Bab 4 Perasaan yang begitu menyiksa

Sudah setahun setelah pernikahan Rhea, rumah tangga mereka berjalan dengan baik. Mereka tinggal di rumah orang tua Rhea karena ibunya masih belum bisa pisah dengan Rhea, dan Ibu takut jika Rhea kesepian disaat suaminya sedang bekerja.

Rhea sejak menikah memang sudah tidak bekerja, karena suaminya melarangnya untuk bekerja. Karena dia merasa perjuangannya mendapatkan Rhea begitu sulit karena dia harus bersaing dengan begitu banyaknya cowok yang juga mengejarnya untuk mengharapkan cinta Rhea.

Namun suaminya sering ditugaskan bekerja ke luar kota. Suami Rhea bekerja sebagai Manager di salah satu Hotel ternama. Jadi Rhea sendirian di rumah jika mempunyai rumah sendiri, oleh sebab itu Ibu tidak mengijinkannya untuk pindah ke rumah mereka sendiri, padahal mereka mampu untuk membeli rumah, namun Ibu menghentikannya untuk membeli rumah.

Kini  masalah mulai datang menguji rumah tangga Rhea. Akhir-akhir ini banyak pesan dan telepon masuk untuk menanyakan keberadaan suami Rhea, mereka mengaku bahwa mereka adalah teman kerjanya, dengan menggunakan suara wanita mereka mengaku bahwa mereka sudah punya janji malam ini.

Hampir tiap hari telepon dan pesan masuk dengan bahasan yang sama. Awalnya Rhea hanya diam saja karena dia amat sangat percaya dengan suaminya, mengingat cara mendapatkan Rhea yang begitu penuh pengorbanan, Rhea tidak berpikir bahwa suaminya bisa mengkhianatinya.

Berhari-hari Rhea diselimuti rasa gundah karena telepon dan pesan iseng dari seorang wanita yang mengaku teman suaminya itu.

Meskipun dia sangat percaya pada suaminya, namun ada rasa gelisah dan gundah di dalam

hatinya. Terlebih suaminya yang sering bekerja di luar kota dan kadang menerima pesan dan telepon yang selalu dia bawa menjauh dari Rhea.

Entah apa yang dikatakan wanita itu benar atau tidak. Rhea hanya menunggu suaminya untuk pulang dan menjelaskannya. Entah apa yang nantinya akan terjadi, yang dia mau hanya masalah mereka cepat selesai dan mereka bisa hidup tenang kembali.

Siang itu, suami Rhea masih belum pulang dari luar kota, namun Rhea bersikap tidak wajar, dia hanya diam saja, pandangannya kosong dan kadang tertawa, namun jika dia ditanya Ayah dan Ibu pasti jawabannya bukan seperti Rhea yang biasanya.

Ayah menelepon Ustad Yadi meminta tolong agar Ustad Yadi melihat keadaan Rhea, karena menurutnya Rhea kesurupan dengan melihat sikap dan perilakunya tidak seperti biasanya. Mungkin karena dia terlalu banyak berpikir karena masalahnya dan melamun sehingga bisa dengan mudahnya dia ditempeli makhluk halus.

Ustad Yadi saat ini sedang menghadiri undangan acara mengaji di rumah seseorang yang kebetulan dia juga dibantu Ustad Fariz dan santri-santri yang lain. Setelah menerima telepon dari Pak Adrian, Ustad Yadi

meminta ijin pada Ustad Fariz untuk keluar sebentar ke rumah Pak Adrian yang

ada di desa sebelah.

“Ustad saya permisi sebentar mau ke rumah Pak Adrian, tolong di handle dulu ya acaranya.”

“Ada apa Ustad? Apa ada yang penting? Kok sepertinya Ustad Yadi terburu-buru,” Ustad Fariz bukannya memberi ijin malah bertanya menelisik pada Ustad Yadi.

“Pak Adrian meminta tolong saya untuk melihat keadaan Rhea karena dia berperilaku tidak seperti biasanya. Pak Adrian takut jika Rhea ketempelan makhluk halus,” Ustad Yadi beranjak dari duduknya hendak berjalan, namun Ustad Fariz menghentikannya.

“Tunggu Ustad, bolehkah saya saja yang pergi ke sana? Kebetulan saya sudah lama tidak sowan ke rumah Pak Adrian,” Ustad Fariz

mencari alasan untuk bisa menemui Rhea saat ini, karena dia sangat khawatir mendengar keadaan Rhea.

Ustad Yadi nampak berpikir sebentar, kemudian dia mengangguk setuju karena dia merasa Ustad Fariz memang dekat dengan keluarga Pak Adrian, jadi biarlah dia yang datang ke sana menggantikannya, toh ilmu Ustad Fariz jauh lebih diatasnya.

Ustad Fariz datang ke rumah Pak Adrian. Bu Ratih dan Pak Adrian menyambut kedatangan Ustad Fariz dengan senang hati dan mereka

menceritakan keadaan Rhea saat ini serta masalah yang kini di hadapi Rhea bersama

suaminya.

Kemudian Bu Ratih mengantar Ustad Fariz ke kamar Rhea. Di ruang tamu dia

memandang foto pernikahan Rhea yang terpampang jelas di sana berjejeran dengan

foto keluarga Pak Adrian yang terdapat Ustad Fariz juga di dalam foto tersebut.

Entah apa yang dipikirkan Ustad Fariz, Bu Ratih mengelus-elus pundak Ustad Fariz, dan Ustad Fariz tersenyum getir ketika menoleh pada Bu Ratih. Sangat jelas sekali menurut Bu Ratih sikap Ustad Fariz yang masih menyayangi Rhea, entah sebagai lawan jenis atau sebagai adik yang tak sedarah.

Bu Ratih membuka kamar Rhea. Terlihat di sana Rhea yang duduk dengan tatapan kosong. Ustad Fariz mendekatinya dan bertanya padanya, namun Rhea hanya tersenyum manis seperti biasanya, tapi setelah itu dia meracau.

Ustad Fariz meneteskan air mata ketika melihat keadaan Rhea saat ini. Dia tidak menyangka jika Rhea akan mengalami hal seperti ini dan juga di saat seperti ini suaminya tidak ada di dekatnya.

Betapa sakit hati Ustad Fariz melihatnya. Ingin sekali dia melindungi wanita di depannya ini dan mendekapnya memberikan kasih sayang dan perlindungannya sebagai seorang suami.

Debaran dalam hati masih tetap sama seperti dulu di hati Rhea dan Ustad Fariz ketika mereka berdekatan, namun Rhea merasa sakit di dalam hatinya, jantungnya juga berdegup begitu kencang ketika Ustad Fariz

mendekatinya.

Hingga dia mengadu dengan teriakan dan amarahnya karena dadanya

sangat sakit dan jantungnya begitu berdebar kencang tak karuan jika berdekatan

dengan Ustad Fariz.

Namun Ustad fariz tak menghiraukannya, dia tetap berada di

dekat Rhea, hingga Rhea berucap,

”Apa kita saling mencintai? Kenapa sesakit ini

jika berdekatan denganmu?” Rhea mengatakannya dengan nada marah, melotot dan merintih memegang dadanya. Ibu yang menyaksikan itu begitu terpukul dan menangis melihat keadaan putri kesayangannya yang seperti itu.

Apa mungkin mereka saling mencintai hingga makhluk halus pun yang singgah di badan Rhea bisa merasakannya. Bu Ratih mulai menyalahkan keegoisannya bersama suaminya yang dulu tidak mengijinkan Ustad Fariz untuk lebih mengenal dengan Rhea.

Air mata Ustad Fariz pun kembali menetes mendengar pertanyaan dari Rhea. Dia tidak tahan melihat Rhea yang seperti itu.

Segera diraihnya kepala Rhea dan dia bacakan doa-doa, Rhea meraung dan memberontak, namun pegangan Ustad Fariz sangat kuat, dan akhirnya Rhea jatuh pingsan ketika makhluk halus itu berhasil dikeluarkan Ustad Fariz dari tubuh Rhea.

Bu Ratih menangis melihat anaknya seperti itu dan dia merebahkan tubuh Rhea di ranjangnya. Ustad Fariz menyuruh Bu Ratih untuk  memberikan minum yang sudah dia bacakan doa-doa nanti setelah Rhea sadar.

Sebenernya Ustad Fariz akan menunggu disitu sampai Rhea kembali sadar, namun dia tak kuasa melihat Rhea seperti itu, rasanya air matanya memaksa akan keluar, dia merasakan kesedihan yang mendalam dalam hati Rhea.

Dia segera pamit untuk kembali ke acara pengajiannya bersama Ustad Yadi, karena dia tidak mau terlihat lemah dengan selalu mengeluarkan air mata jika melihat Rhea.

Pak Adrian berharap agar Ustad Fariz bisa menunggu sampai Rhea kembali tersadar, namun Ustad Fariz menolaknya dengan alasan dia harus segera datang karena memang dia bertugas untuk membantu Ustad Yadi dalam acara tersebut.

Pak Adrian dan Bu Ratih tidak bisa menahan Ustad Fariz di sana lebih lama lagi. Mereka menatap sendu punggung Ustad Fariz ketika dia meninggalkan rumah mereka.

Ah mereka jadi menyalahkan keputusan mereka dulu yang memisahkan dua orang yang saling mencintai, dan mungkin mereka adalah pasangan sejati yang sudah ditetapkan oleh Allah dan sudah dituliskan takdirnya untuk bersama.

Satu jam kemudian Ustad Fariz menelepon Pak Adrian untuk menanyakan keadaan Rhea. Kebetulan Rhea  baru saja tersadar dari pingsannya.

Dia memang sudah meminum air yang diberikan oleh Ustad Fariz, namun badan dan kepalanya masih begitu berat dan dia masih seperti orang yang kebingungan.

Ustad Fariz datang ke rumah Pak Adrian bersama Ustad Yadi karena kebetulan acara mereka sudah selesai. Ustad Fariz dan Ustad Yadi masuk kedalam kamar Rhea untuk melihat keadaannya. Tentu saja mereka diikuti oleh Pak Adrian dan Bu Ratih.

Rhea tersenyum manis ketika dia melihat sosok ustad Fariz di dalam kamarnya. Ustad Fariz menarik nafasnya dan menghembuskannya, sepertinya dia sesak hanya karena mendapatkan senyuman manis dari Rhea yang sama seperti dulu.

Ustad Yadi bertanya pada Rhea tentang apa yang dia rasakan sekarang, namun Rhea hanya menggeleng.

Kemudian Ibu bertanya pada Rhea ,

”Rhea, sayang apa masih ada yang terasa sakit?”

“Tidak”,Rhea menjawab lemah.

Ayah dan Ibu Rhea mengerti keadaan, mungkin Rhea dan Ustad Fariz ingin memiliki waktu berdua untuk bertanya karena Ibu dan Ayahnya melihat senyum bahagia Rhea ketika melihat Ustad Fariz. Dan juga sedari tadi Ustad Fariz hanya diam saja menunduk tidak menanyakan apapun pada Rhea.

Ayah mengajak Ustad Yadi mengobrol di ruang tamu, dan Ibu pun juga mengikuti mereka ke ruang tamu untuk memberikan waktu sejenak pada Rhea dan Ustad Fariz.

Bukannya mereka memberikan Ustad Fariz dan Rhea peluang, namun mereka ingin memberikan sedikit waktu pada Ustad Fariz dan Rhea untuk mengobrol sebagai penebus rasa bersalah mereka, namun mereka tidak yakin itu bisa cukup untuk menebusnya, hanya saja keadaan sudah berubah dan mereka berdua sudah mengambil jalannya masing-masing, mereka sudah memiliki pasangan masing-masing.

Rhea menatap lekat wajah Ustad fariz yang masih menunduk, dia duduk di kursi depan Rhea. Beberapa menit berlalu namun kamar masih terasa sunyi. Rhea masih betah memandang Ustad Fariz yang masih saja menunduk.

“Ustad, ada uang jatuh ya di sana?” Rhea mencoba guyonannya seperti awal mereka

bertemu.

Ustad Fariz mendongakkan wajahnya memandang Rhea yang sedang menatapnya dengan senyuman khasnya yang begitu manis dan mampu membuat jantung Ustad Fariz berpacu cepat.

Senyum Rhea menular pada Ustad Fariz karena sekarang Ustad Fariz secara tidak sadar ikut tersenyum ketika melihat Rhea tersenyum padanya.

“Gitu dong hadap depan, masa’ iya ada orang cantik di depan malah di cuekin?” Rhea mencoba candaannya seperti mereka biasanya sebelum Ustad Fariz menikah.

Ustad Fariz kembali tersenyum,

”Gimana masih ada yang sakit?” Ustad Fariz tidak berani membalas candaan Rhea seperti biasanya karena dia takut dia tidak akan bisa mengenyahkan perasaannya pada Rhea.

“Ya seperti inilah. Memangnya ada apa sih kok dari tadi semua orang bertanya seperti itu? Apa aku sedang sakit?” tanya Rhea heran.

“Tidak. Kamu hanya kelelahan saja tadi. Sekarang gak ada yang sakit kan?” Ustad Fariz bertanya resah.

“Gak ada Ustad. Cuma lagi banyak pikiran

aja. Hehehehe....,” selalu saja Rhea bisa membuat orang tenang dengan senyumnya

seolah dia tidak mempunyai masalah.

“Syukurlah kalau begitu. Saya tinggal pulang dulu ya. Kamu baik-baik dan jaga kesehatanmu, jangan banyak pikiran, gak bagus itu, ikhlasin aja semuanya, pasti Allah akan memberikan yang terbaik untuk umatnya,” Ustad Fariz bersiap untuk berdiri, namun pertanyaan Rhea sukses membuat Ustad fariz kembali terduduk dengan tidak sengaja.

“Ustad kenapa ya hati aku tuh disini, di dalam sini tuh sakiiiiit banget, padahal tadi sebelum Ustad datang gak terasa sakit. Dan juga kayaknya jantung aku tuh berdebar sangat kencang, masa’ iya gara-gara aku kebanyakan minum kopi? Padahal kan aku hari ini gak minum kopi sama sekali, dan

jarang juga loh aku minum kopi,” Rhea bertanya dengan nada bingung dan menunjuk

dadanya, karena memang benar Rhea tidak pernah merasakan sakit seperti ini.

Ustad Fariz hanya diam terpaku. Dia tidak bisa menjawab apa yang ditanyakan oleh Rhea karena apa yang dia rasakan sama dengan yang dirasakan oleh Rhea.

“Ustad kok diam aja? Ustad juga tidak tau ya aku sakit apa? Apa perlu aku periksa ke Dokter dan lab agar tau ada apa di dalam sini?” Rhea menunjuk kembali dadanya .

Ibu yang sedari tadi menguping pembicaraan Rhea dan Ustad Fariz kembali meneteskan air matanya dan membungkam mulutnya. Dia tidak kuat rasanya mendengar keluhan anaknya.

Tadi Ibu ingin memberikan Ustad Fariz minuman yang sudah dia buatkan. Namun tanpa sengaja dia malah mendengarkan obrolan mereka dari awal Rhea membuka suara tadi.

“Enggak, gapapa, mungkin karena kamu resah banyak pikiran saja jadi kamu merasakan seperti itu,” kemudian Ustad Fariz berdiri dan keluar dari kamar Rhea. Dia sudah tidak kuat lagi mendengar semua keluhan Rhea dan dia juga tidak kuat jika menatap wajah dan senyum Rhea. Dia takut perasaannya kembali menguat seperti dulu.

Keluar dari kamar Rhea Ustad Fariz kaget karena mendapati Bu Ratih berdiri di tembok luar kamar Rhea. Bu Ratih memberikan minuman pada Ustad Fariz untuk diminumnya, namun Ustad Fariz menolak karena dia ingin segera pulang.

Dan lagi-lagi Bu Ratih bisa membujuk Ustad Fariz. Akhirnya Ustad Fariz meminum minuman dalam gelas yang dibawa oleh Bu Ratih dan setelah itu dia berpamitan untuk pulang. Ustad Yadi pun ikut berpamitan pulang.

Sepulang Ustad Fariz dan Ustad Yadi, Ibu menceritakan apa yang dia dengar dari

dalam kamar Rhea tadi. Mereka bertambah sedih dan bersalah, namun mereka tidak tahu harus bagaimana untuk sekarang.

Sesampainya di rumah Ustad Fariz sudah ditunggu oleh istrinya, Mirna. Anehnya Ustad Fariz tidak merasa senang ataupun berdebar bertemu dengan istrinya.

Sebenarnya sudah dari dulu dia tidak merasakan itu ketika bersama istrinya, berbeda dengan yang dia rasakan ketika dia bersama dengan Rhea.

Namun dia tetap bersikap manis layaknya seorang suami pada istrinya dan tentunya dia juga melaksanakan hak dan kewajibannya sebagai seorang suami karena dia tahu betul ajaran Islam tentang pernikahan.

Malam harinya Ustad Fariz tidak bisa tidur karena setiap dia memejamkan matanya dia selalu terbayang wajah Rhea yang sedang tersenyum manis padanya.

Diambilnya air wudhu dan dia melaksanakan sholat qiyamul lail. Dia ingin mengadu pada Allah semua yang dia rasakan. Namun tetap saja perasaannya belum lega, dan Masih saja terlintas wajah Rhea yang tersenyum manis padanya.

Diambilnya mushaf dan dibacanya, namun masih saja wajah Rhea melintas ketika dia sedang mengaji. Tidak hentinya dia berdzikir untuk menghilangkan wajah dan senyum Rhea dari pikirannya. Hingga dia tertidur di atas sajadahnya.

Terpopuler

Comments

☘️BILAA☘️

☘️BILAA☘️

cinta kalian lagi di uji,, semoga kalian bisa lulus dengan ujian ini.. kalau jodoh kalian pasti di persatukan lagi,, apalagi aku yang pembaca,, aku juga ingin menyatukan cinta kalian hay hay 🤗🤗🤗🤭🤭🤭

2022-09-05

3

Pujiati

Pujiati

Ujian Kesetiaan mampir lagi kk

2022-05-31

1

Ⓝⓨⓐⓘ Ⓖⓐⓑⓤⓣ

Ⓝⓨⓐⓘ Ⓖⓐⓑⓤⓣ

Neng, ngode nya jangan jelas banget 😂

2022-05-23

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Awal pertemuan
2 Bab 2 Semakin menjauh
3 Bab 3 Kasih tak sampai
4 Bab 4 Perasaan yang begitu menyiksa
5 Bab 5 Selamat tinggal cinta
6 Bab 6 Pertemuan yang tak terduga
7 Bab 7 Makan bersama
8 Bab 8 Janda
9 Bab 9 Brownies kenangan
10 Bab 10 Bedah buku
11 Bab 11 Pelakor
12 Bab 12 Cerai
13 Bab 13 Poligami
14 Bab 14 Rencana licik
15 Bab 15 Cemburu
16 Bab 16 Sebuah Keputusan
17 Bab 17 Sebuah kejutan
18 Bab 18 Istri teladan
19 Bab 19 Penyebar fitnah vs istri salihah
20 Bab 20 Menanti kepastian
21 Bab 21 Sebuah keputusan
22 Bab 22 Penghinaan
23 Bab 23 Sah!
24 Bab 24 Tiiit... tiit... tiiit...
25 Bab 25 Kebahagiaan yang hakiki
26 Bab 26 Hamil?
27 Bab 27 Zonk!
28 Bab 28 Caper
29 Bab 29 Gagal
30 Bab 30 Takut khilaf
31 Bab 31 Anugerah apa bencana?
32 Bab 32 Gosip yang beredar
33 Bab 33 Baper gara-gara brownies
34 Bab 34 Kesedihan dalam kesendirian
35 Bab 35 Tragedi buah mangga
36 Bab 36 Kesalahpahaman
37 Bab 37 Bersyarat
38 Bab 38 Keputusan
39 Bab 39 Minggat
40 Bab 40 Mimpi yang meresahkan
41 Bab 41 Damai
42 Bab 42 Ribut
43 Bab 43 Rencana
44 Bab 44 Pendarahan
45 Bab 45 Kenyataan
46 Bab 46 Keguguran?
47 Bab 47 Gagal Paham
48 Bab 48 Talak tiga!
49 Bab 49 Menuju awal baru
50 Bab 50 Tidak terima
51 Bab 51 Perebut suami dan kebahagiaan
52 Bab 52 Kamar yang menjadi saksi
53 Bab 53 Labil
54 Bab 54 Pelakon handal
55 Bab 55 Kepoin Zahra
56 Bab 56 Konferensi Forum Pergibahan
57 Bab 57 Berita yang tersebar
58 Bab 58 Jamaah oh jamaah
59 Bab 59 Orang yang terzalimi?
60 Bab 60 Mencari titik terang
61 Bab 61 Julid
62 Bab 62 Titik terang
63 Bab 63 Pemahaman yang salah
64 Bab 64 Bersumpahlah!
65 Bab 65 Ungkapan kekecewaan Mirna
66 Bab 66 Bisakah berjauhan?
67 Bab 67 Awal dari kerinduan
68 Bab 68 Kamuflase
69 Bab 69 Usaha Mirna
70 Bab 70 Senjata makan tuan
71 Bab 71 Perjuangan Mirna
72 Bab 72 Dokter cinta
73 Bab 73 Rindu yang menyiksa
74 Bab 74 Kejutan
75 Bab 75 Good News
76 Bab 76 Surat
77 Bab 77 Kembalinya Mirna
78 Bab 78 Pendarahan?
79 Bab 79 Kejahilan Ustad Jaki
80 Bab 80 Karma?
81 Bab 81 Aku mau!
82 Bab 82 Buah dari kesabaran
83 Bab 83 Ada apa dengan Mirna?
84 Bab 84 Proses yang harus dilewati
85 Bab 85 Awal rasa cemburu
86 Bab 86 Restu
87 Bab 87 Yess!!!
88 Bab 88 Cemburu berjamaah
89 Bab 89 Dasar gak peka!
90 Bab 90 Cieee....
91 Bab 91 Sebelum janur kuning melengkung
92 Bab 92 Mencintai suami orang
93 Bab 93 Akhirnya...
94 Bab 94 Jaga diri, jaga jarak dan jaga hati
95 Bab 95 Usaha tidak akan mengkhianati hasil
96 Bab 96 Tak tahan
97 Bab 97 So sweet....
98 Bab 98 Radar wanita
99 Bab 99 kesialan atau keberuntungan?
100 Bab 100 Somplak
101 Bab 101 Perasaan bersalah
102 Bab 102 Harapan
103 Bab 103 Bocah yang bisa bikin bocah
104 Bab 104 Kalah sebelum berperang
105 Bab 105 Sinyal yang salah
106 Bab 106 Istimewa
107 Bab 107 Dejavu
108 Bab 108 Pencarian terowongan
109 Bab 109 Andai saja...
110 Bab 110 Minat poligami?
111 Bab 111 Diantara dua pilihan
112 Bab 112 Jalan tol bebas hambatan
113 Bab 113 Vitamin C
114 Bab 114 Pulang
115 Bab 115 Ketenangan sesudah dan sebelum badai
116 Bab 116 Salah paham
117 Bab 117 Kesedihan vs kekesalan
118 Bab 118 Pasang surut kecemburuan
119 Bab 119 Ucapan adalah doa
120 Bab 120 Drama keluarga
121 Bab 121 Nafas buatan
122 Bab 122 Antara ingin dan malu
123 Bab 123 Awal yang buruk
124 Bab 124 Keegoisan yang berakhir malu
125 Bab 125 Surat cinta
126 Bab 126 Laki-laki
127 Bab 127 Seandainya...
128 Bab 128 Ingatan yang hilang
129 Bab 129 Ingatan yang menyiksa
130 Bab 130 Latihan
131 Bab 131 Positif?
132 Bab 132 Pejantan tangguh yang sedang pamer
133 Bab 133 Teror cinta
134 Bab 134 Gedean mana?
135 Bab 135 Hana dan Gibran
136 Bab 136 Mencari Rheina Az Zahra
137 Bab 137 Fakta baru
138 Bab 138 ASI
139 Bab 139 Couple yang luar biasa
140 Bab 140 Ijinkan aku menikah dengannya
141 Bab 141 Sahabat yang berbagi suka dan duka
142 Bab 142 Haruskah?
143 Bab 143 Cara meluluhkan dan menyenangkan hati istri
144 Bab 144 Apa yang sebenarnya terjadi?
145 Bab 145 Indahnya cinta
146 Bab 146 Pengorbanan suami siaga
147 Bab 147 Sakit....
148 Bab 148 Cantik
149 Bab 149 Hanya waktu yang bisa menjawab
150 Bab 150 Pondok Pesantren Al-Mukmin
151 Bab 151 Kebetulan atau takdir?
152 Bab 152 Awal atau akhir?
153 Bab 153 Hana?
154 Bab 154 Tentang aku pada saat itu
155 Bab 155 Iri, marah, kesal dan sakit hati
156 Bab 156 Pembuktian pria sejati
157 Bab 157 Ingin meraih kembali
158 Bab 158 Ada apa dengan dia?
159 Bab 159 Mempertanyakan keputusan
160 Bab 160 Bisakah berdamai dengan masa lalu?
161 Bab 161 Konferensi program kesejahteraan keluarga berencana
162 Bab 162 Malaikat tak bersayap
163 Bab 163 Dilema
164 Bab 164 Takdir Allah
165 Bab 165 Bisakah bahagia?
166 Bab 166 Kebahagiaan dan kesedihan
167 Bab 167 Aku tahu rasanya
168 Bab 168 Sebuah syarat
169 Bab 169 Hak dan tidak berhak
170 Bab 170 Rezeki di kala cobaan datang
171 Bab 171 Kegembiraan vs kesedihan
172 Bab 172 Suatu Permintaan
173 Bab 173 Kehilangan
174 Bab 174 Sebuah perhatian
175 Bab 175 Sebuah pesan
176 Bab 176 Suami baru ya?
177 Bab 177 Seperti keluarga
178 Bab 178 Jangan salahkan keadaan
179 Bab 179 Kedatangan Emir
180 Bab 180 Pembawa kedamaian
181 Bab 181 Pilih yang mana?
182 Bab 182 Beristri dua?
183 Bab 183 Pacar atau suami?
184 Bab 184 Apa kamu menyetujui pernikahan ini?
185 Bab 185 Apa kamu bersedia?
186 Bab 186 Sebuah jawaban
187 Bab 187 Menikah dengan dia?
188 Bab 188 Bimbang
189 Bab 189 Malam peralihan
190 Bab 190 Menikah?
191 Bab 191 Bertukar pasangan
192 Bab 192 Aku ingin....
193 Bab 193 Jodoh yang tertukar?
194 Bab 194 Ada apa dengan Mirna?
195 Bab 195 Apa dia cemburu?
196 Bab 196 Kuda-kudaan
197 Bab 197 Bertemu mantan
198 Bab 198 Pamer kemesraan
199 Bab 199 Pembawa Bencana
200 Bab 200 Maaf
201 Bab 201 Suatu kabar
202 Bab 202 Datang dan pergi
203 Bab 203 Hidup dan Mati
204 Bab 204 Beberapa pesan dari Umi
205 Bab 205 Kesedihan yang mendalam
206 Bab 206 Kepergian Umi
207 Bab 207 Kabar yang ditunggu
208 Bab 208 Rasa kehilangan
209 Bab 209 Ketakutan Hana
210 Bab 210 Kenyataan yang kelam
211 Bab 211 Apa ini yang terbaik?
212 Bab 212 Kenyataan yang sangat rumit
213 Bab 213 Menjadi istri dan ibu yang baik
214 Bab 214 Adu mulut khas ibu-ibu
215 Bab 215 Kekesalan Mirna
216 Bab 216 Suatu keinginan
217 Bab 217 Bertemu di Pondok Pesantren
218 Bab 218 Nasib
219 Bab 219 Kehilangan
220 Bab 220 Kecantikan Yasmin
221 Bab 221 Pencarian Yasmin
222 Bab 222 Di antara dua pilihan
223 Bab 223 Nasib Yasmin
224 Bab 224 Terulang kembali
225 Bab 225 Kemalangan Zahra
226 Bab 226 Kehidupan Zahra
227 Bab 227 Kaburnya Zahra
228 Bab 228 Pertemuan Zahra
229 Bab 229 Gadis itu....
230 Bab 230 Mirip Rhea
231 Bab 231 Mencari kebenaran
232 Bab 232 Apa aku hamil?
233 Bab 233 Kesombongan Mirna
234 Bab 234 Masa lalu Zahra
235 Bab 235 Perseteruan Salsa dan Hana
236 Bab 236 Titik terang
237 Bab 237 Antara Izam, Salsa, Hana dan Yasmin
238 Bab 238 Acara tasyakuran
239 Bab 239 Blighted Ovum
240 Bab 240 Kesombongan dan kegagalan
241 Bab 241 Menyukai seorang Ustadz
242 Bab 242 Perjodohan
243 Bab 243 Kebingungan Izam
244 Bab 244 Kesedihan Salsa
245 Bab 245 Kebimbangan Izam
246 Bab 246 Kecemasan Izam
247 Bab 247 Apendisitis
248 Bab 248 Kenyataan
249 Bab 249 Mencari jawaban hati
250 Bab 250 Aku mau!
251 Bab 251 Keputusan
252 Bab 252 Lamaran model apa ini?
253 Bab 253 Penolakan Izam
254 Bab 254 Bersyarat
255 Bab 255 Kebahagiaan yang menjadi luka
256 Bab 256 Ikatan suci
257 Buku Baru She_Na
Episodes

Updated 257 Episodes

1
Bab 1 Awal pertemuan
2
Bab 2 Semakin menjauh
3
Bab 3 Kasih tak sampai
4
Bab 4 Perasaan yang begitu menyiksa
5
Bab 5 Selamat tinggal cinta
6
Bab 6 Pertemuan yang tak terduga
7
Bab 7 Makan bersama
8
Bab 8 Janda
9
Bab 9 Brownies kenangan
10
Bab 10 Bedah buku
11
Bab 11 Pelakor
12
Bab 12 Cerai
13
Bab 13 Poligami
14
Bab 14 Rencana licik
15
Bab 15 Cemburu
16
Bab 16 Sebuah Keputusan
17
Bab 17 Sebuah kejutan
18
Bab 18 Istri teladan
19
Bab 19 Penyebar fitnah vs istri salihah
20
Bab 20 Menanti kepastian
21
Bab 21 Sebuah keputusan
22
Bab 22 Penghinaan
23
Bab 23 Sah!
24
Bab 24 Tiiit... tiit... tiiit...
25
Bab 25 Kebahagiaan yang hakiki
26
Bab 26 Hamil?
27
Bab 27 Zonk!
28
Bab 28 Caper
29
Bab 29 Gagal
30
Bab 30 Takut khilaf
31
Bab 31 Anugerah apa bencana?
32
Bab 32 Gosip yang beredar
33
Bab 33 Baper gara-gara brownies
34
Bab 34 Kesedihan dalam kesendirian
35
Bab 35 Tragedi buah mangga
36
Bab 36 Kesalahpahaman
37
Bab 37 Bersyarat
38
Bab 38 Keputusan
39
Bab 39 Minggat
40
Bab 40 Mimpi yang meresahkan
41
Bab 41 Damai
42
Bab 42 Ribut
43
Bab 43 Rencana
44
Bab 44 Pendarahan
45
Bab 45 Kenyataan
46
Bab 46 Keguguran?
47
Bab 47 Gagal Paham
48
Bab 48 Talak tiga!
49
Bab 49 Menuju awal baru
50
Bab 50 Tidak terima
51
Bab 51 Perebut suami dan kebahagiaan
52
Bab 52 Kamar yang menjadi saksi
53
Bab 53 Labil
54
Bab 54 Pelakon handal
55
Bab 55 Kepoin Zahra
56
Bab 56 Konferensi Forum Pergibahan
57
Bab 57 Berita yang tersebar
58
Bab 58 Jamaah oh jamaah
59
Bab 59 Orang yang terzalimi?
60
Bab 60 Mencari titik terang
61
Bab 61 Julid
62
Bab 62 Titik terang
63
Bab 63 Pemahaman yang salah
64
Bab 64 Bersumpahlah!
65
Bab 65 Ungkapan kekecewaan Mirna
66
Bab 66 Bisakah berjauhan?
67
Bab 67 Awal dari kerinduan
68
Bab 68 Kamuflase
69
Bab 69 Usaha Mirna
70
Bab 70 Senjata makan tuan
71
Bab 71 Perjuangan Mirna
72
Bab 72 Dokter cinta
73
Bab 73 Rindu yang menyiksa
74
Bab 74 Kejutan
75
Bab 75 Good News
76
Bab 76 Surat
77
Bab 77 Kembalinya Mirna
78
Bab 78 Pendarahan?
79
Bab 79 Kejahilan Ustad Jaki
80
Bab 80 Karma?
81
Bab 81 Aku mau!
82
Bab 82 Buah dari kesabaran
83
Bab 83 Ada apa dengan Mirna?
84
Bab 84 Proses yang harus dilewati
85
Bab 85 Awal rasa cemburu
86
Bab 86 Restu
87
Bab 87 Yess!!!
88
Bab 88 Cemburu berjamaah
89
Bab 89 Dasar gak peka!
90
Bab 90 Cieee....
91
Bab 91 Sebelum janur kuning melengkung
92
Bab 92 Mencintai suami orang
93
Bab 93 Akhirnya...
94
Bab 94 Jaga diri, jaga jarak dan jaga hati
95
Bab 95 Usaha tidak akan mengkhianati hasil
96
Bab 96 Tak tahan
97
Bab 97 So sweet....
98
Bab 98 Radar wanita
99
Bab 99 kesialan atau keberuntungan?
100
Bab 100 Somplak
101
Bab 101 Perasaan bersalah
102
Bab 102 Harapan
103
Bab 103 Bocah yang bisa bikin bocah
104
Bab 104 Kalah sebelum berperang
105
Bab 105 Sinyal yang salah
106
Bab 106 Istimewa
107
Bab 107 Dejavu
108
Bab 108 Pencarian terowongan
109
Bab 109 Andai saja...
110
Bab 110 Minat poligami?
111
Bab 111 Diantara dua pilihan
112
Bab 112 Jalan tol bebas hambatan
113
Bab 113 Vitamin C
114
Bab 114 Pulang
115
Bab 115 Ketenangan sesudah dan sebelum badai
116
Bab 116 Salah paham
117
Bab 117 Kesedihan vs kekesalan
118
Bab 118 Pasang surut kecemburuan
119
Bab 119 Ucapan adalah doa
120
Bab 120 Drama keluarga
121
Bab 121 Nafas buatan
122
Bab 122 Antara ingin dan malu
123
Bab 123 Awal yang buruk
124
Bab 124 Keegoisan yang berakhir malu
125
Bab 125 Surat cinta
126
Bab 126 Laki-laki
127
Bab 127 Seandainya...
128
Bab 128 Ingatan yang hilang
129
Bab 129 Ingatan yang menyiksa
130
Bab 130 Latihan
131
Bab 131 Positif?
132
Bab 132 Pejantan tangguh yang sedang pamer
133
Bab 133 Teror cinta
134
Bab 134 Gedean mana?
135
Bab 135 Hana dan Gibran
136
Bab 136 Mencari Rheina Az Zahra
137
Bab 137 Fakta baru
138
Bab 138 ASI
139
Bab 139 Couple yang luar biasa
140
Bab 140 Ijinkan aku menikah dengannya
141
Bab 141 Sahabat yang berbagi suka dan duka
142
Bab 142 Haruskah?
143
Bab 143 Cara meluluhkan dan menyenangkan hati istri
144
Bab 144 Apa yang sebenarnya terjadi?
145
Bab 145 Indahnya cinta
146
Bab 146 Pengorbanan suami siaga
147
Bab 147 Sakit....
148
Bab 148 Cantik
149
Bab 149 Hanya waktu yang bisa menjawab
150
Bab 150 Pondok Pesantren Al-Mukmin
151
Bab 151 Kebetulan atau takdir?
152
Bab 152 Awal atau akhir?
153
Bab 153 Hana?
154
Bab 154 Tentang aku pada saat itu
155
Bab 155 Iri, marah, kesal dan sakit hati
156
Bab 156 Pembuktian pria sejati
157
Bab 157 Ingin meraih kembali
158
Bab 158 Ada apa dengan dia?
159
Bab 159 Mempertanyakan keputusan
160
Bab 160 Bisakah berdamai dengan masa lalu?
161
Bab 161 Konferensi program kesejahteraan keluarga berencana
162
Bab 162 Malaikat tak bersayap
163
Bab 163 Dilema
164
Bab 164 Takdir Allah
165
Bab 165 Bisakah bahagia?
166
Bab 166 Kebahagiaan dan kesedihan
167
Bab 167 Aku tahu rasanya
168
Bab 168 Sebuah syarat
169
Bab 169 Hak dan tidak berhak
170
Bab 170 Rezeki di kala cobaan datang
171
Bab 171 Kegembiraan vs kesedihan
172
Bab 172 Suatu Permintaan
173
Bab 173 Kehilangan
174
Bab 174 Sebuah perhatian
175
Bab 175 Sebuah pesan
176
Bab 176 Suami baru ya?
177
Bab 177 Seperti keluarga
178
Bab 178 Jangan salahkan keadaan
179
Bab 179 Kedatangan Emir
180
Bab 180 Pembawa kedamaian
181
Bab 181 Pilih yang mana?
182
Bab 182 Beristri dua?
183
Bab 183 Pacar atau suami?
184
Bab 184 Apa kamu menyetujui pernikahan ini?
185
Bab 185 Apa kamu bersedia?
186
Bab 186 Sebuah jawaban
187
Bab 187 Menikah dengan dia?
188
Bab 188 Bimbang
189
Bab 189 Malam peralihan
190
Bab 190 Menikah?
191
Bab 191 Bertukar pasangan
192
Bab 192 Aku ingin....
193
Bab 193 Jodoh yang tertukar?
194
Bab 194 Ada apa dengan Mirna?
195
Bab 195 Apa dia cemburu?
196
Bab 196 Kuda-kudaan
197
Bab 197 Bertemu mantan
198
Bab 198 Pamer kemesraan
199
Bab 199 Pembawa Bencana
200
Bab 200 Maaf
201
Bab 201 Suatu kabar
202
Bab 202 Datang dan pergi
203
Bab 203 Hidup dan Mati
204
Bab 204 Beberapa pesan dari Umi
205
Bab 205 Kesedihan yang mendalam
206
Bab 206 Kepergian Umi
207
Bab 207 Kabar yang ditunggu
208
Bab 208 Rasa kehilangan
209
Bab 209 Ketakutan Hana
210
Bab 210 Kenyataan yang kelam
211
Bab 211 Apa ini yang terbaik?
212
Bab 212 Kenyataan yang sangat rumit
213
Bab 213 Menjadi istri dan ibu yang baik
214
Bab 214 Adu mulut khas ibu-ibu
215
Bab 215 Kekesalan Mirna
216
Bab 216 Suatu keinginan
217
Bab 217 Bertemu di Pondok Pesantren
218
Bab 218 Nasib
219
Bab 219 Kehilangan
220
Bab 220 Kecantikan Yasmin
221
Bab 221 Pencarian Yasmin
222
Bab 222 Di antara dua pilihan
223
Bab 223 Nasib Yasmin
224
Bab 224 Terulang kembali
225
Bab 225 Kemalangan Zahra
226
Bab 226 Kehidupan Zahra
227
Bab 227 Kaburnya Zahra
228
Bab 228 Pertemuan Zahra
229
Bab 229 Gadis itu....
230
Bab 230 Mirip Rhea
231
Bab 231 Mencari kebenaran
232
Bab 232 Apa aku hamil?
233
Bab 233 Kesombongan Mirna
234
Bab 234 Masa lalu Zahra
235
Bab 235 Perseteruan Salsa dan Hana
236
Bab 236 Titik terang
237
Bab 237 Antara Izam, Salsa, Hana dan Yasmin
238
Bab 238 Acara tasyakuran
239
Bab 239 Blighted Ovum
240
Bab 240 Kesombongan dan kegagalan
241
Bab 241 Menyukai seorang Ustadz
242
Bab 242 Perjodohan
243
Bab 243 Kebingungan Izam
244
Bab 244 Kesedihan Salsa
245
Bab 245 Kebimbangan Izam
246
Bab 246 Kecemasan Izam
247
Bab 247 Apendisitis
248
Bab 248 Kenyataan
249
Bab 249 Mencari jawaban hati
250
Bab 250 Aku mau!
251
Bab 251 Keputusan
252
Bab 252 Lamaran model apa ini?
253
Bab 253 Penolakan Izam
254
Bab 254 Bersyarat
255
Bab 255 Kebahagiaan yang menjadi luka
256
Bab 256 Ikatan suci
257
Buku Baru She_Na

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!