Bab 3 Kasih tak sampai

"Kan Rhea masih kecil Bu, masih kelas 3 SMP. Dia masih sekolah, takut sekolahnya terganggu," Pak Adrian membela dirinya, tapi dia juga terlihat begitu menyesal.

"Ya kan gak langsung nikah Yah. Dia cuma minta ijin saja. Mungkin nikahnya nunggu Rhea lulus sekolah Yah. Kan syarat nikah juga ketat sekarang. Harusnya Ayah jelaskan dulu agar dia tidak salah paham. Eh tapi jangan-jangan Ustad Fariz dengar obrolan kita sama saudara-saudara waktu itu Yah, kan sikap Ustad Fariz berubah sesudah acara itu. Ck, lagian mereka apa-apaan sih omongannya merendahkan Ustad Fariz, padahal juga belum tentu Rhea mau jika diminta menjadi istrinya," Ibu benar-benar merasa frustasi memikirkannya.

"Sudahlah Bu, mungkin sudah takdirnya seperti ini. Dan mungkin sudah jodohnya Ustad Fariz dengan wanita itu," Ayah menenangkan Ibu dengan mengelus-elus puncak rambut Ibu.

Air mata Rhea lolos begitu saja membasahi pipi, bahkan air mata itu begitu deras. Rhea menutup mulutnya dengan telapak tangannya dan dia menggeleng tidak percaya dengan apa yang dia dengar barusan.

Sebelumnya Rhea tadi hendak ke dapur mengambil minum, tapi langkahnya terhenti ketika mendengar obrolan Ibu dan Ayah membahas pernikahan Ustad Fariz.

Rhea mendengarkannya karena ingin tahu kabar Ustad idolanya itu dan karena juga dia ingin tahu wanita seperti apa yang hendak menjadi istrinya.

Namun Rhea malah terkaget mendapati fakta yang ada, dia mendengar tentang kemauan Ustad Fariz yang menginginkannya menjadi calon istrinya namun ditolak oleh orang tuanya dengan alasan dia masih kecil dan masih sekolah, padahal nikahnya pun tidak sekarang, dan juga omongan-omongan merendahkan dari saudara-saudaranya.

Rhea mengerti perasaan Ustad Fariz yang mungkin terhina dengan semuanya.

Rhea kembali ke dalam kamarnya ketika obrolan Ayah dan Ibu sudah selesai membahas Ustad Fariz. Rhea merasakan perasaannya campur aduk tidak karuan.

Huffft.... dia menghela nafas panjang meredakan rasa sesak dan nyeri di dadanya. Hingga akhirnya dia terlelap tanpa sengaja di lantai kamar yang beralaskan karpet bulu.

Hari-hari berlalu, Rhea melalui harinya seperti biasa hanya antara rumah dan sekolah. Entah mengapa hari-harinya akhir-akhir ini tidak ada semangat, padahal di sekolah banyak teman Rhea yang sangat kocak mengajak Rhea bercanda, terutama beberapa teman laki-laki yang duduk di deretan bangku belakangnya.

Mereka seolah melihat kesedihan dalam raut wajah Rhea. Mereka membuat begitu banyak lelucon, candaan, bahkan merayu Rhea agar dia mau tersenyum seperti biasanya. Rhea pun tersenyum tipis, namun senyuman itu getir yang tercetak di bibirnya.

Pada saat jam istirahat Rhea merasa dadanya begitu sakit dan begitu sesak, dia merasa begitu tidak nyaman, hingga dia berulang kali menghirup nafas dalam-dalam dan menghelanya, namun meskipun dilakukan berkali-kali pun tetap saja semua rasa itu masih tetap ada.

Dia merasa ada yang salah dengan perasaannya, dia takut jika terjadi apa-apa dengan keluarganya. Dia segera menghubungi Ibunya dan bertanya tentang keadaan di rumah, namun dari penjelasan Ibu Rhea bisa menyimpulkan bahwa tidak terjadi apa-apa di rumah.

Rhea bernafas lega setelah mendengar jawaban dari Ibunya. Namun rasa sakit dan sesak di dadanya masih begitu terasa. Bahkan rasa tidak nyaman pun makin terasa dan membuat dia semakin gelisah, hingga dia putuskan untuk melaksanakan shalat dhuha di Masjid sekolah.

Jam istirahat pun selesai, Rhea pun kembali ke dalam kelas tanpa makan ataupun jajan di waktu istirahatnya dikarenakan waktu istirahatnya habis digunakannya di Masjid tadi.

Namun dia masih saja merasakan hal yang sama, sampai-sampai di saat guru menerangkan pun dia melihat ke arah papan, namun bibirnya beristighfar terus-menerus untuk menghilangkan gelisah, rasa sesak dan sakit di dadanya.

Namun rasa-rasa itu semakin kuat, hatinya semakin sakit dan sesak hingga matanya berkaca-kaca, ada air mata di sudut matanya, namun sekuat tenaga Rhea menahan agar air mata itu tidak keluar.

Astaghfirullah hal adzim.... ada apa ini? Kenapa hatiku begitu sakit dan dadaku begitu sesak? Rasanya begitu sedih. Ya Allah sebenarnya apa yang terjadi? Rhea menghirup nafas dalam-dalam dan menghela nafas panjang setelah menanyakan itu semua dalam hatinya.

Langit sore menyapa, Rhea berjalan kaki menyusuri jalan menuju rumahnya. Kali ini Ayahnya tidak menjemputnya. Dan Rhea selama SMA memang sudah terbiasa jika pulang dia naik angkot dan jalan kaki menuju rumahnya. Jika berangkat sekolah kadang naik angkot tapi kadang dia juga diantar oleh Ayahnya.

Rhea berjalan kaki dengan perasaan yang lelah. Bukan lelah karena capek fisik, namun lelah karena rasa sakit yang dirasakan di hatinya dan sesak di dadanya yang entah apa penyebabnya.

"Assalamu'alaikum.... Ibu... Ayah... Rhea pulang....," seperti biasa Rhea langsung masuk ke dalam rumah dan menuju kulkas untuk mengambil air minum pelepas dahaganya.

"Wa' alaikummussalam... Eh anak Ibu yang cantik udah pulang. Gimana tadi di sekolah, lancar?" Ibu menyambut Rhea dengan menyodorkan tangannya. Seperti biasanya Rhea mencium punggung tangan Ibunya.

"Alhamdulillah lancar Bu. Eh kok sepi Bu? Ayah kemana?" Rhea celingak-celinguk mencari keberadaan Ayahnya. Masa' iya sih Ayahnya gak kelihatan, wong badannya aja segede itu, Rhea aja bisa sembunyi dibalik tubuh Ayahnya.

"Ayah ada di kamar, lagi istirahat, barusan pulang dari nikahannya Ustad Fariz. Cuma nikahan aja kok secara sederhana," Ibu menjawab sambil berlalu ke dapur.

Jeduaaaaar..... bagai tersambar petir, Rhea diam tak berkutik. Ada yang hangus tapi tidak berbekas, ada yang sakit tapi tidak berdarah, seperti tertusuk jarum dan tersayat belati rasanya begitu sakit, seperti tercubit namun tidak ada bekasnya, hanya rasa sakit yang begitu mendalam kini dirasakannya.

Rhea segara berlari menuju kamarnya, tidak mau orang rumahnya tahu jika air matanya kini jatuh bebas tanpa hambatan.

Dilemparkannya tas sekolahnya di meja belajarnya, dan tubuhnya dihempaskan di kasurnya, dia menangis tersedu-sedu tanpa suara.

Diredamnya suara tangisnya pada bantal dan selimut yang tebal. Untung saja dia sempat mengunci kamarnya setelah dia masuk tadi. Jadi aman, dia tidak takut jika ada yang mengetahui dia menangis.

Ya Allah mengapa hatiku begitu sakit dan dadaku begitu sesak? Apa karena ini semua yang membuatku seharian ini tersiksa? Mengapa mendengar dirinya menikah dengan wanita itu membuat hatiku begitu sakit? Ya Allah sakit sekali rasanya...., Rhea berucap dalam hati di sela tangisannya. Dia tidak menyangka bahwa hatinya bisa sesakit ini, padahal dia tidak mengetahui jika hari ini Ustad Fariz menikah, bahkan rasanya lebih sakit lagi ketika dia mengetahui pernikahan itu.

Apa artinya ini Ya Allah... apa dia tidak ikhlas menikah dengan wanita itu dan apa karena dia mencintaiku sehingga rasanya begitu sakit di hatiku dan dadaku begitu sesak dan gelisah seharian ini, padahal aku tidak mengetahui jika hari ini dia menikah, lagi-lagi pertanyaan itu hadir dalam batinnya.

Semenjak Ustad Fariz menikah, kehadirannya seperti hilang entah kemana. Rhea pernah mendengar dari obrolan Ibu dan Ayah bahwa saudara-saudara dari Ibu Ustad Fariz tidak menyetujui pernikahan mereka. Karena mereka tidak suka sikap dan perilaku dari istri Ustad Fariz.

Dan Ustad Fariz pun tidak pernah lagi mampir atau sekedar berkunjung ke rumah Rhea. Hufft.... lagi-lagi Rhea menghela nafas panjang, dia tidak menduga efeknya akan sedalam ini pada dirinya.

Bertahun-tahun berlalu, hingga Rhea pun sudah lulus SMA dengan hasil yang memuaskan. Dia sekuat tenaga melupakan rasa sakit dan perasaannya pada Ustad idolanya itu.

Tapi entah mengapa namanya tetap ada dalam hatinya. Tidak pernah sekali pun bisa terhapus meskipun Rhea berusaha keras untuk menghapusnya.

Ya memang benar sih dia belum pernah dia mengisi hatinya dengan nama lain, karena selama ini dia tidak pernah yang namanya pacaran , dia hanya fokus pada pelajaran sekolahnya saja.

Kurang lebih lima tahun berlalu, kini Rhea dipersunting oleh lelaki yang berani memintanya pada orang tuanya.

Memang dia tidak mencintainya, karena setelah hatinya sakit karena Ustad Fariz, dia seperti belum berniat untuk menjalin hubungan dengan siapa pun, karena trauma akan sakit hatinya yang begitu sakit dan lama terobati.

Lelaki yang menyukai sosok Rhea itu berkali-kali meminta Rhea untuk menjadi pacarnya, namun Rhea hanya menjawab jika dia perlu waktu untuk menjawabnya. Begitu keras usaha lelaki itu untuk mendapatkan hati Rhea.

Tiap hari dia mengantar jemput Rhea untuk bekerja. Hingga ke dua orang tua mereka masing-masing mengira jika mereka sudah memiliki hubungan yang serius, sehingga kedua orang tua Rhea menyuruh lelaki itu untuk datang melamar anaknya.

Andri Brahmana, nama yang tertera sebagai seorang suami yang bersanding dengan nama Rheina Az Zahra di akta nikah.

Tadinya Rhea bimbang akan keputusannya untuk menikah dengan Andri karena hatinya tidak yakin dan belum merasakan cinta pada Andri, namun dia menyetujuinya karena melihat keseriusan Andri dan juga dia tidak tega untuk mempermalukan kedua orang tuanya dan kedua orang tua Andri yang menaruh harapan lebih padanya. Begitu gundah hatinya, hingga temannya menyarankannya untuk melaksanakan shalat istikharah.

Di malam itu Rhea melaksanakan shalat istikharah guna mencari petunjuk untuk keputusannya. Namun setelah dia bangun dari tidurnya di keesokan harinya dia mendadak menjadi orang linglung.

Dia mengingat-ingat mimpi yang hadir dalam tidurnya. Pada doanya dia menyebut nama Andri, namun bukan wajah Andri yang ada di dalam mimpinya, melainkan seorang pangeran bersarung memakai baju koko berwarna putih namun wajahnya begitu samar hingga Rhea tidak mengenalinya.

Pikiran Rhea mengarah pada Ustad Fariz, namun segera ditepisnya karena tidak mungkin dia akan bersama Ustad Fariz, karena Ustad Fariz sudah menikah beberapa tahun yang lalu, dan sekarang pun dia tidak tahu bagaimana keadaannya.

Rhea menghembuskan nafasnya dengan kasar, dia memang tidak mengerti siapa yang hadir dalam mimpinya, namun menurutnya sekarang sudah terlambat, karena semuanya akan kacau jika dia membatalkannya meskipun mereka hanya baru bertunangan dan persiapan mereka untuk menikah baru 50%.

Dia tidak mau kedua orang tuanya kecewa, syok dan malu atas perbuatannya. Dan akhirnya pernikahan itu dilaksanakan dengan lumayan meriah.

Ustad Fariz datang pada saat ikrar ijab kabul dilaksanakan. Ustad Fariz datang untuk memenuhi permintaan Pak Andri dan Bu Ratih untuk mengaji bersama Ustad Yadi.

Begitu Rhea muncul untuk berjalan mendekati Andri yang duduk di depan penghulu untuk menikahkan mereka, mata Rhea bertabrakan pandangan dengan Ustad Fariz.

Rhea terpaku dan tanpa sadar dia tersenyum pada Ustad Fariz, saking senangnya dia melihat Ustad Fariz hingga dia lupa akan tujuannya saat ini yang hendak duduk di samping Andri.

Rhea kecewa ketika Ustad Fariz yang menundukkan pandangannya sesudah mata mereka saling menatap. Senyum Rhea pudar ketika dia melihat Ustad Fariz menundukkan pandangannya, dan dia tersadar ketika ada suara memanggilnya untuk segera duduk di dekat Andri.

Pikiran Rhea bercampur aduk saat ijab kabul terdengar di telinganya. Dia tidak percaya jika sekarang dia sudah menjadi seorang istri dan dia sedih akan sikap Ustad Fariz padanya. Hingga pada saat malam hari, Rhea melihat Ustad Fariz kembali namun bersama istrinya.

Mata Ustad Fariz dan Rhea kembali bertemu dan saling menatap dari kejauhan dan ditengah ramainya tamu yang datang. Ada desiran aneh dalam dada Rhea, bahkan tiap mata mereka selalu saja jantungnya merasa deg-degan, padahal sudah bertahun-tahun lamanya mereka tidak bertemu, dan Rhea pun sudah berusaha mati-matian untuk melupakannya.

Rhea dan Andri hanya berada di pelaminan, karena banyaknya tamu undangan yang datang jadi mereka tidak bisa kemana-mana, bahkan untuk makan saja mereka tidak bisa. Sampai-sampai Rhea tidak sadar jika Ustad Fariz dan istrinya sudah tidak berada di tempat duduknya.

Terpopuler

Comments

☘️BILAA☘️

☘️BILAA☘️

😭😭😭😭 kisah cinta tak sampai, padahal mereka saling mencintai,, mungkin kah mereka masih bisa bersatu lagi..

2022-09-05

3

Ⓝⓨⓐⓘ Ⓖⓐⓑⓤⓣ

Ⓝⓨⓐⓘ Ⓖⓐⓑⓤⓣ

Angel wes angel 😭

2022-05-23

1

Ⓝⓨⓐⓘ Ⓖⓐⓑⓤⓣ

Ⓝⓨⓐⓘ Ⓖⓐⓑⓤⓣ

byuh, mama nulis part nya Amir, eh dibalas cuci muka pake bawang disini 😭

2022-05-23

5

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Awal pertemuan
2 Bab 2 Semakin menjauh
3 Bab 3 Kasih tak sampai
4 Bab 4 Perasaan yang begitu menyiksa
5 Bab 5 Selamat tinggal cinta
6 Bab 6 Pertemuan yang tak terduga
7 Bab 7 Makan bersama
8 Bab 8 Janda
9 Bab 9 Brownies kenangan
10 Bab 10 Bedah buku
11 Bab 11 Pelakor
12 Bab 12 Cerai
13 Bab 13 Poligami
14 Bab 14 Rencana licik
15 Bab 15 Cemburu
16 Bab 16 Sebuah Keputusan
17 Bab 17 Sebuah kejutan
18 Bab 18 Istri teladan
19 Bab 19 Penyebar fitnah vs istri salihah
20 Bab 20 Menanti kepastian
21 Bab 21 Sebuah keputusan
22 Bab 22 Penghinaan
23 Bab 23 Sah!
24 Bab 24 Tiiit... tiit... tiiit...
25 Bab 25 Kebahagiaan yang hakiki
26 Bab 26 Hamil?
27 Bab 27 Zonk!
28 Bab 28 Caper
29 Bab 29 Gagal
30 Bab 30 Takut khilaf
31 Bab 31 Anugerah apa bencana?
32 Bab 32 Gosip yang beredar
33 Bab 33 Baper gara-gara brownies
34 Bab 34 Kesedihan dalam kesendirian
35 Bab 35 Tragedi buah mangga
36 Bab 36 Kesalahpahaman
37 Bab 37 Bersyarat
38 Bab 38 Keputusan
39 Bab 39 Minggat
40 Bab 40 Mimpi yang meresahkan
41 Bab 41 Damai
42 Bab 42 Ribut
43 Bab 43 Rencana
44 Bab 44 Pendarahan
45 Bab 45 Kenyataan
46 Bab 46 Keguguran?
47 Bab 47 Gagal Paham
48 Bab 48 Talak tiga!
49 Bab 49 Menuju awal baru
50 Bab 50 Tidak terima
51 Bab 51 Perebut suami dan kebahagiaan
52 Bab 52 Kamar yang menjadi saksi
53 Bab 53 Labil
54 Bab 54 Pelakon handal
55 Bab 55 Kepoin Zahra
56 Bab 56 Konferensi Forum Pergibahan
57 Bab 57 Berita yang tersebar
58 Bab 58 Jamaah oh jamaah
59 Bab 59 Orang yang terzalimi?
60 Bab 60 Mencari titik terang
61 Bab 61 Julid
62 Bab 62 Titik terang
63 Bab 63 Pemahaman yang salah
64 Bab 64 Bersumpahlah!
65 Bab 65 Ungkapan kekecewaan Mirna
66 Bab 66 Bisakah berjauhan?
67 Bab 67 Awal dari kerinduan
68 Bab 68 Kamuflase
69 Bab 69 Usaha Mirna
70 Bab 70 Senjata makan tuan
71 Bab 71 Perjuangan Mirna
72 Bab 72 Dokter cinta
73 Bab 73 Rindu yang menyiksa
74 Bab 74 Kejutan
75 Bab 75 Good News
76 Bab 76 Surat
77 Bab 77 Kembalinya Mirna
78 Bab 78 Pendarahan?
79 Bab 79 Kejahilan Ustad Jaki
80 Bab 80 Karma?
81 Bab 81 Aku mau!
82 Bab 82 Buah dari kesabaran
83 Bab 83 Ada apa dengan Mirna?
84 Bab 84 Proses yang harus dilewati
85 Bab 85 Awal rasa cemburu
86 Bab 86 Restu
87 Bab 87 Yess!!!
88 Bab 88 Cemburu berjamaah
89 Bab 89 Dasar gak peka!
90 Bab 90 Cieee....
91 Bab 91 Sebelum janur kuning melengkung
92 Bab 92 Mencintai suami orang
93 Bab 93 Akhirnya...
94 Bab 94 Jaga diri, jaga jarak dan jaga hati
95 Bab 95 Usaha tidak akan mengkhianati hasil
96 Bab 96 Tak tahan
97 Bab 97 So sweet....
98 Bab 98 Radar wanita
99 Bab 99 kesialan atau keberuntungan?
100 Bab 100 Somplak
101 Bab 101 Perasaan bersalah
102 Bab 102 Harapan
103 Bab 103 Bocah yang bisa bikin bocah
104 Bab 104 Kalah sebelum berperang
105 Bab 105 Sinyal yang salah
106 Bab 106 Istimewa
107 Bab 107 Dejavu
108 Bab 108 Pencarian terowongan
109 Bab 109 Andai saja...
110 Bab 110 Minat poligami?
111 Bab 111 Diantara dua pilihan
112 Bab 112 Jalan tol bebas hambatan
113 Bab 113 Vitamin C
114 Bab 114 Pulang
115 Bab 115 Ketenangan sesudah dan sebelum badai
116 Bab 116 Salah paham
117 Bab 117 Kesedihan vs kekesalan
118 Bab 118 Pasang surut kecemburuan
119 Bab 119 Ucapan adalah doa
120 Bab 120 Drama keluarga
121 Bab 121 Nafas buatan
122 Bab 122 Antara ingin dan malu
123 Bab 123 Awal yang buruk
124 Bab 124 Keegoisan yang berakhir malu
125 Bab 125 Surat cinta
126 Bab 126 Laki-laki
127 Bab 127 Seandainya...
128 Bab 128 Ingatan yang hilang
129 Bab 129 Ingatan yang menyiksa
130 Bab 130 Latihan
131 Bab 131 Positif?
132 Bab 132 Pejantan tangguh yang sedang pamer
133 Bab 133 Teror cinta
134 Bab 134 Gedean mana?
135 Bab 135 Hana dan Gibran
136 Bab 136 Mencari Rheina Az Zahra
137 Bab 137 Fakta baru
138 Bab 138 ASI
139 Bab 139 Couple yang luar biasa
140 Bab 140 Ijinkan aku menikah dengannya
141 Bab 141 Sahabat yang berbagi suka dan duka
142 Bab 142 Haruskah?
143 Bab 143 Cara meluluhkan dan menyenangkan hati istri
144 Bab 144 Apa yang sebenarnya terjadi?
145 Bab 145 Indahnya cinta
146 Bab 146 Pengorbanan suami siaga
147 Bab 147 Sakit....
148 Bab 148 Cantik
149 Bab 149 Hanya waktu yang bisa menjawab
150 Bab 150 Pondok Pesantren Al-Mukmin
151 Bab 151 Kebetulan atau takdir?
152 Bab 152 Awal atau akhir?
153 Bab 153 Hana?
154 Bab 154 Tentang aku pada saat itu
155 Bab 155 Iri, marah, kesal dan sakit hati
156 Bab 156 Pembuktian pria sejati
157 Bab 157 Ingin meraih kembali
158 Bab 158 Ada apa dengan dia?
159 Bab 159 Mempertanyakan keputusan
160 Bab 160 Bisakah berdamai dengan masa lalu?
161 Bab 161 Konferensi program kesejahteraan keluarga berencana
162 Bab 162 Malaikat tak bersayap
163 Bab 163 Dilema
164 Bab 164 Takdir Allah
165 Bab 165 Bisakah bahagia?
166 Bab 166 Kebahagiaan dan kesedihan
167 Bab 167 Aku tahu rasanya
168 Bab 168 Sebuah syarat
169 Bab 169 Hak dan tidak berhak
170 Bab 170 Rezeki di kala cobaan datang
171 Bab 171 Kegembiraan vs kesedihan
172 Bab 172 Suatu Permintaan
173 Bab 173 Kehilangan
174 Bab 174 Sebuah perhatian
175 Bab 175 Sebuah pesan
176 Bab 176 Suami baru ya?
177 Bab 177 Seperti keluarga
178 Bab 178 Jangan salahkan keadaan
179 Bab 179 Kedatangan Emir
180 Bab 180 Pembawa kedamaian
181 Bab 181 Pilih yang mana?
182 Bab 182 Beristri dua?
183 Bab 183 Pacar atau suami?
184 Bab 184 Apa kamu menyetujui pernikahan ini?
185 Bab 185 Apa kamu bersedia?
186 Bab 186 Sebuah jawaban
187 Bab 187 Menikah dengan dia?
188 Bab 188 Bimbang
189 Bab 189 Malam peralihan
190 Bab 190 Menikah?
191 Bab 191 Bertukar pasangan
192 Bab 192 Aku ingin....
193 Bab 193 Jodoh yang tertukar?
194 Bab 194 Ada apa dengan Mirna?
195 Bab 195 Apa dia cemburu?
196 Bab 196 Kuda-kudaan
197 Bab 197 Bertemu mantan
198 Bab 198 Pamer kemesraan
199 Bab 199 Pembawa Bencana
200 Bab 200 Maaf
201 Bab 201 Suatu kabar
202 Bab 202 Datang dan pergi
203 Bab 203 Hidup dan Mati
204 Bab 204 Beberapa pesan dari Umi
205 Bab 205 Kesedihan yang mendalam
206 Bab 206 Kepergian Umi
207 Bab 207 Kabar yang ditunggu
208 Bab 208 Rasa kehilangan
209 Bab 209 Ketakutan Hana
210 Bab 210 Kenyataan yang kelam
211 Bab 211 Apa ini yang terbaik?
212 Bab 212 Kenyataan yang sangat rumit
213 Bab 213 Menjadi istri dan ibu yang baik
214 Bab 214 Adu mulut khas ibu-ibu
215 Bab 215 Kekesalan Mirna
216 Bab 216 Suatu keinginan
217 Bab 217 Bertemu di Pondok Pesantren
218 Bab 218 Nasib
219 Bab 219 Kehilangan
220 Bab 220 Kecantikan Yasmin
221 Bab 221 Pencarian Yasmin
222 Bab 222 Di antara dua pilihan
223 Bab 223 Nasib Yasmin
224 Bab 224 Terulang kembali
225 Bab 225 Kemalangan Zahra
226 Bab 226 Kehidupan Zahra
227 Bab 227 Kaburnya Zahra
228 Bab 228 Pertemuan Zahra
229 Bab 229 Gadis itu....
230 Bab 230 Mirip Rhea
231 Bab 231 Mencari kebenaran
232 Bab 232 Apa aku hamil?
233 Bab 233 Kesombongan Mirna
234 Bab 234 Masa lalu Zahra
235 Bab 235 Perseteruan Salsa dan Hana
236 Bab 236 Titik terang
237 Bab 237 Antara Izam, Salsa, Hana dan Yasmin
238 Bab 238 Acara tasyakuran
239 Bab 239 Blighted Ovum
240 Bab 240 Kesombongan dan kegagalan
241 Bab 241 Menyukai seorang Ustadz
242 Bab 242 Perjodohan
243 Bab 243 Kebingungan Izam
244 Bab 244 Kesedihan Salsa
245 Bab 245 Kebimbangan Izam
246 Bab 246 Kecemasan Izam
247 Bab 247 Apendisitis
248 Bab 248 Kenyataan
249 Bab 249 Mencari jawaban hati
250 Bab 250 Aku mau!
251 Bab 251 Keputusan
252 Bab 252 Lamaran model apa ini?
253 Bab 253 Penolakan Izam
254 Bab 254 Bersyarat
255 Bab 255 Kebahagiaan yang menjadi luka
256 Bab 256 Ikatan suci
257 Buku Baru She_Na
Episodes

Updated 257 Episodes

1
Bab 1 Awal pertemuan
2
Bab 2 Semakin menjauh
3
Bab 3 Kasih tak sampai
4
Bab 4 Perasaan yang begitu menyiksa
5
Bab 5 Selamat tinggal cinta
6
Bab 6 Pertemuan yang tak terduga
7
Bab 7 Makan bersama
8
Bab 8 Janda
9
Bab 9 Brownies kenangan
10
Bab 10 Bedah buku
11
Bab 11 Pelakor
12
Bab 12 Cerai
13
Bab 13 Poligami
14
Bab 14 Rencana licik
15
Bab 15 Cemburu
16
Bab 16 Sebuah Keputusan
17
Bab 17 Sebuah kejutan
18
Bab 18 Istri teladan
19
Bab 19 Penyebar fitnah vs istri salihah
20
Bab 20 Menanti kepastian
21
Bab 21 Sebuah keputusan
22
Bab 22 Penghinaan
23
Bab 23 Sah!
24
Bab 24 Tiiit... tiit... tiiit...
25
Bab 25 Kebahagiaan yang hakiki
26
Bab 26 Hamil?
27
Bab 27 Zonk!
28
Bab 28 Caper
29
Bab 29 Gagal
30
Bab 30 Takut khilaf
31
Bab 31 Anugerah apa bencana?
32
Bab 32 Gosip yang beredar
33
Bab 33 Baper gara-gara brownies
34
Bab 34 Kesedihan dalam kesendirian
35
Bab 35 Tragedi buah mangga
36
Bab 36 Kesalahpahaman
37
Bab 37 Bersyarat
38
Bab 38 Keputusan
39
Bab 39 Minggat
40
Bab 40 Mimpi yang meresahkan
41
Bab 41 Damai
42
Bab 42 Ribut
43
Bab 43 Rencana
44
Bab 44 Pendarahan
45
Bab 45 Kenyataan
46
Bab 46 Keguguran?
47
Bab 47 Gagal Paham
48
Bab 48 Talak tiga!
49
Bab 49 Menuju awal baru
50
Bab 50 Tidak terima
51
Bab 51 Perebut suami dan kebahagiaan
52
Bab 52 Kamar yang menjadi saksi
53
Bab 53 Labil
54
Bab 54 Pelakon handal
55
Bab 55 Kepoin Zahra
56
Bab 56 Konferensi Forum Pergibahan
57
Bab 57 Berita yang tersebar
58
Bab 58 Jamaah oh jamaah
59
Bab 59 Orang yang terzalimi?
60
Bab 60 Mencari titik terang
61
Bab 61 Julid
62
Bab 62 Titik terang
63
Bab 63 Pemahaman yang salah
64
Bab 64 Bersumpahlah!
65
Bab 65 Ungkapan kekecewaan Mirna
66
Bab 66 Bisakah berjauhan?
67
Bab 67 Awal dari kerinduan
68
Bab 68 Kamuflase
69
Bab 69 Usaha Mirna
70
Bab 70 Senjata makan tuan
71
Bab 71 Perjuangan Mirna
72
Bab 72 Dokter cinta
73
Bab 73 Rindu yang menyiksa
74
Bab 74 Kejutan
75
Bab 75 Good News
76
Bab 76 Surat
77
Bab 77 Kembalinya Mirna
78
Bab 78 Pendarahan?
79
Bab 79 Kejahilan Ustad Jaki
80
Bab 80 Karma?
81
Bab 81 Aku mau!
82
Bab 82 Buah dari kesabaran
83
Bab 83 Ada apa dengan Mirna?
84
Bab 84 Proses yang harus dilewati
85
Bab 85 Awal rasa cemburu
86
Bab 86 Restu
87
Bab 87 Yess!!!
88
Bab 88 Cemburu berjamaah
89
Bab 89 Dasar gak peka!
90
Bab 90 Cieee....
91
Bab 91 Sebelum janur kuning melengkung
92
Bab 92 Mencintai suami orang
93
Bab 93 Akhirnya...
94
Bab 94 Jaga diri, jaga jarak dan jaga hati
95
Bab 95 Usaha tidak akan mengkhianati hasil
96
Bab 96 Tak tahan
97
Bab 97 So sweet....
98
Bab 98 Radar wanita
99
Bab 99 kesialan atau keberuntungan?
100
Bab 100 Somplak
101
Bab 101 Perasaan bersalah
102
Bab 102 Harapan
103
Bab 103 Bocah yang bisa bikin bocah
104
Bab 104 Kalah sebelum berperang
105
Bab 105 Sinyal yang salah
106
Bab 106 Istimewa
107
Bab 107 Dejavu
108
Bab 108 Pencarian terowongan
109
Bab 109 Andai saja...
110
Bab 110 Minat poligami?
111
Bab 111 Diantara dua pilihan
112
Bab 112 Jalan tol bebas hambatan
113
Bab 113 Vitamin C
114
Bab 114 Pulang
115
Bab 115 Ketenangan sesudah dan sebelum badai
116
Bab 116 Salah paham
117
Bab 117 Kesedihan vs kekesalan
118
Bab 118 Pasang surut kecemburuan
119
Bab 119 Ucapan adalah doa
120
Bab 120 Drama keluarga
121
Bab 121 Nafas buatan
122
Bab 122 Antara ingin dan malu
123
Bab 123 Awal yang buruk
124
Bab 124 Keegoisan yang berakhir malu
125
Bab 125 Surat cinta
126
Bab 126 Laki-laki
127
Bab 127 Seandainya...
128
Bab 128 Ingatan yang hilang
129
Bab 129 Ingatan yang menyiksa
130
Bab 130 Latihan
131
Bab 131 Positif?
132
Bab 132 Pejantan tangguh yang sedang pamer
133
Bab 133 Teror cinta
134
Bab 134 Gedean mana?
135
Bab 135 Hana dan Gibran
136
Bab 136 Mencari Rheina Az Zahra
137
Bab 137 Fakta baru
138
Bab 138 ASI
139
Bab 139 Couple yang luar biasa
140
Bab 140 Ijinkan aku menikah dengannya
141
Bab 141 Sahabat yang berbagi suka dan duka
142
Bab 142 Haruskah?
143
Bab 143 Cara meluluhkan dan menyenangkan hati istri
144
Bab 144 Apa yang sebenarnya terjadi?
145
Bab 145 Indahnya cinta
146
Bab 146 Pengorbanan suami siaga
147
Bab 147 Sakit....
148
Bab 148 Cantik
149
Bab 149 Hanya waktu yang bisa menjawab
150
Bab 150 Pondok Pesantren Al-Mukmin
151
Bab 151 Kebetulan atau takdir?
152
Bab 152 Awal atau akhir?
153
Bab 153 Hana?
154
Bab 154 Tentang aku pada saat itu
155
Bab 155 Iri, marah, kesal dan sakit hati
156
Bab 156 Pembuktian pria sejati
157
Bab 157 Ingin meraih kembali
158
Bab 158 Ada apa dengan dia?
159
Bab 159 Mempertanyakan keputusan
160
Bab 160 Bisakah berdamai dengan masa lalu?
161
Bab 161 Konferensi program kesejahteraan keluarga berencana
162
Bab 162 Malaikat tak bersayap
163
Bab 163 Dilema
164
Bab 164 Takdir Allah
165
Bab 165 Bisakah bahagia?
166
Bab 166 Kebahagiaan dan kesedihan
167
Bab 167 Aku tahu rasanya
168
Bab 168 Sebuah syarat
169
Bab 169 Hak dan tidak berhak
170
Bab 170 Rezeki di kala cobaan datang
171
Bab 171 Kegembiraan vs kesedihan
172
Bab 172 Suatu Permintaan
173
Bab 173 Kehilangan
174
Bab 174 Sebuah perhatian
175
Bab 175 Sebuah pesan
176
Bab 176 Suami baru ya?
177
Bab 177 Seperti keluarga
178
Bab 178 Jangan salahkan keadaan
179
Bab 179 Kedatangan Emir
180
Bab 180 Pembawa kedamaian
181
Bab 181 Pilih yang mana?
182
Bab 182 Beristri dua?
183
Bab 183 Pacar atau suami?
184
Bab 184 Apa kamu menyetujui pernikahan ini?
185
Bab 185 Apa kamu bersedia?
186
Bab 186 Sebuah jawaban
187
Bab 187 Menikah dengan dia?
188
Bab 188 Bimbang
189
Bab 189 Malam peralihan
190
Bab 190 Menikah?
191
Bab 191 Bertukar pasangan
192
Bab 192 Aku ingin....
193
Bab 193 Jodoh yang tertukar?
194
Bab 194 Ada apa dengan Mirna?
195
Bab 195 Apa dia cemburu?
196
Bab 196 Kuda-kudaan
197
Bab 197 Bertemu mantan
198
Bab 198 Pamer kemesraan
199
Bab 199 Pembawa Bencana
200
Bab 200 Maaf
201
Bab 201 Suatu kabar
202
Bab 202 Datang dan pergi
203
Bab 203 Hidup dan Mati
204
Bab 204 Beberapa pesan dari Umi
205
Bab 205 Kesedihan yang mendalam
206
Bab 206 Kepergian Umi
207
Bab 207 Kabar yang ditunggu
208
Bab 208 Rasa kehilangan
209
Bab 209 Ketakutan Hana
210
Bab 210 Kenyataan yang kelam
211
Bab 211 Apa ini yang terbaik?
212
Bab 212 Kenyataan yang sangat rumit
213
Bab 213 Menjadi istri dan ibu yang baik
214
Bab 214 Adu mulut khas ibu-ibu
215
Bab 215 Kekesalan Mirna
216
Bab 216 Suatu keinginan
217
Bab 217 Bertemu di Pondok Pesantren
218
Bab 218 Nasib
219
Bab 219 Kehilangan
220
Bab 220 Kecantikan Yasmin
221
Bab 221 Pencarian Yasmin
222
Bab 222 Di antara dua pilihan
223
Bab 223 Nasib Yasmin
224
Bab 224 Terulang kembali
225
Bab 225 Kemalangan Zahra
226
Bab 226 Kehidupan Zahra
227
Bab 227 Kaburnya Zahra
228
Bab 228 Pertemuan Zahra
229
Bab 229 Gadis itu....
230
Bab 230 Mirip Rhea
231
Bab 231 Mencari kebenaran
232
Bab 232 Apa aku hamil?
233
Bab 233 Kesombongan Mirna
234
Bab 234 Masa lalu Zahra
235
Bab 235 Perseteruan Salsa dan Hana
236
Bab 236 Titik terang
237
Bab 237 Antara Izam, Salsa, Hana dan Yasmin
238
Bab 238 Acara tasyakuran
239
Bab 239 Blighted Ovum
240
Bab 240 Kesombongan dan kegagalan
241
Bab 241 Menyukai seorang Ustadz
242
Bab 242 Perjodohan
243
Bab 243 Kebingungan Izam
244
Bab 244 Kesedihan Salsa
245
Bab 245 Kebimbangan Izam
246
Bab 246 Kecemasan Izam
247
Bab 247 Apendisitis
248
Bab 248 Kenyataan
249
Bab 249 Mencari jawaban hati
250
Bab 250 Aku mau!
251
Bab 251 Keputusan
252
Bab 252 Lamaran model apa ini?
253
Bab 253 Penolakan Izam
254
Bab 254 Bersyarat
255
Bab 255 Kebahagiaan yang menjadi luka
256
Bab 256 Ikatan suci
257
Buku Baru She_Na

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!