Seakan semesta merestuinya, Nessa dihadapkan dengan pekerjaan yang terus berkesinambungan dengan kakaknya itu. Ingin rasanya ia mundur, namun tak semua orang yang bisa mendapatkan kesempatan itu. Ia termasuk mahasiswa pilihan yang bersaing dengan mahasiswa lain yang ingin ditempatkan di perusahaan magang yang mentereng.
"Nes, cari baju yok, buat nambah koleksi ngantor," ajak Khaira semangat.
"Eh, gue udah siap sih. Belum ada dana lagi, nunggu gajian. Hahaha."
"Ramai olshop lo, mayan banget," ujar Khaira mengacungkan jempol.
"Pelan-pelan, alhamdulillah ya cukuplah untuk uang jajan," ucapnya tenang. Nessa seorang reseller barang apa saja yang bisa dipasarkan sesuai keinginan pembeli. Mulai dari kosmetik, pakaian, sepatu dan juga aksesoris. Bahkan makanan ringan produk rumahan yang di kelola UMKM untuk dipasarkan via on line.
Walaupun kehidupannya cukup frontal dan bebas, namun ia masih tipe cewek yang menganut asas pergaulan yang ramah di kalangan remaja. Dengan artian dibatas normal nakalnya anak remaja kekinian.
Tidak mengambil jalan bareng Khaira. Nessa justru menemui Bima di apartemennya.
"Wah ... anjir lo habis pesta?" umpat Nessa mendapati rumahnya yang berantakan.
"Bukanlah itu tadi ada teman aja," jawabnya santai. Nessa menjadi sibuk sendiri untuk membereskan, kebiasaan sahabatnya itu tidak bebersih sudah tahu Nessa tidak suka yang namanya kotor dan tidak rapih.
"Lo ajak cewek lo ke sini, main di sini?" tanya Nessa tak percaya.
"Gila, nggak lah! Tadi teman cowok aja, ya kali main di sini? Spesial, check in mah di hotel," ucapnya enteng.
Bima adalah bad boy sejati. Baginya perempuan cuma mampir sebatas hiburan tanpa bertaut dalam hatinya. Jiwanya melalang jauh yang entah sampai kapan, dan sialnya gegara kedekatannya dengan Nessa beberapa kali Bima mengambil kesempatan untuk memutuskan pacar-pacarnya.
"Nggak jelas lo!" cecar Nessa sembari sibuk membersihkan sofa dengan kulit kacang yang berserak.
Bima hanya tersenyum menimpali. Keduanya tak pernah ada rahasia yang tidak dimengerti. Baik Nessa dan juga Bima saling curhat satu sama lain. Keluarga Bima tinggal di luar kota, pria itu didapuk membantu cabang perusahaan ayahnya yang mentereng masih sambil kuliah.
"Sebenarnya gue mau curhat, menurut lo gue ambil kerjaan magang gue di GH Corporation nggak?"
"Wah ... ambil dong, itu kan perusahaan besar. Keren!"
"Lo tahu nggak itu perusahaan siapa?"
"Siapa? Tahu lah punya keluarga Hardiyoga 'kan?" jawabnya enteng.
"Iya, keluarga Gama, nggak menutup kemungkinan kan kita bakalan ketemu terus. Menurut lo gimana?" Nessa jelas galau.
"Ambil pekerjaannya, lupakan orangnya, ayolah Ness, banyak pria ganteng dan tajir di luar sana, kenapa harus kak Gama sih!" omel Bima sebal. Sahabatnya itu sangat keras kepala.
"Ye ... ini tuh masalah perasaan, mana bisa diganggu gugat, emangnya elo yang bisa dengan entengnya memiliki lalu menghempaskan!"
"Setidaknya gue nggak suka sama istri orang, bebas!"
"Lo nggak ngerti Bim, ceramah mulu, nanti deh kalau sudah ketemu sama pujangga yang sesungguhnya gue bakalan lupain kak Gama. Jadi ini gue ambil nih!"
"Ya kali pilihan dari kampus lo tolak, males banget buat ngurusnya lagi, belum antri dapat jobnya lagi, tambah lama lo jadi mahasiswa. Semester akhir aja gue nggak kelar-kelar!"
"Lo kebanyakan main, urus noh makalah-makalah lo, sumpek!"
"Bantuin, gue ada tugas ngetik, please ....!"
"Ogah, capek binggo lo yang kuliah selalu gue yang diuber tugas, nggak mau. Mau numpang tidur!" usai beberes yang cukup melelahkan, sambil menunggu sore Nessa beristirahat sejenak di kasur empuk Bima.
Sahabatnya itu tidak ada ahklak, walaupun termasuk player yang bejat. Konon katanya hanya Nessa yang boleh tidur di kasurnya yang cukup nyaman itu.
Nessa sengaja pulang sore, menunggu orang rumah ramai, atau lebih jelasnya Mbak Tere sudah pulang. Takut, atau lebih tepatnya malas jika hanya harus bertemu dengan Gama menyebabkan kecanggungan.
Sementara Gama dan There sudah kembali ke rumah, mereka terlihat menghabiskan waktu bersama sebelum terpisah dengan kesibukannya masing-masing. Sebenarnya Gama punya rumah pribadi yang cukup megah dan nyaman, namun Tere menolak tinggal di sana dan memilih tinggal bersama mamanya terutama semenjak ayahnya tiada.
"Sayang, aku ingin kita menempati rumah kita saja, adikmu 'kan bisa meninggalkan kost dan menjaga mama," ujar Gama mencoba bernego. Selama ini selalu nurutin istrinya, rasanya ia ingin kembali ke rumah pribadinya dengan Tere mengurus rumah seperti dulu, Gama merindukan itu, sayangnya ia seakan tak paham menggampangkan keadaan itu begitu saja.
"Nggak bisa dong Mas, kan mama sendirian, lagian kalau aku sibuk pulang ke rumah kesepian, di sini kan aku bisa sekalian pantau mama. Nessa itu mana ngerti hal-hal sekecil tentang mama. Kamu keberatan kalau ikut jagain mama?"
"Nggak lah, mana ada keberatan, cuma lagi pengen berdua aja," ucap pria itu bermanja. Keduanya menghabiskan waktu berdua di ruang keluarga sambil menonton TV, ditemani cemilan sore ini.
"Ghem!"
Suara deheman mengalihkan atensi dua manusia yang tengah duduk merapat itu.
"Eh, Nessa, sudah pulang?" sapa There menghallo adeknya yang melewatinya.
"Iya Mbak, baru. Mama berisik mulu nyuruh aku pulang jadilah gagal nginep di kost. Mungkin efek sakit kemarin, jadi masih pengen dekat sama anak-anaknya," ucapnya lalu. Melirik pria yang nampak duduk tenang di samping Mbak There sambil merangkulnya. Mereka memang terlihat selalu mesra walaupun belum dikaruniai anak. Seharusnya Nessa bahagia melihat itu, bukannya malah bertalu-talu ngilu begini.
"Saya ke atas dulu Mbak, gerah!" ucapnya lalu. Berjalan cepat meninggalkan ruang keluarga.
Nessa langsung menuju kamar, ia keluar dari ruangan lima kali lima itu setelah menjelang makan malam.
"Mbak, masak apa?" sapa Nessa menghampiri kakaknya yang tengah sibuk di dapur.
"Ini kesukaan Mas Gama, tapi orangnya malah pergi ada urusan, nanti aku siapin aja. Ayo makan Ness, mama panggil sana!" titahnya yang langsung diiyakan gadis itu.
Nessa menghampiri Mama Rianti untuk bergabung di meja makan. Keluarga itu makan dengan khusuk, sembari ngobrol seperti biasa. Setelahnya Nessa dan juga lainnya menuju kamarnya masing-masing. Gadis itu entah mengapa malam ini susah terpejam, ia pun memilih keluar dari kamar dan ngadem di beranda sembari menikmati angin malam.
Duduk sendirian, tak terasa semakin larut ia menghabiskan waktunya sendiri. Bergelut dengan pikirannya sendiri, terutama tentang omongan Bima, yang menyuruhnya untuk melupakan Gama. Sepertinya memang benar, sampai kapanpun tidak pernah akan terbalas.
Gadis itu meraih mug di sampingnya yang ternyata sudah kosong. Tak sadar ia telah menghabiskan isinya, ia pun kembali ke dapur dan mengisi air putih.
"Belum tidur, Ness?" Suara bass itu membuat gadis yang tengah mengaliri tenggorokannya tersedak.
"Uhuks uhuks!"
"Pelan-pelan, sorry ngagetin! Kamu nggak pa-pa?" Gama sampai menenangkan adiknya yang terus terbatuk.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
gia nasgia
Ampun deh 😂
2024-05-16
0
Kal
ngilu thor... nutupin rasa itu ngilu hati😄😄😄
2023-03-14
0
Cattleya
nah itu bener...
salahnya Nessa suka sama suami kakaknya... 😞😣
2022-12-23
1