Agatha dan Chacha telah sampai di taman kota sejak beberapa menit yang lalu. Tetapi mereka belum melihat tanda-tanda keberadaan Elvano. Agatha terus mengawasi sekeliling, berharap menemukan seseorang yang sejak tadi dia cari.
"Elvano mana, sih?" Agatha mulai resah.
"Gak tau. Ayo lari lagi, nanti juga ketemu," ujar Chacha sembari menyeret Agatha untuk kembali berlari.
Setelah berlari selama dua puluh menit, Agatha mulai kelelahan. Tujuannya ke sini adalah untuk bertemu dengan Elvano. Tetapi sepertinya Tuhan tidak mengizinkan mereka untuk bertemu. Atau mungkin belum?
Agatha membungkuk, menopang tubuhnya dengan kedua tangan yang bertumpu pada lutut. Napasnya terputus-putus. Dia butuh minum.
"Capek, Cha." Agatha mengeluh, tangannya mengusap keringat yang membasahi keningnya.
"Ayo duduk di sana."
Chacha menunjuk sebuah kursi panjang yang terletak di tepi taman. Kedua gadis itu mengistirahatkan tubuh sejenak setelah mengelilingi taman sampai beberapa kali putaran. Namun, seseorang yang sejak tadi Agatha cari, belum juga terlihat.
"Elvan beneran joging di sini gak, sih?" Agatha merasa kesal. Setelah mengorbankan waktu tidur dan tenaganya, tetap saja dia tidak bisa bertemu Elvano.
"Kata abang gue sih, iya." Chacha menghela napas pelan. Beginilah jika seseorang jatuh cinta. Berharap terlalu banyak, sampai mendapatkan sakit yang teramat sangat.
Elvano berada satu tingkat di atas Agatha dan Chacha. Kedua gadis itu masih duduk di kelas XI sedangkan Elvano dan kakak dari Chacha adalah kakak kelas mereka. Kebetulan kedua pemuda itu bersahabat. Karena itu, Chacha mudah mendapatkan informasi dari kakaknya.
"Kok dari tadi kita gak ketemu?"
"Bukan jodoh," ujar Chacha dengan santainya.
"Harus jodoh!" kekeh Agatha.
"Dih, ngebet banget sih berjodoh sama Elvano," cibir Chacha.
"Elvan itu separuh nafas ku." Agatha terkekeh mendengar perkataannya sendiri.
"Terserah, Tha. Terserah." Chacha lelah menanggapi Agatha yang mulai sedikit lebay.
Hening beberapa saat. Tiba-tiba Elvano berjalan beberapa meter di depan mereka. Mata Agatha berbinar, akhirnya yang ditunggu-tunggu datang juga. Tanpa menyia-nyiakan waktu, gadis itu berteriak memanggil Elvano.
"ELVAN!"
Elvano menoleh, menatap datar pada Agatha yang sedang berlari menghampirinya. Pemuda itu mendengus kesal. Apa gadis itu tidak memiliki pekerjaan lain selain menggangunya? Tidak di sekolah, di hari libur pun Elvano harus menghadapi kelakuan Agatha yang menyebalkan.
"Haiii, ganteng banget sih. Lagi joging, ya?" sapa Agatha setelah berada di depan Elvano. Kepalanya mendongak karena perbedaan tinggi mereka.
Elvano berdecak malas, "Menurut, lo? Udah tau masih aja nanya." Selain dingin dan tidak pandai berekspresi, mulut Elvano juga sedikit tajam.
"Galak," cibir Agatha.
"Mau lo apa?" tanya Elvano dingin.
"Jangan galak-galak, kenapa? Nanti aku tambah sayang," goda Agatha.
"Jijik tau, gak!" ketus Elvano.
"Kok gitu?" Agatha cemberut. Merasa sakit hati atas perkataan Elvano yang mungkin benar.
Elvano memutar bola matanya malas.
"Gak penting banget, buang-buang waktu aja." Elvano melangkah meninggalkan Agatha.
"Mau kemana?"
"Pulang, gak berguna ngomong sama lo." Setelah itu, Elvano benar-benar pergi meninggalkan Agatha yang termenung menatap punggungnya.
Chacha melangkah menghampiri Agatha dan langsung memeluknya. Sedari tadi, gadis itu hanya menyimak percakapan Agatha dan Elvano. Dia ingin marah, terutama pada sahabatnya yang masih keras kepala mengejar Elvano yang tidak tahu diri.
"Udah, gakpapa. Lain kali kita coba lagi," ujar Chacha sembari mengusap punggung Agatha.
"Dia cuek banget, ya? Judes lagi."
"Gak usah dipikirin, ayo kita pulang." Chacha mengurai pelukannya beralih menggandeng tangan Agatha untuk meninggalkan tempat ini.
"Hm, ayo pulang."
...***...
Part-nya emang pendek-pendek ya guys. See you next part.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments
istrinya THV 🐻💜
sabar yah kata caca masih ad lain waktu buat mepet si elvan...
tinggal kuatin mental aja 😂
2022-06-05
0