Sudah setahun setelah pernikahan Rhea, rumah tangga mereka berjalan dengan baik. Mereka tinggal di rumah orang tua Rhea karena ibunya masih belum bisa pisah dengan Rhea, dan Ibu takut jika Rhea kesepian disaat suaminya sedang bekerja.
Rhea sejak menikah memang sudah tidak bekerja, karena suaminya melarangnya untuk bekerja. Karena dia merasa perjuangannya mendapatkan Rhea begitu sulit karena dia harus bersaing dengan begitu banyaknya cowok yang juga mengejarnya untuk mengharapkan cinta Rhea.
Namun suaminya sering ditugaskan bekerja ke luar kota. Suami Rhea bekerja sebagai Manager di salah satu Hotel ternama. Jadi Rhea sendirian di rumah jika mempunyai rumah sendiri, oleh sebab itu Ibu tidak mengijinkannya untuk pindah ke rumah mereka sendiri, padahal mereka mampu untuk membeli rumah, namun Ibu menghentikannya untuk membeli rumah.
Kini masalah mulai datang menguji rumah tangga Rhea. Akhir-akhir ini banyak pesan dan telepon masuk untuk menanyakan keberadaan suami Rhea, mereka mengaku bahwa mereka adalah teman kerjanya, dengan menggunakan suara wanita mereka mengaku bahwa mereka sudah punya janji malam ini.
Hampir tiap hari telepon dan pesan masuk dengan bahasan yang sama. Awalnya Rhea hanya diam saja karena dia amat sangat percaya dengan suaminya, mengingat cara mendapatkan Rhea yang begitu penuh pengorbanan, Rhea tidak berpikir bahwa suaminya bisa mengkhianatinya.
Berhari-hari Rhea diselimuti rasa gundah karena telepon dan pesan iseng dari seorang wanita yang mengaku teman suaminya itu.
Meskipun dia sangat percaya pada suaminya, namun ada rasa gelisah dan gundah di dalam
hatinya. Terlebih suaminya yang sering bekerja di luar kota dan kadang menerima pesan dan telepon yang selalu dia bawa menjauh dari Rhea.
Entah apa yang dikatakan wanita itu benar atau tidak. Rhea hanya menunggu suaminya untuk pulang dan menjelaskannya. Entah apa yang nantinya akan terjadi, yang dia mau hanya masalah mereka cepat selesai dan mereka bisa hidup tenang kembali.
Siang itu, suami Rhea masih belum pulang dari luar kota, namun Rhea bersikap tidak wajar, dia hanya diam saja, pandangannya kosong dan kadang tertawa, namun jika dia ditanya Ayah dan Ibu pasti jawabannya bukan seperti Rhea yang biasanya.
Ayah menelepon Ustad Yadi meminta tolong agar Ustad Yadi melihat keadaan Rhea, karena menurutnya Rhea kesurupan dengan melihat sikap dan perilakunya tidak seperti biasanya. Mungkin karena dia terlalu banyak berpikir karena masalahnya dan melamun sehingga bisa dengan mudahnya dia ditempeli makhluk halus.
Ustad Yadi saat ini sedang menghadiri undangan acara mengaji di rumah seseorang yang kebetulan dia juga dibantu Ustad Fariz dan santri-santri yang lain. Setelah menerima telepon dari Pak Adrian, Ustad Yadi
meminta ijin pada Ustad Fariz untuk keluar sebentar ke rumah Pak Adrian yang
ada di desa sebelah.
“Ustad saya permisi sebentar mau ke rumah Pak Adrian, tolong di handle dulu ya acaranya.”
“Ada apa Ustad? Apa ada yang penting? Kok sepertinya Ustad Yadi terburu-buru,” Ustad Fariz bukannya memberi ijin malah bertanya menelisik pada Ustad Yadi.
“Pak Adrian meminta tolong saya untuk melihat keadaan Rhea karena dia berperilaku tidak seperti biasanya. Pak Adrian takut jika Rhea ketempelan makhluk halus,” Ustad Yadi beranjak dari duduknya hendak berjalan, namun Ustad Fariz menghentikannya.
“Tunggu Ustad, bolehkah saya saja yang pergi ke sana? Kebetulan saya sudah lama tidak sowan ke rumah Pak Adrian,” Ustad Fariz
mencari alasan untuk bisa menemui Rhea saat ini, karena dia sangat khawatir mendengar keadaan Rhea.
Ustad Yadi nampak berpikir sebentar, kemudian dia mengangguk setuju karena dia merasa Ustad Fariz memang dekat dengan keluarga Pak Adrian, jadi biarlah dia yang datang ke sana menggantikannya, toh ilmu Ustad Fariz jauh lebih diatasnya.
Ustad Fariz datang ke rumah Pak Adrian. Bu Ratih dan Pak Adrian menyambut kedatangan Ustad Fariz dengan senang hati dan mereka
menceritakan keadaan Rhea saat ini serta masalah yang kini di hadapi Rhea bersama
suaminya.
Kemudian Bu Ratih mengantar Ustad Fariz ke kamar Rhea. Di ruang tamu dia
memandang foto pernikahan Rhea yang terpampang jelas di sana berjejeran dengan
foto keluarga Pak Adrian yang terdapat Ustad Fariz juga di dalam foto tersebut.
Entah apa yang dipikirkan Ustad Fariz, Bu Ratih mengelus-elus pundak Ustad Fariz, dan Ustad Fariz tersenyum getir ketika menoleh pada Bu Ratih. Sangat jelas sekali menurut Bu Ratih sikap Ustad Fariz yang masih menyayangi Rhea, entah sebagai lawan jenis atau sebagai adik yang tak sedarah.
Bu Ratih membuka kamar Rhea. Terlihat di sana Rhea yang duduk dengan tatapan kosong. Ustad Fariz mendekatinya dan bertanya padanya, namun Rhea hanya tersenyum manis seperti biasanya, tapi setelah itu dia meracau.
Ustad Fariz meneteskan air mata ketika melihat keadaan Rhea saat ini. Dia tidak menyangka jika Rhea akan mengalami hal seperti ini dan juga di saat seperti ini suaminya tidak ada di dekatnya.
Betapa sakit hati Ustad Fariz melihatnya. Ingin sekali dia melindungi wanita di depannya ini dan mendekapnya memberikan kasih sayang dan perlindungannya sebagai seorang suami.
Debaran dalam hati masih tetap sama seperti dulu di hati Rhea dan Ustad Fariz ketika mereka berdekatan, namun Rhea merasa sakit di dalam hatinya, jantungnya juga berdegup begitu kencang ketika Ustad Fariz
mendekatinya.
Hingga dia mengadu dengan teriakan dan amarahnya karena dadanya
sangat sakit dan jantungnya begitu berdebar kencang tak karuan jika berdekatan
dengan Ustad Fariz.
Namun Ustad fariz tak menghiraukannya, dia tetap berada di
dekat Rhea, hingga Rhea berucap,
”Apa kita saling mencintai? Kenapa sesakit ini
jika berdekatan denganmu?” Rhea mengatakannya dengan nada marah, melotot dan merintih memegang dadanya. Ibu yang menyaksikan itu begitu terpukul dan menangis melihat keadaan putri kesayangannya yang seperti itu.
Apa mungkin mereka saling mencintai hingga makhluk halus pun yang singgah di badan Rhea bisa merasakannya. Bu Ratih mulai menyalahkan keegoisannya bersama suaminya yang dulu tidak mengijinkan Ustad Fariz untuk lebih mengenal dengan Rhea.
Air mata Ustad Fariz pun kembali menetes mendengar pertanyaan dari Rhea. Dia tidak tahan melihat Rhea yang seperti itu.
Segera diraihnya kepala Rhea dan dia bacakan doa-doa, Rhea meraung dan memberontak, namun pegangan Ustad Fariz sangat kuat, dan akhirnya Rhea jatuh pingsan ketika makhluk halus itu berhasil dikeluarkan Ustad Fariz dari tubuh Rhea.
Bu Ratih menangis melihat anaknya seperti itu dan dia merebahkan tubuh Rhea di ranjangnya. Ustad Fariz menyuruh Bu Ratih untuk memberikan minum yang sudah dia bacakan doa-doa nanti setelah Rhea sadar.
Sebenernya Ustad Fariz akan menunggu disitu sampai Rhea kembali sadar, namun dia tak kuasa melihat Rhea seperti itu, rasanya air matanya memaksa akan keluar, dia merasakan kesedihan yang mendalam dalam hati Rhea.
Dia segera pamit untuk kembali ke acara pengajiannya bersama Ustad Yadi, karena dia tidak mau terlihat lemah dengan selalu mengeluarkan air mata jika melihat Rhea.
Pak Adrian berharap agar Ustad Fariz bisa menunggu sampai Rhea kembali tersadar, namun Ustad Fariz menolaknya dengan alasan dia harus segera datang karena memang dia bertugas untuk membantu Ustad Yadi dalam acara tersebut.
Pak Adrian dan Bu Ratih tidak bisa menahan Ustad Fariz di sana lebih lama lagi. Mereka menatap sendu punggung Ustad Fariz ketika dia meninggalkan rumah mereka.
Ah mereka jadi menyalahkan keputusan mereka dulu yang memisahkan dua orang yang saling mencintai, dan mungkin mereka adalah pasangan sejati yang sudah ditetapkan oleh Allah dan sudah dituliskan takdirnya untuk bersama.
Satu jam kemudian Ustad Fariz menelepon Pak Adrian untuk menanyakan keadaan Rhea. Kebetulan Rhea baru saja tersadar dari pingsannya.
Dia memang sudah meminum air yang diberikan oleh Ustad Fariz, namun badan dan kepalanya masih begitu berat dan dia masih seperti orang yang kebingungan.
Ustad Fariz datang ke rumah Pak Adrian bersama Ustad Yadi karena kebetulan acara mereka sudah selesai. Ustad Fariz dan Ustad Yadi masuk kedalam kamar Rhea untuk melihat keadaannya. Tentu saja mereka diikuti oleh Pak Adrian dan Bu Ratih.
Rhea tersenyum manis ketika dia melihat sosok ustad Fariz di dalam kamarnya. Ustad Fariz menarik nafasnya dan menghembuskannya, sepertinya dia sesak hanya karena mendapatkan senyuman manis dari Rhea yang sama seperti dulu.
Ustad Yadi bertanya pada Rhea tentang apa yang dia rasakan sekarang, namun Rhea hanya menggeleng.
Kemudian Ibu bertanya pada Rhea ,
”Rhea, sayang apa masih ada yang terasa sakit?”
“Tidak”,Rhea menjawab lemah.
Ayah dan Ibu Rhea mengerti keadaan, mungkin Rhea dan Ustad Fariz ingin memiliki waktu berdua untuk bertanya karena Ibu dan Ayahnya melihat senyum bahagia Rhea ketika melihat Ustad Fariz. Dan juga sedari tadi Ustad Fariz hanya diam saja menunduk tidak menanyakan apapun pada Rhea.
Ayah mengajak Ustad Yadi mengobrol di ruang tamu, dan Ibu pun juga mengikuti mereka ke ruang tamu untuk memberikan waktu sejenak pada Rhea dan Ustad Fariz.
Bukannya mereka memberikan Ustad Fariz dan Rhea peluang, namun mereka ingin memberikan sedikit waktu pada Ustad Fariz dan Rhea untuk mengobrol sebagai penebus rasa bersalah mereka, namun mereka tidak yakin itu bisa cukup untuk menebusnya, hanya saja keadaan sudah berubah dan mereka berdua sudah mengambil jalannya masing-masing, mereka sudah memiliki pasangan masing-masing.
Rhea menatap lekat wajah Ustad fariz yang masih menunduk, dia duduk di kursi depan Rhea. Beberapa menit berlalu namun kamar masih terasa sunyi. Rhea masih betah memandang Ustad Fariz yang masih saja menunduk.
“Ustad, ada uang jatuh ya di sana?” Rhea mencoba guyonannya seperti awal mereka
bertemu.
Ustad Fariz mendongakkan wajahnya memandang Rhea yang sedang menatapnya dengan senyuman khasnya yang begitu manis dan mampu membuat jantung Ustad Fariz berpacu cepat.
Senyum Rhea menular pada Ustad Fariz karena sekarang Ustad Fariz secara tidak sadar ikut tersenyum ketika melihat Rhea tersenyum padanya.
“Gitu dong hadap depan, masa’ iya ada orang cantik di depan malah di cuekin?” Rhea mencoba candaannya seperti mereka biasanya sebelum Ustad Fariz menikah.
Ustad Fariz kembali tersenyum,
”Gimana masih ada yang sakit?” Ustad Fariz tidak berani membalas candaan Rhea seperti biasanya karena dia takut dia tidak akan bisa mengenyahkan perasaannya pada Rhea.
“Ya seperti inilah. Memangnya ada apa sih kok dari tadi semua orang bertanya seperti itu? Apa aku sedang sakit?” tanya Rhea heran.
“Tidak. Kamu hanya kelelahan saja tadi. Sekarang gak ada yang sakit kan?” Ustad Fariz bertanya resah.
“Gak ada Ustad. Cuma lagi banyak pikiran
aja. Hehehehe....,” selalu saja Rhea bisa membuat orang tenang dengan senyumnya
seolah dia tidak mempunyai masalah.
“Syukurlah kalau begitu. Saya tinggal pulang dulu ya. Kamu baik-baik dan jaga kesehatanmu, jangan banyak pikiran, gak bagus itu, ikhlasin aja semuanya, pasti Allah akan memberikan yang terbaik untuk umatnya,” Ustad Fariz bersiap untuk berdiri, namun pertanyaan Rhea sukses membuat Ustad fariz kembali terduduk dengan tidak sengaja.
“Ustad kenapa ya hati aku tuh disini, di dalam sini tuh sakiiiiit banget, padahal tadi sebelum Ustad datang gak terasa sakit. Dan juga kayaknya jantung aku tuh berdebar sangat kencang, masa’ iya gara-gara aku kebanyakan minum kopi? Padahal kan aku hari ini gak minum kopi sama sekali, dan
jarang juga loh aku minum kopi,” Rhea bertanya dengan nada bingung dan menunjuk
dadanya, karena memang benar Rhea tidak pernah merasakan sakit seperti ini.
Ustad Fariz hanya diam terpaku. Dia tidak bisa menjawab apa yang ditanyakan oleh Rhea karena apa yang dia rasakan sama dengan yang dirasakan oleh Rhea.
“Ustad kok diam aja? Ustad juga tidak tau ya aku sakit apa? Apa perlu aku periksa ke Dokter dan lab agar tau ada apa di dalam sini?” Rhea menunjuk kembali dadanya .
Ibu yang sedari tadi menguping pembicaraan Rhea dan Ustad Fariz kembali meneteskan air matanya dan membungkam mulutnya. Dia tidak kuat rasanya mendengar keluhan anaknya.
Tadi Ibu ingin memberikan Ustad Fariz minuman yang sudah dia buatkan. Namun tanpa sengaja dia malah mendengarkan obrolan mereka dari awal Rhea membuka suara tadi.
“Enggak, gapapa, mungkin karena kamu resah banyak pikiran saja jadi kamu merasakan seperti itu,” kemudian Ustad Fariz berdiri dan keluar dari kamar Rhea. Dia sudah tidak kuat lagi mendengar semua keluhan Rhea dan dia juga tidak kuat jika menatap wajah dan senyum Rhea. Dia takut perasaannya kembali menguat seperti dulu.
Keluar dari kamar Rhea Ustad Fariz kaget karena mendapati Bu Ratih berdiri di tembok luar kamar Rhea. Bu Ratih memberikan minuman pada Ustad Fariz untuk diminumnya, namun Ustad Fariz menolak karena dia ingin segera pulang.
Dan lagi-lagi Bu Ratih bisa membujuk Ustad Fariz. Akhirnya Ustad Fariz meminum minuman dalam gelas yang dibawa oleh Bu Ratih dan setelah itu dia berpamitan untuk pulang. Ustad Yadi pun ikut berpamitan pulang.
Sepulang Ustad Fariz dan Ustad Yadi, Ibu menceritakan apa yang dia dengar dari
dalam kamar Rhea tadi. Mereka bertambah sedih dan bersalah, namun mereka tidak tahu harus bagaimana untuk sekarang.
Sesampainya di rumah Ustad Fariz sudah ditunggu oleh istrinya, Mirna. Anehnya Ustad Fariz tidak merasa senang ataupun berdebar bertemu dengan istrinya.
Sebenarnya sudah dari dulu dia tidak merasakan itu ketika bersama istrinya, berbeda dengan yang dia rasakan ketika dia bersama dengan Rhea.
Namun dia tetap bersikap manis layaknya seorang suami pada istrinya dan tentunya dia juga melaksanakan hak dan kewajibannya sebagai seorang suami karena dia tahu betul ajaran Islam tentang pernikahan.
Malam harinya Ustad Fariz tidak bisa tidur karena setiap dia memejamkan matanya dia selalu terbayang wajah Rhea yang sedang tersenyum manis padanya.
Diambilnya air wudhu dan dia melaksanakan sholat qiyamul lail. Dia ingin mengadu pada Allah semua yang dia rasakan. Namun tetap saja perasaannya belum lega, dan Masih saja terlintas wajah Rhea yang tersenyum manis padanya.
Diambilnya mushaf dan dibacanya, namun masih saja wajah Rhea melintas ketika dia sedang mengaji. Tidak hentinya dia berdzikir untuk menghilangkan wajah dan senyum Rhea dari pikirannya. Hingga dia tertidur di atas sajadahnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 257 Episodes
Comments
☘️BILAA☘️
cinta kalian lagi di uji,, semoga kalian bisa lulus dengan ujian ini.. kalau jodoh kalian pasti di persatukan lagi,, apalagi aku yang pembaca,, aku juga ingin menyatukan cinta kalian hay hay 🤗🤗🤗🤭🤭🤭
2022-09-05
3
Pujiati
Ujian Kesetiaan mampir lagi kk
2022-05-31
1
Ⓝⓨⓐⓘ Ⓖⓐⓑⓤⓣ
Neng, ngode nya jangan jelas banget 😂
2022-05-23
1