Angga, Azzam, dan Aldi pun telah sampai di parkiran. Mereka langsung meninggalkan sekolah menuju ke Bengkel yang menjadi Basecamp mereka.
Di tengah jalan mereka terpaksa menghentikan laju motornya, karena ada mobil yang berhenti di tengah jalan. dan Rupanya mereka mengenal siapa pemilik mobil tersebut.
Tidak salah lagi mobil yang tengah terparkir di pinggir jalan itu adalah mobil Guru cantiknya Angga. Angga memang terlalu konyol dengan menjadikan wanita yang sudah memiliki tunangan itu menjadi ratu di hatinya.
Mereka lalu menghampiri Bu Amel yang tengah membuka bagian depan mobilnya untuk mengecek apa yang salah dengan mobilnya itu.
Walaupun Dia tidak mengerti akan mesin tapi Dia tetap mencoba untuk mengeceknya.
Namun Dia dikagetkan dengan suara dari arah belakang mobilnya.
''Mobilnya kenapa bu'' tanya Aldi saat sudah sampai di sebelah kiri mobil.
''Eeh, Kalian kenapa ada disini'' bukannya menjawab pertanyaan murid nya Bu Amel justru menanyai balik pada mereka.
''Boleh lihat mobil nya Bu '' tanpa basa basi Angga langsung maju untuk mengecek mesin mobil.
Bu Amel pun memberikan ruang ke Angga untuk mengecek mesin mobilnya yang kini tengah ngambek padanya.
Angga sebenarnya sangat berbakat dalam urusan mesin mobil tapi papa nya tidak mengizinkan dia untuk bersekolah di SMK jurusan teknik mesin.
Dia ingin anaknya meneruskan usaha keluarga yang sudah turun temurun itu.
10 menit berlal
''Kayaknya harus di bawah ke bengkel deh Bu soal nya ada kabel yang harus di ganti'' ucap Angga memecahkan keheningan.
''Saya telepon orang bengkelnya dulu kalau Ibu mengizinkan'' sambung Angga
''Aduuh, gimana ini mana bengkel jauh dari sini, Saya harus cepet pergi'' Amel pun menjadi gelisah saat mobilnya masih belum bisa dinyalakan.
''Memang mau pergi kemana Bu'' tanya Aldi yg penasaran sedangkan Azzam dari tadi dia hanya menjadi pendengar yang baik karena dia memang sifat nya yang cukup dingin.
''Saya mau ke Butik, untuk fitting baju pengantin"
Degh
Ponsel yang ada di tangan Angga pun terjatuh dari genggamannya. Hati Angga mendadak bergemuruh menahan rasa sakit di hatinya. Tapi apa yang Dia bisa lakukan selain menatap nanar wajah pujaan hatinya.
Azzam dan juga Aldi langsung mengarahkan pandangan mereka ke arah Angga yang diam mematung. mereka tidak tahu apa yang harus mereka lakukan saat ini.
Bingung
Itu sudah pasti.
Bingung dan entah harus berbuat apa mereka berdua. Antara ingin mengantar gurunya ke Butik atau menunggu sampai mobil derek datang untuk membawa mobil yang mogok itu untuk di perbaiki di Bengkel.
Di satu sisi mereka juga kasihan pada sahabat mereka. Yang harus mendengar kenyataan bahwa wanita yang kini tengah di tolongnya tengah terburu buru untuk melakukan hal yang sama sekali tidak ingin di dengarnya.
Fitting baju pengantin kata itu sungguh lebih sakit dari saat sang papa melarang untuk melanjutkan sekolah di SMK favoritnya yang mengharuskan dia untuk mengubur dalam-dalam mimpi nya menjadi seorang montir.
Suara dering ponsel memecahkan keheningan yang terjadi d antara mereka. Angga langsung mengambil ponsel nya yang tergeletak di tanah. Lalu ia pun mengecek siapa yang menelpon dirinya. Ternyata mereka dari pihak Bengkel yang ingin menanyakan ada gerangan apa sang bos pemilik bengkel menelpon mereka.
Ia pun menyuruh mortirnya untuk datang ke alamat dimana dia berada saat ini dan memberi tahukan bahwa mobil gurunya mogok dan membutuhkan mobil derek untuk di perbaiki di Bengkel.
Angga pun pergi dari sama menuju motor sportnya tanpa berkata apapun. Hal itu pun menarik perhatian kedua sahabat dan Amel yang dari tadi hanya diam tanpa kata saat orang bengkel menelpon Angga.
Tak lama kemudian suara motor terdengar mendekat ke arah mereka dan berhenti tepat di depan mobil yang mogok.
Angga menyodorkan helmnya pada Amel yang hanya di tanggapi dengan tatapan bingung kenapa Angga menyodorkan helm kepada dirinya.
Jangan bilang dia akan mengantarnya ke butik. yang benar saja bagaimana bisa dia naik ke atas motor.
''Mari Bu, saya antar ke butik nanti terlambat dari jam janjiannya'' kata Angga dengan masih menyodorkan helmnya. Amel dia masih diam mencoba mencerna apa yang tengah muridnya ini katakan.
''Kenapa apa Ibu keberatan kalau di antar sama saya'' kata Angga lagi karena Bu guru itu masih berdiam diri mematung di tempatnya.
''Bukan begitu tapi ini naik nya gimana terus? mobil saya gimana?''
''Mobil nya biar kami yang tunggu, Bu tidak usah khawatir'' kata Aldi memberikan usulannya.
"Ibu pergi saja'' Azzam pun menimpali Aldi yang menawarkan diri untuk menjaga mobilnya.
''Aduh ibu jadi gak enak sama kalian, kalau seperti ini''
''Ibu gak usah merasa gak enak sama kita yang penting nanti tambahin ya nilai kami bertiga hehehe'' Aldi pun cengengesan sambil menarik turunkan alisnya.
Plak
''Aduuhh sakit bego'' Azzam tidak habis pikir kepada Aldi bisa bisanya di saat seperti ini masih saja dia berbuat konyol seperti itu.
''Udah Bu, gak usah di dengerin Dia, emang kadang kadang suka kumat gilanya''
''Mari Bu"
''Tapi kamu gak pakai helm ngga''
''Loe pakai helm gue aja tar gue pinjem helm orang bengkel''
'' Bentar gue ambilin'' tanpa menunggu jawaban, Aldi pun pergi untuk mengambil helm lalu kembali dengan helm di tangannya dan menyodorkan ke Angga. Angga pun menerimanya lalu memakai helm full face kepunyaan aldi.
Amel pun melakukan hal yang sama dengan Angga sang murid, namun karena tidak terbiasa dia agaknya kesulitan untuk mengaitkan tali helmnya.
Angga yang menyadari hal itu pun turun dari motornya untuk membantu Amel yang tampak kesulitan.
klik
Helm sudah terpasang sempurna di kepala sang Guru. Amel pun tersenyum saat helm nya sudah terpasang sempurna di kepalanya.
Angga tertegun melihat Amel yang tersenyum, desiran aneh didalam dadanya sungguh menyiksa batin.
Tapi Dia tidak ingin melewatkan senyum indah itu. senyum yang begitu indah terbingkai oleh wajah cantiknya.
Entah kapan atau mungkin tidak akan pernah sama sekali Dia memiliki kesempatan untuk melihat senyum itu dari jarak dekat seperti saat ini. Andai Dia bisa menghentikan sang waktu, saat ini ia ingin waktu itu berhenti hanya agar dia bisa terus menatap wajah itu.
Amel yang melihat dirinya d tatap tanpa berkedip, dia mencoba memanggil namanya.
'' Angga, Angga ''
Masih tidak ada sahutan dari mulut Angga karena dia sedang berada dalam lamunan indah nan jauh di sana.
''Cantik'' ucapnya tanpa sadar.
''Kamu ngomong apa ngga '' kata Amel lagi saat dia mendengar Angga yang bergumam lirih.
Angga pun tersadar dari lamunannya saat merasakan tangan Amel yang memegang lengannya.
''Ayo, katanya mau anter Ibu'' kata Amel lagi
''Iya Bu''
Angga pun menaiki sepedanya dengan sedikit memiringkan untuk memudahkan Bu Amel untuk naik ke atas motornya.
Angga menghidupkan motornya lalu melambaikan tangan seraya pamit pada ke dua sahabatnya lalu pergi meninggalkan mereka di pinggir jalan.
to be continue
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments