BAB 9

Tiga bulan berlalu. Kini Alisya sudah berhasil membuka Cafe baru yang ada di Kota J, usaha Alisya yang di bandung di kelola sama orang kepercayaan nya.

Kini Reva juga sudah bersekolah di tempat barunya. Tak sulit untuk putrinya beradaptasi dengan lingkungan baru, pada dasar nya dia anak yang ceria dan pemberani.

Masih sama seperti di Sekolahan yang lama, terkadang dia di katai Anak haram karena tak punya Papa.

Alisya masih sibuk menyelesaikan pekerjaan nya. Dia mengecek pembukuan dan bahan yang telah habis. Setelah menjemput putrinya dia akan sekalian pergi untuk belanja kebutuhan Cafe. Alisya bisa saja menyuruh pegawai nya belanja, namun Alisya merasa lebih puas kalau belanja sendiri.

Setelah mengerjakan pekerjaan nya Alisya bersiap-siap menjemput buah hatinya.

"Mbak Dewi, Alisya nitip Cafe ya, Alisya mau jemput Reva dulu sekalian belanja" ucap Alisya.

"Iya Sya, hati-hati di jalan" jawab Dewi.

Alisya pun menginjak pedal gas mobil nya dan langsung pergi meninggalkan Cafe.

Alisya sudah menceritakan semuanya sama Dewi pada awal Alisya balik lagi ke kota J.

*Flasback On*

Alisya tiba di kota J, dia langsung saja menemui Dewi di Cafe. Untung jam kerja Dewi sudah selesai, jadi mereka bisa mengobrol dengan leluasa.

"Hai mbak" sapa Alisya tersenyum.

"Ya ampun Sya selama ini kamu kemana saja" ucap Dewi langsung saja menangis sambil memeluk Alisya.

ketika mereka sedang berpelukan , kedua bocil malah merusak suasana haru mereka.

"Ma Leva lapal" ucap Reva sambil menarik narik baju Mama nya. Alisya menepuk jidat nya dia lupa belum ngasih makan anak nya.

"Oh tuhan, maaf, Mama lupa sayang" ucap Alisya sambil melepaskan pelukan nya dari Dewi, lalu menyuruh anak nya untuk duduk dan dia memesan makanan untuk putrinya.

Dewi yang penasaran akhirnya bertanya pada Alisya.

"Dia siapa Sya? kok manggil kamu mama" Dewi sambil menatap Reva.

"Perkenalkan diri kamu nak sama tante Dewi Sayang" titah Alisya kepada buah hatinya.

"Pelkenalkan tante, nama aku leva ucap Reva dengan suara cadelnya, sehingga yang dengar menjadi gemas.

"Lucu putrimu Sya" ucap Dewi tertawa kecil.

"Lucu mbak, tapi terkadang suka bikin sakit kepala" ucap Alisya.

"Makan dulu Sayang" ucap Alisya lembut.

"Iya mama" ucap Reva, Dia mulai menyantap makanan dengan diam, Alisya membiarkan putrinya makan sendiri, tak apa kalau misal berceceran di meja, yang penting anaknya bisa mandiri. Karena ketika dia besar nanti tidak akan bisa bergantung sama orang, siapa yang akan menolong kita kalau bukan diri kita sendiri.

"Kamu berhutang penjelasan sama mbk Sya" ucap Dewi menatap Alisya. Alisya menghela nafas pelan.

Akhirnya Alisya mulai menceritakan awal kejadian di rumah Irfan hingga hamil dan di Do dari kampus.

Dewi mendengarkan cerita Alisya hingga meneteskan air mata, dia tidak terbayang jika dirinyalah yang berada di posisi itu.

Dewi pun menceritakan ketiga pemuda yang tengah mencari Alisya dulu. Ternyata dugaan Dewi benar kalau kepergian Alisya ada hubungan nya dengan mereka.

*Flasback Off*

Di sekolahan Reva.

"Hai, nama tamu capa" tanya anak baru menghampiri Reva.

"Peltenaltan, nama aku Leva" jawab Reva dengan gaya centilnya.

"Nama tamu capa" tanya nya.

"Nama aku Leinand" jawab pria kecil itu yang sama sama cadel.

Setelah berkenalan mereka bermain bersama, Reva merasa senang karena ada yang mau berteman dengan nya.

Tiba tiba ada segerombolan bocil menghampiri mereka yang sedang bermain berdua.

"Hai Ley, napain tamu belmain sama anak halam itu" ucap salah satu bocil yang bernama Dafa.

"Memangna tenapa, tata mama atu tita tidak boleh memilih teman." jawab Reynand bijak.

"Apa tamu tidak malu belteman sama dia" ucap Dafa.

"Tenapa mesti malu, dia pintal dan judha baik" jawab Reynand.

Reva hanya menunduk sedih. Yang Reva tau anak yang gak punya papa itu di sebut anak haram gitu.

"Pelgi cana talian, janan dandu tami" usir Reynand dengan muka galak sambil berkacak pinggang.

Segerombolan bocil itu pun pergi meninggalkan Reynand dan Reva.

"Tamu nda apa apa" tanya Reynand. Reva hanya diam memaksakan senyumnya. Dia sudah biasa di katai seperti itu, namun selama ini dia tidak pernah bilang pada Alisya, dia tidak mau melihat mama nya sedih.

Karena suatu hari Reva menanyakan Papanya namun Alisya menjawab katanya papa nya sudah di surga. Dan tak sengaja sesudah itu Reva melihat Alisya nangis diam diam di dalam kamarnya.

"Tamu nda usah tatut, ada aku yang atan melindungimu" ucap Reynand.

(Ceilah gaya bener nih bocil, ngucap huruf "R" aja belum bisa, sok sokan mau jagain anak orang")

"Matacih Ley" ucap Reva senang.

Mereka melanjutkan main nya

Tak lama bel tanda pulang pun bunyi. Para murid pada berhamburan keluar dari kelas, Reynand masih setia mendampingi Reva.

"Tamu di jemput capa" tanya Reynand setelah di depan kelas.

"Atuh di jemput mama" jawab Reva. Tak lama Reva melihat kedatangan Alisya, dia memanggil mamanya sambil melambaikan tangan.

"Mama" teriak Reva.

"Gimana sekolahnya Sayang" tanya Reva ketika sudah berada di depan putrinya.

"Membocankan ma, Leva udah tau cemuanya" jawab Reva seadanya.

"Gak boleh gitu Sayang, Reva tetap harus banyak belajar" ucap Alisya menasihati putrinya

"Ini siapa Sayang" tanya Alisya melihat anak pria yang berada di samping putrinya.

"Atu Ley Onty, teman balu Leva" bukan Reva yang menjawab, namun Reynand yang menjawabnya.

"Terima kasih Sayang, sudah mau jadi teman Reva" sahut Alisya. dia bersyukur akhirnya ada yang mau berteman dengan putrinya.

"Ley pulang dulu tante, Mommy Ley cudah ada di depan" pamit Rama.

"Leva, Ley pulang dulu ya, becok tita main ladhi" Reynand berpamitan dengan teman barunya, Reva mengangguk kecil.

"Hati-hati Sayang" ucap Alisya menatap pria kecil itu pergi menghampiri mamanya.

"Ayo Sayang, kita akan ke mall dulu buat belanja" ajak Alisya.

"Let's goo mama" pekik Reva antusias.

Alisya menggelengkan kepalanya melihat tingkah putri kecilnya itu, putrinya itu paling semangat kalau mau di ajak belanja. karena nanti dia akan membeli semua cemilan yang dia inginkan.