Keesok paginya, Nessa tersadar dan merasa dirinya baik-baik saja. Bahkan ia tidak yakin kalau Gama yang menjemputnya dan membawa pulang ke kosan. Gadis itu pikir, Bima yang mengantarnya seperti biasanya.
Perempuan itu pergi ke kampus seperti biasanya. Ia menghubungi Bima untuk bertemu siang nanti setelah kuliah. Nyatanya pria itu sedang menghadiri rapat penting di perusahaan ayahnya. Karena merasa tidak ada kegiatan setelah menyelesaikan urusan kampus, Nessa memilih pulang saja.
Gadis itu melempar tas punggungnya ke lantai begitu saja setelah memasuki rumah. Menghempaskan tubuhnya di kasur empuk yang beberapa bulan ini telah menemaninya dari pelarian konyolnya. Gagal move on, mungkin saja, tetapi keberadaannya saat ini cukup membuat hatinya lebih nyaman.
Gadis itu memejamkan matanya sejenak, menikmati kesendiriannya dalam ruang hampa. Ia menolak untuk mengingat rupa tampan Gama yang terus mengitari otaknya. Suara vibrasi handphonenya yang memekik sama sekali tidak ia hiraukan, hanya menatap dengan malas layar ponselnya tanpa minat mengangkatnya.
Suara gedoran pintu yang nyaring di telinganya jelas membuat gadis itu terusik. Ia menarik diri dari pembaringan, mendekati pintu dengan langkah malas. Hidupnya tiada menarik lagi semenjak dua tahun terakhir ini. Menepi sendiri menata hati.
Gadis itu membuka pintu kamar kostnya. Menemukan seseorang yang paling tidak ingin ia temui.
"Nessa, kenapa mengabaikan panggilan kakak?" Pria yang paling ingin Nessa hindari muncul di hadapannya.
"Sorry, nggak tahu ada telepon," dusta gadis itu menatap malas.
"Aku ke sini mau menjemput kamu pulang, ibu sakit!" kata pria itu terdengar risau.
"Ibu sakit? Kok bisa? Ada Mbak There 'kan?" jawabnya masih santai.
Setahun terakhir ini ibu memang sering sakit-sakitan, kambuh darah tingginya tapi masih bisa diatasi. Jujur Nessa malas pulang kalau memang tidak emergency.
"There nggak bisa pulang, baru saja berangkat luar kota tadi pagi, kakak bingung, kamu pulang ya?" pintanya setengah memohon.
"Ya udah nanti aku pulang, kak Gama pulang saja dulu!" ujarnya terdengar nada ketus.
"Bareng aja ya, aku tunggu," kata Gama sembari masuk ke kamar kost gadis itu.
"Kakak tunggu di luar, aku mau ganti baju," titahnya menyorot tak ramah.
"Owh oke, kakak tunggu di depan," jawab Gama sembari melipir meninggalkan rumah singgah ukuran lima meter persegi itu.
Gama keluar kamar, sementara Nessa segera menukar pakaiannya. Sebenarnya ia malas di rumah, selain dengan aturan ibu dan kakaknya, juga tentang seseorang yang selalu membuatnya gelisah.
Dua puluh tujuh menit berlalu, Nessa keluar dengan style anak muda kekinian outfit terusan di atas lutut dipadukan jaket denim. Perempuan itu menatap tak suka kakak iparnya yang menunggu dengan santai.
"Udah? Rok kamu apa nggak terlalu pendek?" tanya kakak iparnya meneliti gadis itu.
"Kenapa? Ada masalah? Masih wajar kok, kalau kakak tidak nyaman bareng sama aku, aku pulang sendiri saja," ujarnya bergegas.
"Nessa, tunggu, oke nggak pa-pa, ayo bareng," ucapnya dengan nada pasrah.
Nessa melirik sinis, begitulah caranya agar tidak terlalu dekat dengan kakak iparnya itu. Perempuan itu memang sengaja menjaga jarak demi menjaga hatinya agar tetap waras. Biar bagaimanapun, apa yang selalu bersarang dalam pikirannya tidak boleh terealisasikan atau akan menyebabkan huru hara dalam dirinya.
Selama dalam perjalanan, baik Nessa maupun Gama sama-sama diam. Mereka tidak ada yang minat membuka obrolan. Sebenarnya Gama ingin menanyakan hal semalam namun ia urungkan, mungkin saja adik iparnya itu hanya salah berkata karena memang dalam keadaan mabuk.
Tunggu, bukankan orang mabuk bekerja di bawah alam sadarnya, dan biasanya itu jujur. Lantas yang dikatakan Nessa kemarin, apa maksudnya ingin melupakan Gama? Mengapa Nessa begitu dingin dan membencinya.
Gadis itu terlihat dingin, sedang Gama lebih kepada bingung cara menyikapi adik iparnya itu.
"Kaka minta maaf kalau membuat kamu tidak nyaman, atau dalam situasi yang sulit," celetuk pria itu setelah memarkirkan mobilnya dengan benar.
Nessa tidak minat menanggapi, ia berlalu begitu saja dan hendak turun dari mobil. Namun, pria itu mengunci mobilnya.
"Nessa, kamu kenapa sih! Apa kakak pernah berbuat sesuatu yang tidak berkenan di hatimu? Telah berbuat yang menyebabkan kamu marah, seolah aku telah berbuat kesalahan yang besar."
Nessa menatapnya malas, perempuan itu hanya diam tanpa menjawab.
"Oke, anggap saja aku salah, aku minta maaf, kenapa kamu bersikap kaya gini? Kamu sadar semalam ngomong apa?" tanyanya tidak mengerti.
"Udah sampai 'kan? Tolong buka kuncinya, aku mau keluar!" titahnya dengan nada dingin. Nessa benar-benar lupa dengan kejadian semalam, atau ia tidak ingin menjawab karena tidak ingin kakak iparnya tahu dirinya mempunyai perasaan khusus terhadapnya.
Gama menghela napas sepenuh dada, ia tidak mengerti dengan detail mengapa adik iparnya itu terlihat sangat tidak menyukainya. Beberapa kali ia mendapati adik iparnya lebih suka berdiam diri, bahkan sudah tiga bulan ini keluar dari rumah memilih kost di luar, padahal jelas ibu di rumah sendirian.
Tak ingin berdebat terlalu panjang, Gama mengikuti langkah pasti Nessa yang berjalan menuju ruang rawat. Perempuan itu langsung memasuki ruangan diikuti Gama mengekor di belakangnya.
"Mama, Mama sakit apa Ma? Nessa di sini," ujar gadis itu mendekati ranjang.
"Nessa, kamu udah datang sayang," lirih Bu Rianti berujar. Menatap putrinya, tangannya terulur membelai mahkotanya dengan sayang.
"Mama jangan sakit-sakitan, Ma, bikin Nessa tidak tenang," ucap gadis itu menatap sendu.
"Kamu pulang ke rumah ya, Mama kesepian?" ujar perempuan paruh baya itu serius.
Nessa sebenarnya merasa kasihan, namun ia juga tidak betah tinggal di rumah semenjak Mbak Tere menikah dengan Mas Gama. Nessa merasa tidak nyaman dan terusik, lebih tepatnya hati perempuan itu yang terusik, karena pada dasarnya hatinya selalu ingin dekat, walau serasa tidak mungkin namun itulah kenyataanya.
"Mbak Tere mana Kak, kenapa nggak ada di sini? Seharusnya jemput juga pulang dong, kenapa cuma aku?" tanyanya sedikit kesal.
"Tere sedang tidak di rumah, baru saja berangkat luar kota tadi pagi, sorry ya jadi terpaksa kakak panggil kamu. Lagian kenapa harus ngekos segala sih, jaraknya juga tidak terlalu jauh dengan kampus, lebih baik di rumah, sekalian bisa jagain mama," usul Gama yang tentu saja tidak diiyakan.
Sebenarnya Nessa tidak sampai hati meninggalkan mamanya sendiri, namun perempuan itu jelas segan bila harus seatap terus dengan penghuni baru di rumahnya yang jelas-jelas membuat dirinya gagal move on, gagal fokus bahkan gagal mencintai orang lain.
"Sa, makan dulu, dari tadi belum makan 'kan?" tawar Gama perhatian.
"Kak Gama nggak kerja? Kalau mau ngantor tinggal aja, Kak, biar Mama aku yang jaga."
"Kerja sih, nanti berangkat agak siangan nggak pa-pa sebagian sudah aku limpahkan pada asistenku, lagian kasihan mama kalau ditinggal-tinggal."
"Maaf ya Kak, jadi banyak ngerepotin, seharusnya ini tanggung jawab aku dan mbak Tere."
"Nggak pa-pa lah, aku kan juga anaknya, sama aja kan, mewakili Tere," jawab Gama bijak.
"Iya sih." Nessa tersenyum simpul mengiyakan.
Dua hari Mama Rianti dirawat secara intensive. Darah tinggi mama kumat, dan menyebabkan perempuan itu pusing-pusing sehingga dilarikan ke rumah sakit. Hari ini akhirnya mama sudah boleh pulang dan rawat jalan saja.
"Ma, Mbak Tere pulangnya kapan ya?" tanya Nessa merasa kurang nyaman.
"Kenapa Nes, kamu ada perlu? Kenapa tidak telepon saja," ujar mama Rianti santai.
"Nggak ada sih, aku harus balik ke kost, Ma, aku juga ada kuliah, nggak mungkin izin terus," ujar Nessa resah.
"Maafin Mama ya Nes, jadi terbengkelai," ujar Mama merasa tak enak.
"Nggak pa-pa, Ma, hanya saja—sudahlah lupakan saja. Aku baliknya nunggu kakak pulang saja."
"Selamat beristirahat, Ma," ucap Nessa mencium kening ibunya lalu keluar dari ruangan.
Nessa beranjak, melangkah gontai menuju kamarnya. Saat melewati ruang tengah, menemukan kak Gama tengah menikmati secangkir teh sendirian. Perempuan itu pun berlalu begitu saja, bingung lebih tepatnya mau menyapa.
"Nessa!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
gia nasgia
Benar"rumit
2024-05-16
1
Lily
jangan jadi pelakor ya Nessa, Apalagi suami kakakmu sendiri
2024-02-20
0
Alivaaaa
cinta yg rumit ya 🤦🏻♀️
2022-10-26
1