"Bagaimana kalau kita bermain ini?"
Jaka ternganga sedangkan janda itu tersenyum. Entah apa arti senyumannya. Cuma bohongan atau serius. Yang pasti namanya lelaki kalau dikasih candaan seperti itu, pikirannya langsung ke hal hal yang membuat menegang. Meskipun begitu Jaka berusaha tak menganggap itu hal serius. Dia menepis pikiran kotornya walaupun keadaan dan cuasa sangat mendukung ditambah lagi perempuan itu juga sepertinya memberi kode.
"Hem, paling cuma prank. Udah biasa mba dapat prank kaya gituan." Ucap Jaka mencoba bersikap biasa saja walau hati kecilnya ada setan yang sedang berbisik kepadanya.
"Hahha, bisa aja kamu." Ucap perempuan itu langsung menaruh kembali benda itu ke dalam kotak.
"Cari laki laki ya mba? Jadi nggak main sama itu." saran Jaka meluncur begitu saja. Padahal tak ada niat apa apa, namun bagi perempuan di depannya itu seperti memberi sebuah kode.
"Laki lakinya aja barusan nolak, ya sudah." ucap perempuan itu pasrah. Jaka sedikit terkejut mendengar ucapan Janda itu.
Sedangkan hujan benar benar tak ada tanda tanda mau surut dan listrik juga masih padam. Belum lagi suara petir yang bersahutan.
Terperangkap dengan janda dalam keadaan dingin sepi dan agak gelap, tak pernah terbayangkan pada diri Jaka. apalagi obrolan obrolan yang terjadi dan penemuan barang tak terduga seakan mendukung pikiran pikiran kotor yang sedang dipengaruhi bisikan bisikan gaib.
Jaka melirik jam yan melingkar di tangan. disana menunjukan jam tiga kurang lima belas. Wajahnya sedikit gelisah. Entah gelisah karena ingin pulang atau gelisah karena pikiran nakal. Hanya Jaka yang tahu.
Sayangnya kegelisahan Jaka dirasakan juga oleh mata perempuan yang dari tadi terus menatapnya.
Jaka memang tampan. tubuh tegap tinggi sekitar 185cm membuat dirinya menjadi sosok idola bagi kaum hawa. Apalagi jika Jaka bertelanjang dada. Perpaduan dada yang bidang dengan perut berisi roti sobek serta tato yang memenuhi dada kiri dan bahunya menambah pesona pria itu menggoda setiap mata yang melihatnya. Rahangnya tegas, hidungnya mancung, bibirnya agak hitam, mungkin efek rokok. Namun warna hitam itu tak menghilangkan kemanisannya saat dia sedang tersenyum. Justru warna hitam itu seperti punya daya tarik tersendiri bagi mata para wanita.
"Emang mba terakhir sama laki laki kapan mba?"
Sang perempuan tak langsung jawab tapi malah dia kembali memungut benda itu. Bahkan kini dia mengusapnya membuat pikiran Jaka tak menentu.
"Sejak bercerai. Bahkan enam bulan sebelum cerai. Berarti dua tahun lebih" Jawab perempuan itu dengan mata yang terus menatap benda yang ada ditangannya.
"Wah, kuat ya mba," Ucap Jaka tergelak.
"Kalau kuat aku nggak beli kaya ginian mas." Jaka seketika manggut manggut. ucapan janda itu ada benarnya juga.
"Tapi aku juga nggak yakin, kalau kamu belum pernah mas?" sambung perempuan itu dan Jaka tentu saja terperangarah.
Tentu saja sebagai laki laki, Jaka pernah melakukan dosa terindah meski jumlahnya tidak sampai lima jari tangannya. Jaka bukan pria alim namun dia juga bukan pria brengsek. Namanya anak muda terpengaruh godaan pasti Wajar. Meski banyak sekali wanita yang bersedia, tapi pria itu kalau tidak berselera mana mau.
"Hahah, sok tahu kamu mba, aku masih polos mba." Ucap Jaka bohong.
"Jiahh, polos apaan. Kalau polos mana mungkin deket sama janda? dua lagi" terka perempuan itu dan Jaka hanya tersenyum tanpa dosa.
"Udah sih mba, jangan bahas kaya gitu. ntar lama alam Khilaf loh." Saran Jaka sok suci. padahal di hatinya berteriak "khilaf yuk.!"
"Emang kenapa kalau khilaf? kamu takut?" Pertanyaan perempuan itu seakan akan memberikan tantangan Jaka untuk mengambil sikap.
"Tau ah mba. lama lama aku jadi takut. Aku pulang aja yah?"
"Hahha, ya silahkan kalau mau pulang. eh kamu ada korek nggak, boleh pinjam buat nyalain lilin?" tanya perempuan itu akhirnya mengalihkan topik yang menjurus keadegan dewasa.
"Engga mba. Ini aja aku rokok habis. Mana tadi lupa beli lagi di warung."
"Huu ya udah aku mau cari korek dulu. sepertinya di kamar ada." Jaka hanya mengangguk dan perempuan itu bergegas menuju kamar dengan cahaya ponsel sebagai penerangnya. Jaka sesekali memperhatikannya.
Di luar hujan juga masih begitu deras dengan suara petir yang bergemuruh. Jaka sedikit menyesal karena dia tak membawa jas hujan. Saat Jaka sedang asyik menatap keadaan luar tiba tiba
"Mas, boleh minta minta tolong nggak? koreknya diatas lemari itu, aku nggak bisa ambil."
"Iya." Jawab Jaka. dia beranjak menuju kamar dimana perempuan itu berada. Perempuan itu berdiri diatas ranjang berukuran sedang dan sepertinya hanya untuk satu orang saja.
Awalnya Jaka ragu masuk kekamar iitu, namun karena tidak enak dengan pemilik rumah yang sudah memberikan tumpangan Ya terpaksa dia beranikan diri.
"Sebelah mana mba?" tanya Jaka yang kini sudah menghadap lemari dan berjinjit meraba bagian atas lemari itu mencari korek.
"Itu mas, agak menjorok ke kanan." Tunjuk perempuan itu.
Jaka pun terus meraba mencari keberadaan koreknya. tapi tak kunjung dapat.
"Yah kok malah kedorong makin dalam sih mas. bakalan sulit di ambil tuh." Tunjuk perempuan itu.
"Masa sih?" Tanya Jaka sembari membalikkan badan.
"Sini deh lihat.."
Dan Jaka pun menurut saja. Dia berdiri ditepi ranjang sebelah janda itu. dan saat cahaya ponsel mengarah ke atas lemari benar saja ada korek gas disana. Lemari yang lumayan tinggi membuat Jaka kesulitan meraihnya.
"Ntar mas, aku ambil kursi plastik dulu." perempuan itu turun dan keluar kamar entah kemana dan tak lama kemudian dia datang dengan kursi plastik yang biasa ada di penjual makanan pinggir jalan.
"Aku dulu yang coba deh ntar kalo aku nggak bisa, mas yang naik yah?" Dan jaka hanya mengangguk. dia memilih duduk di tepi ranjang sementara sang janda naik kursi tanpa senderan itu.
"Kok susah ya?" keluh perempuan itu sepertinya menyerah. dan keluhan itu membuyarkan lamunan jaka.
"Ya sudah sini aku aja mba?" usul Jaka dan sepertinya perempuan itu setuju. Dia memutar badan hendak turun namun tiba tiba kakinya tergelincir.
"Akhhh..."
Grap..
Dengan sigap Jaka menangkap tubuh perempuan itu. Namun posisinya saat ini Jaka berada di bawah dan perempuan itu di atasnya. Mereka saling tatap karena jarak wajah mereka begitu dekat. Dada mereka berdegup kencang. Jaka masih memeluk tubuh perempuan itu. Bahkan dada bidangnya juga merasakan tekanan dari dua benda sang janda meski terhalang jaket.
"Kamu tampan banget mas." Ucap perempuan itu dengan nafas yang memburu.
"Kamu juga cantik mba."
Entah dapat keberanian dari mana Jaka mengecup bibir janda di hadapannya. Janda itu tak menolak. Awalnya niat mengecup, namun menyadari hasratnya sudah tinggi, Jaka kembali mengecup bahkan kini lebih lama bibir mereka bersatu. Dan permainan pun di mulai.
@@@@
Bonus nih bonus. Berhubung lagi baik, hari ini aku double up tuh. Tapi besok besok kagak ya hihii. Ingat tiga hari dimulai hari esok, episode hareudang semua. Pasangan jangan disuruh pergi. Biar nggak lapar. semoga kalian bahagia dengan ceritaku. Jangan lupa like nya pliss, aku cuma minta tombol like deh, nggak berat kan..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments
Retno Anggiri Milagros Excellent
akhirnya... dari jatuh.. jadi Beneran.. 🤭😂😍
2023-12-12
2
HNF G
akhirnya.... terjadi juga yg iya iya🤭🤭🤭🤭
2023-09-30
2
HNF G
haaiissshh.... bisa liat apem nih😄😄😄😄
2023-09-30
0