunya.

Dukung aku dengan beberapa cara seperti Like, Komentar, Gift, Vote dan lainnya. Oh iya, satu lagi nih, JANGAN BOOM / SPAM LIKE YA😙

Terpopuler

Comments

나의 햇살

나의 햇살

kaplau aku disana, tuh ibu ibu udah aku maki-maki sampai kena ke jantungnya dan lebih memilih pergi sendiri daripada diusir

2023-03-25

0

나의 햇살

나의 햇살

bagus. kurung aja dia seminggu disana tanpa makan dan minum

2023-03-25

0

ALONE ⭕

ALONE ⭕

Sabar Larina....semua baru saja dimulai. kamu harus tegar, semua pasti akan berhasil

2022-11-24

6

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 : Adinda
2 Bab 2 : Masuk ke Dunia Novel
3 Bab 3 : Hari Pertama Sekolah dengan Tubuh Baru
4 Bab 4 : Membuat Seisi Kelas Terkejut atas Perubahan Dirinya
5 BAB 5 : Rindu Teman-teman di Dunia Nyata
6 Bab 6 : Penyelamatan yang Gagal
7 Bab 7 : Tidak Semua yang Kita Rencanakan Bisa Terlaksana dengan Mulus
8 Bab 8 : Larina Mendapat Hukuman Lagi
9 Bab 9 : Larina Butuh Hp
10 Bab 10 : Service Hp
11 Bab 11 : Doni Dkk Kembali Menganggu Larina
12 Bab 12 : Aku Ingin di Dekatmu!
13 Bab 13 : Hari Ulang Tahun Larina & Adinda
14 Bab 14 : Kado dari Ayah ~ Hp Baru
15 Bab 15 : Kriteria Mewakili Kelas dalam Lomba Cerdas Cermat
16 Bab 16 : Larina & Bapak Kepala Sekolah
17 Bab 17: Ujian Seleksi Dimulai
18 Bab 18 : Kemenangan Milik Larina
19 Bab 19 : Ceraikan Saja Ayahku
20 Bab 20 : Ketua Asli dari Kelompok Perempuan Pembully
21 Bab 21 : Kegagalan Lagi.
22 Bab 22 : Doni Menjenguk Larina??
23 Bab 23 : Permintaan Larina
24 Bab 24: Tetap Masuk Sekolah Walau Belum Sembuh Total.
25 Bab 25 : UKS
26 Bab 26 : Tidak Rindu Membullyku?
27 Bab 27: Membesuk Ayah Rafa
28 Bab 28 : Makan Berdua di Atap Sekolah
29 BAB 29
30 Bab 30 : Pembagian Raport
31 Bab 31: Libur Sekolah
32 Bab 32 : Kelas Baru
33 Bab 33 : Pembentukan Struktur kelas (1)
34 Bab 34 : Pembentukan Struktur Kelas (2)
35 Bab 35 : Ditusuk Menggunakan Pulpen
36 Bab 36 : Kutukan??
37 Bab 37 : Pemberian dari Orang Misterius.
38 Bab 38 : Meminta Izin Untuk Bekerja
39 Bab 39 : Hari Pertama Bekerja
40 Bab 40 : Urus Dulu Pekerjaan Rumah
41 Bab 41 : Bagaimana dengan Permintaanku?
42 Bab 42 : Tinggal Bersama Pemilik Toko
43 Bab 43 : Gelang Berharga
44 Bab 44 : Kain Apa?
45 Bab 45 : Seminar di Sekolah XX
46 Bab 46 : Ketahuan Selingkuh?!
47 Bab 47 : Aku Belum Pernah Menjadi Orangtua, tapi Ibu Pernah Menjadi Seorang Anak
48 Bab 48 : Selamat Jalan
49 Bab 49 : Ajakan Nonton di Bioskop!
50 Bab 50 : Nonton di Bioskop
51 Bab 51: Menciptakan Kenangan di Pasar Malam
52 Bab 52 : Ayah Kemana?
53 Bab 53 : Orang Tua Larina Bercerai
54 Bab 54: Keluar Dari Rumah
55 Bab 55 : Diskusi Pojok Baca
56 Bab 56 : Sulap Ala Larina
57 Bab 57 : Pembuatan Proposal
58 Bab 58 : Dana Cair
59 Bab 59: Mau Bersepeda?
60 Bab 60
61 Bab 61: Sepasang Mata Mengawasi
62 Bab 62: Pakai Karyawan atau Tidak?
63 Bab 63 : Larina Ada di Rumah?
64 Bab 64 : Bolehkah Punya Rasa Lebih dari Teman?
65 Bab 65 : Diterima atau Ditolak?
66 Bab 66 : Mulai Banyak Yang Tertarik
67 Bab 67 : Cemburu?
68 Bab 68 : Orang Misterius
69 Bab 69 : Ajakan Makan Malam Bersama
70 Bab 70 : Makan Malam bersama
71 Bab 71 : Makan Malam Bersama part 2
72 pengumuman
73 Eps 72. Tikus dan Semut
74 Eps 73: Masalah akan mewarnai kisah hidup
75 Eps 74
76 Eps. 75
77 Eps. 76
78 Eps. 77 : Kecut.
Episodes

Updated 78 Episodes

1
Bab 1 : Adinda
2
Bab 2 : Masuk ke Dunia Novel
3
Bab 3 : Hari Pertama Sekolah dengan Tubuh Baru
4
Bab 4 : Membuat Seisi Kelas Terkejut atas Perubahan Dirinya
5
BAB 5 : Rindu Teman-teman di Dunia Nyata
6
Bab 6 : Penyelamatan yang Gagal
7
Bab 7 : Tidak Semua yang Kita Rencanakan Bisa Terlaksana dengan Mulus
8
Bab 8 : Larina Mendapat Hukuman Lagi
9
Bab 9 : Larina Butuh Hp
10
Bab 10 : Service Hp
11
Bab 11 : Doni Dkk Kembali Menganggu Larina
12
Bab 12 : Aku Ingin di Dekatmu!
13
Bab 13 : Hari Ulang Tahun Larina & Adinda
14
Bab 14 : Kado dari Ayah ~ Hp Baru
15
Bab 15 : Kriteria Mewakili Kelas dalam Lomba Cerdas Cermat
16
Bab 16 : Larina & Bapak Kepala Sekolah
17
Bab 17: Ujian Seleksi Dimulai
18
Bab 18 : Kemenangan Milik Larina
19
Bab 19 : Ceraikan Saja Ayahku
20
Bab 20 : Ketua Asli dari Kelompok Perempuan Pembully
21
Bab 21 : Kegagalan Lagi.
22
Bab 22 : Doni Menjenguk Larina??
23
Bab 23 : Permintaan Larina
24
Bab 24: Tetap Masuk Sekolah Walau Belum Sembuh Total.
25
Bab 25 : UKS
26
Bab 26 : Tidak Rindu Membullyku?
27
Bab 27: Membesuk Ayah Rafa
28
Bab 28 : Makan Berdua di Atap Sekolah
29
BAB 29
30
Bab 30 : Pembagian Raport
31
Bab 31: Libur Sekolah
32
Bab 32 : Kelas Baru
33
Bab 33 : Pembentukan Struktur kelas (1)
34
Bab 34 : Pembentukan Struktur Kelas (2)
35
Bab 35 : Ditusuk Menggunakan Pulpen
36
Bab 36 : Kutukan??
37
Bab 37 : Pemberian dari Orang Misterius.
38
Bab 38 : Meminta Izin Untuk Bekerja
39
Bab 39 : Hari Pertama Bekerja
40
Bab 40 : Urus Dulu Pekerjaan Rumah
41
Bab 41 : Bagaimana dengan Permintaanku?
42
Bab 42 : Tinggal Bersama Pemilik Toko
43
Bab 43 : Gelang Berharga
44
Bab 44 : Kain Apa?
45
Bab 45 : Seminar di Sekolah XX
46
Bab 46 : Ketahuan Selingkuh?!
47
Bab 47 : Aku Belum Pernah Menjadi Orangtua, tapi Ibu Pernah Menjadi Seorang Anak
48
Bab 48 : Selamat Jalan
49
Bab 49 : Ajakan Nonton di Bioskop!
50
Bab 50 : Nonton di Bioskop
51
Bab 51: Menciptakan Kenangan di Pasar Malam
52
Bab 52 : Ayah Kemana?
53
Bab 53 : Orang Tua Larina Bercerai
54
Bab 54: Keluar Dari Rumah
55
Bab 55 : Diskusi Pojok Baca
56
Bab 56 : Sulap Ala Larina
57
Bab 57 : Pembuatan Proposal
58
Bab 58 : Dana Cair
59
Bab 59: Mau Bersepeda?
60
Bab 60
61
Bab 61: Sepasang Mata Mengawasi
62
Bab 62: Pakai Karyawan atau Tidak?
63
Bab 63 : Larina Ada di Rumah?
64
Bab 64 : Bolehkah Punya Rasa Lebih dari Teman?
65
Bab 65 : Diterima atau Ditolak?
66
Bab 66 : Mulai Banyak Yang Tertarik
67
Bab 67 : Cemburu?
68
Bab 68 : Orang Misterius
69
Bab 69 : Ajakan Makan Malam Bersama
70
Bab 70 : Makan Malam bersama
71
Bab 71 : Makan Malam Bersama part 2
72
pengumuman
73
Eps 72. Tikus dan Semut
74
Eps 73: Masalah akan mewarnai kisah hidup
75
Eps 74
76
Eps. 75
77
Eps. 76
78
Eps. 77 : Kecut.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!