Sore hari menjelang dan 1 jam lagi keluarga Maranta akan datang untuk melamar Karamoy.
Semuel yang sedari tadi fokus bekerja akhirnya melihat jam tangannya lalu pria itu segera pergi ke kamar Karamoy.
"Karamoy? Ini Paman." Katan Semuel mengetuk pintu kamar Karamoy.
Tidak ada jawaban, Semuel pun berkata "Paman akan masuk."
Tidak ada jawaban lagi, Semuel akhirnya memutar kenop pintu dan membuka pintu kamar itu, ia melihat seorang perempuan sedang tidur sembari memegang buku.
'Dia tidak bersiap-siap?' Diam-diam dalam hatinya Semuel merasakan kehangatan yang mulai menyebar.
Semuel berjalan mendekati Karamoy dan mengambil buku yang masih terbuka di kedua tangan Karamoy.
The intelligent Investor
Buku berbahasa Inggris itu membuat Semuel tersenyum lalu menutup bukunya dan meletakkannya di meja sebelum menepuk bahu Karamoy.
"Karamoy bagun,," katanya mengguncang-guncang tubuh Karamoy.
"Mmhhh,,," Karamoy membuka matanya dan melihat pamannya sedang menatapnya dengan senyum.
"Keluarga Maranta akan datang dalam 1 jam lagi, mengapa kamu masih bermalas-malasan?!" Semuel bertanya seolah-olah nada suaranya memperingatkan Karamoy supaya cepat bangun dan bersiap.
Namun, sebenarnya di dalam hatinya, dia berharap Karamoy akan kembali tidur dan tidak memperdulikan acara lamaran itu.
Sayangnya, setelah dia berbicara Karamoy langsung terbangun dan dengan cepat berlari ke kamar mandi.
"Paman bersiap jugalah aku harus bersiap sekarang." Teriak Karamoy setelah perempuan itu menutup pintu kamar mandi.
Dengan kesedihan di matanya, Semuel memandangi pintu kamar mandi yang tertutup.
'Entah berapa hari lagi aku bisa bersama-sama dengan mu.' batin Semuel merasa kehilangan sebelum meninggalkan kamar Karamoy.
Satu jam akhirnya berlalu, Karamoy sudah siap untuk turun ke lantai 1 menyambut keluarga Maranta yang akan datang dalam beberapa menit lagi.
Baru saja dia membuka pintu kamarnya ketika sahabatnya sudah muncul dari tangga dan menyambutnya dengan sekotak hadiah.
"Selamat...!" Merisa berjalan untuk memeluk Karamoy, tapi dia terkejut saat melihat Karamoy malah mundur beberapa langkah untuk menjauhinya.
'Perempuan sialan ini..!' Karamoy dipenuhi dengan amarah, bayang-bayang akan penindasan yang dilakukan Merisa padanya di 5 tahun kehidupannya yang lalu membuatnya merasa trauma untuk berdekatan dengan Merisa.
"Karamoy?" Merisa terlihat sedih dan canggung dengan tingkah Karamoy barusan.
Apalagi ketika dia melihat mata Karamoy yang terlihat aneh seperti orang yang baru saja melihat musuh yang paling dibenci.
"Apa kau sakit? Aku datang untuk menemanimu menyambut keluarga Maranta, aku juga membawa hadiah ini untukmu." Merisa mengeluarkan hadiah di tangannya dan dengan canggung hadiah itu menggantung di udara.
Karamoy memejamkan matanya 'Tidak, aku tidak boleh bertindak gegabah. Kalau Merisa saja aku sudah tidak mampu menghadapinya, bagaimana dengan Avandra?!' Karamoy berusaha menekan dendam dan emosinya lalu membuka matanya dan mengambil bingkisan yang diberikan oleh Merisa.
"Maaf, tadi aku sangat terkejut kalau kau sampai datang membawa hadiah, jadi,,"
"Aku tahu," Merisa langsung memeluk Karamoy lalu menarik perempuan itu menuruni tangga.
"Ini adalah hari bahagiamu, jadi aku tahu kalau emosimu sedang tidak stabil. Kau pasti gugup karena sebentar lagi akan dilamar oleh pria yang kau cintai." Mereka berbicara penuh semangat sembari melangkahkan kakinya menuruni satu persatu anak tangga.
Dari sisi yang lain, Semuel memperhatikan kedua perempuan itu, kegelapan dan kesedihan semakin menyelimutinya dan terpancar langsung dari matanya.
"Oya, aku baru saja mendengar informasi baru dari tanteku, dia bilang Avandra sangat menyukai gadis dengan lipstik berwana merah terang. Bagaimana kalau aku membantumu memakainya?" Merisa mengeluarkan sebatang lipstik dari tasnya.
Ia hendak memoleskan lipstik itu di bibir Karamoy ketika Karamoy menolaknya.
"Aku sudah menggunakan lipstik." Jawab Karamoy menghindari lipstik yang hendak dioleskan ke bibirnya.
Di kehidupannya yang sebelumnya dia menerima saran Merisa menggunakan lipstik itu dan Avandra malah menghinanya, mengatainya sebagai perempuan penggoda yang banyak menjual diri di pinggir jalan.
"Tidak masalah, kita bisa menutupinya lagi 'kan! Hari ini adalah hari pertunanganmu, maka harus tampil sempurna di depan Avandra." Kata Merisa kembali mengulurkan tangannya untuk memoleskan lipstiknya di bibir Karamoy.
"Bukankah dia sudah bilang tidak mau? Jangan memaksanya." Sebuah suara dari belakang Merisa mengejutkan gadis itu lalu berbalik melihat Semuel berjalan ke arah mereka.
"Paman," Karamoy tersenyum.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
fifid dwi ariani
trus berkarya
2022-10-08
0
sandi
seru ini😘😘😘😘
2022-05-29
0
Bunga
nyimak
2022-04-10
0