Bagian 3 • Bertemu Kembali
berdiri, dan hadapi masalahmu dengan gagah berani!
***
Hingga malam menjelang Theo tidak juga pulang ke rumah, yang Haura inginkan saat ini adalah sebuah penjelasan perihal hubungan mereka, dan apa benar wanita itu telah menggantikan tahta Haura di hati Theo.
Wanita itu juga sudah menyiapkan makan malam romantis untuk suaminya, tapi hingga tengah malam, Theo tidak menampakkan batang hidungnya. Perih dan sakit ia rasakan, hingga air matanya pun telah habis seolah sudah terkuras, hal itu jugalah yang membuat wanita itu tertidur pulas di sofa ruang tamu rumahnya.
Hingga pagi menjelang, Theo tak juga kembali, hal itu benar-benar membuat Haura benar-benar sangat frustasi.
Suara gedoran pintu dengan kasar, diikuti suara teriakan wanita paruh baya yang tidak asing baginya, membuat Haura terjingkat kaget.
"Haura... wanita mandul! Keluar kau!"
Haura langsung berlari ke arah pintu, dan membukanya, wajahnya yang sembab karena menangis semalaman membuat si tamu mencibir. Dia adalah Delarosa ibu mertuanya yang memang sejak awal berpura-pura merestui pernikahan anaknya dan Haura, karena tiga tahun lalu ketika Theo memutuskan melamar Haura, jika Delarosa tidak merestuinya. Theo akan bunuh diri, hal itulah yang membuatnya mau tidak mau mengiyakan pernikahan bodoh itu.
"Lihatlah wajahmu! Kumal, jelek, dan sangat menyedihkan! Aku bersyukur Theo mau lepas dari dirimu!" ledek Delarosa kepada sang menantu. Kemudian ia menyodorkan secarik kertas kepada Haura. "Ini surat perceraian kalian berdua, aku harap kau segera menandatanganinya, agar anakku bisa terlepas dari perempuan sial seperti dirimu!" umpatnya lagi.
Lagi-lagi Haura harus dipaksa menerima keadaan, diceraikan dengan cara seperti ini, dan begitu menyakitkan. Lidah Haura kelu, bahkan tidak bisa menjawab ucapan mertuanya itu.
"Ini! Kau bisa lihat, kan?! Cepat tandatangani!"
Delarosa kembali memakai kacamata hitamnya, lalu pergi dari kediaman Haura dan Theo, meninggalkan menantu yang hatinya tengah remuk redam.
Haura terduduk di lantai, saat membaca surat cerai itu, ia hanya bisa terdiam dan menangis sejadi-jadinya. Kisahnya dengan Theo benar-benar telah usai, lelaki yang dulu mencintainya kini benar-benar pergi meninggalkan dirinya tanpa uang tunjangan apa pun.
**
Tiga bulan berlalu setelah perceraiannya dengan Theo, membuat Haura tidak tahu lagi harus berbuat apa. Dirinya juga sudah mendapat kabar—sang mantan suami sudah mengakhiri masa dudanya dan menikah dengan Alila wanita yang pernah dia lihat bersama Theo di restoran kala itu.
Haura mengambil pisau lipat di nakas tempat tidurnya, hendak menyayat urat nadinya sendiri—tapi sekelebat suara muncul di ingatannya—suara pria asing yang pernah menyelamatkannya berkata.
Jika kau punya masalah, kau harus menyelesaikannya, bukan malah ingin mengakhiri dengan cara instan! Hidup ini terlalu indah jika kau bunuh diri hanya karena sebuah masalah!
Haura tersentak, dan seperti mendapat pecutan energi semangat, hidup harus tetap berjalan, walau dunia Haura tidak sedang baik-baik saja. Jika dia terpuruk, maka Theo dan istri barunya akan bertepuk tangan, Haura harus mengubah takdirnya, dan menuntut balas pada Theo, lelaki durjana yang telah meninggalkan dirinya begitu saja.
Haura berpikir dia harus bangkit dan mencari pekerjaan untuk menghidupi dirinya sendiri. Wanita itu memutuskan mencari pekerjaan di internet, berbekal ijazah strata satu yang ia miliki.
Butuh waktu tiga hari hingga akhirnya secara ajaib dan tidak diduga-duga Haura mendapat E-mail panggilan kerja. Ia benar-benar tidak menyangka jika dirinya akan mendapat sebuah pekerjaan di salah satu perusahaan kosmetik nomor satu di negara ini. Membayangkannya saja itu tidak mungkin, tapi kenyataannya mungkin dari riburan calon pekerja, dia salah satu orang yang akan beruntung.
**
Keesokan paginya Haura pergi ke perusahaan itu dengan mobil yang ia punya, kendaraan yang terbilang keluaran lawas itu—tidak jarang mogok tanpa aba-aba. Tapi cuma ini yang dia punya, bahkan uang warisan dari penjualan rumah ibunya sudah dibelikan mobil sport mewah atas nama Theo, itulah salah satu kebodohan Haura.
Wanita yang sudah menjanda itu, masuk ke basemen untuk memarkirkan mobilnya. Sejenak ia terdiam di dalam mobil, napasnya naik turun tak karuan, jantungnya benar-benar berdebar, dan tidak bisa ia kendalikan.
Ada apa ini?
Batin Haura berkecamuk, seolah akan ada kejadian besar yang akan dia hadapi hari ini.
Tidak lama ia keluar dari mobil, dan berjalan masuk menuju lift untuk naik ke lobby kantor tersebut.
Setelah mendapat informasi dari resepsionis, jika Haura telah ditunggu oleh CEO membuat jantung Haura hendak melompat karena saking terkejut. Sejak kapan wawancara seorang Marketing dilakukan oleh CEO dari perusahaan itu sendiri. Hal itu baru Haura temui hanya di perusahaan ini.
Haura di arahkan menuju ke lantai paling atas di mana kantor CEO itu berada, dengan perasaan tidak karuan, Haura menatap bayang dirinya di kaca lift yang sedang membawa dirinya menuju ke ruangan CEO itu. Hari ini karena tidak memiliki baju formal, Haura hanya memakai celana jeans hitam dipadu dengan blezer senada dan sepatu dengan tinggi tiga centimeter dengan warna hitam juga. Haura benar-benar mengutuk dirinya sendiri, jika ia tahu bahwa yang akan mewawancarainya adalah seorang CEO pastilah dia akan berdandan rapi dan membeli baju terlebih dahulu. Tapi lihatlah dirinya sekarang. Jerawat memenuhi mukanya karena mungkin akhir-akhir ini dia begitu banyak pikiran.
"Haura... kau memang benar-benar wanita bodoh!" umpat Haura pada dirinya sendiri, suara Haura membuat seorang security yang menjaga lift memperhatikan tingkah konyol Haura, dan menahan tawa.
Lift berhenti, dan pintunya terbuka. Si security tadi mempersilakan Haura keluar, dengan langkah ragu Haura berjalan, menengok ke kanan dan ke kiri. Tiba-tiba dia dikejutkan oleh seorang wanita cantik yang menyapa dirinya.
"Nona Haura Oxley?" tanya wanita itu sangat ramah.
"Ya," jawab Haura spontan menengok ke arah sumber suara.
"Silakan Nona, Tuan Alden Walsh telah menunggu Anda di ruangannya." Wanita itu mempersilakan Haura masuk ke sebuah ruangan dengan pintu luar biasa besar dan megah.
Haura seperti berpikir dua kali, Alden Walsh nama yang begitu tidak asing untuk dirinya, tapi entah dia pernah mendengar nama itu di mana.
Haura masuk ke dalam ruangan dengan nuansa industrial yang tidak menggambarkan kantor Bos kosmetik yang di dalam benak Haura memiliki interior shabby chic, dan di dalam otak Haura juga—seharusnya CEO perusahaan ini adalah seorang wanita cantik bak aktris dalam drama televisi, tapi pada kenyataannya, di depan mata Haura berdiri seorang pria tinggi dan tampan yang nampak tidak asing untuk dirinya.
"Apakah kau lupa, siapa aku?" tanya pria itu dengan ekspresi dingin.
Theo Fernands
Untuk Visual lainnya, di bab selanjutnya, ya.
To be continue~
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
Mari Anah
lanjut thor
2023-01-19
1
Roro Ireng Rahayu
good job haura ......semangat ya .....hee
2022-11-03
0
Ida Lailamajenun
cwok yg nolong Haura wkt mau bunuh diri dijembatan nih CEO nya.lepas dari Theo dapet CEO 😍😍
2022-10-11
0