Raja ampat part dua

Setelah sekian lama akhirnya Vera selesai di dandani didalam kamarnya, sekarang dia melihat dirinya di depan kaca. Merasa aneh sendiri dengan wajah dan penampilannya.

Apa ini benar-benar aku, kenapa aku jadi aneh begini. Rasanya semua orang sedang menertawakan ku. Mbak perias tadi saja cuma diam melihatku. Lebih baik aku membujuk Kakak supaya aku mengganti gaun ini dengan bajuku yang biasa saja.

Vera bangkit dari kursi, melangkahkan kakinya setengah berlari menuju kamar Arian yang berhadapan dengan kamarnya.

Brukkk. Suara pintu kamar yang di buka dengan tidak sabaran, Vera terbelalak melihat Arian dan handuk yang melilit di pinggangnya. Di lihat dari butiran air yang berjatuhan dari rambut membasahi pipinya. Laki-laki itu sepertinya baru selesai mandi.

"Maaf Kak, karena aku masuk ke kamarnya tanpa izin." Langsung membuang muka malu

Bagaimana tidak malu. ini baru pertama kalinya Vera melihat tubuh Arian yang tanpa busana. Tubuhnya putih bersih dan mulus, otot di sekitar perut dadanya terlihat jelas nan kekar. Baru kali ini Vera merasa bahwa Kakaknya begitu tampan dan seksy.

"Kakak bagaimana penampilanku, apa aku pantas dengan gaun ini? Tapi aku rasa ini gak cocok deh sepertinya?"

Tidak ada reaksi apapun dari Arian, bahkan mendengarkan Vera bicara saja tidak. Dia hanya diam melihat gadis itu dari ujung kepala sampai ujung kaki tanpa berkedip. Terkagum melihat pesonanya.

Cantik sekali, membuatku tidak sabar ingin segera memiliki dia seutuhnya. Andainya saja Mama izinkan aku menikahi dia di usianya yang masih dibilang kecil ini. Aku pasti menikahinya saat ini juga.

Arian tidak peduli kalau Vera sekarang menatapnya dengan bingung. Dia melangkahkan kakinya, mendekatkan diri dan berhenti didepan Arian.

"Apa Kakak dengar apa yang aku omongin? Kenapa Kakak cuma diam? Itu tandanya aku sama sekali gak cocok kan! Lebih baik sekarang, aku ganti gaunnya dengan baju ku yang ini saja bagaimana? Boleh gak?"

"Kakak suka melihat kamu memakainya" Akhirnya Arian buka suara. Ada gelora asmara yang tersirat di matanya. "Kamu cantik sekali Ve"

Sial kenapa Kakak melihat wajah ku tajam begitu sih. Vera salah tingkah

"Stop! Kakak jangan melihat aku dengan tatapan yang begitu terus dong. Aku malu..." Vera menutup muka dengan baju yang di bawanya. Kemudian Arian tersenyum melihat gadis itu mengintip di balik bajunya

"Lain kali, kalau mau masuk kamar Kakak, kamu harus ketuk pintu dulu ngerti?" Di akhir kalimat Arian menuding kening Vera dengan telunjuknya.

"Oke boss," Vera menurunkan bajunya "Kalau begitu aku keluar dulu yah sekarang, lebih baik, aku menunggu Kakak di bawah saja" Setelah tersenyum Vera berjalan meninggalkan Arian

Manisnya melihat dia tersenyum, membuatku tidak sabar ingin mencium bibirnya yang tipis.

 ***

Mobil sport mewah berwarna biru tampak melaju dengan kecepatan sedang. Entahlah Arian mau membawa Vera kemana.

Kakak tampan banget pakai kemeja itu. Aku suka melihatnya.

Saat itu Arian memakai kemeja abu tua dengan lengan panjang yang di gulung sampai batas siku dan jam tangan hitam mewah yang melingkari tangannya membuat Arian terlihat menjadi lebih tampan berkelas.

"Kak! Memangnya kita mau kemana sih, kenapa aku harus memakai gaun yang bahunya terbuka begini?" Vera bicara, sebenarnya dia risih, apalagi dengan gaun yang modelnya begitu.

Arian mengusap kepala Vera dengan lembut.

"Vera sayang kamu tenang saja, nanti juga kamu tahu sendiri, sudahlah jangan gelisah, Kakak yakin deh.. kamu pasti senang."

"lya"

****

Sebuah rumah mewah berkelas tengah mengadakan pesta, yaitu pesta ulang tahun Dery sahabat Arian dan Arya. Mereka tumbuh bersama saat masih kecil. Mungkin itu sebabnya Aliya memaksa Vera menghadiri undangannya bersama Arian.

Kali ini Arian dan Vera melangkahkan kakinya melalui pintu masuk utama. Mata Arian berkeliling seolah mencari orang lain. Dan tanpa mereka sadari, semua mata tertuju padanya. Apalagi pada gadis yang berjalan bersamanya. Gadis yang membuat semua tamu yang hadir disana berbisik satu sama lain karena terpesona melihat kecantikannya.

"Kak aku malu, kenapa gak bilang, kalau Kakak datang ke acara pesta ulang tahun yang rasanya formal begini? Pantas saja Kakak memaksaku pakai gaun ini tadi." Vera berbisik

"Sudahlah jangan banyak omong. Lebih baik kita masuk saja kedalam dan nikmati pestanya." Arian menawarkan lengannya sebelum Vera melingkarkan tangannya di sana, lalu berjalan sambil bergandengan lagi.

Di tengah perjalan, akhirnya orang di cari Arian terlihat di depannya. Laki-laki itu tersenyum saat melihatnya datang.

Ehh itu Arian kan, terus siapa gadis di sebelahnya? Dia sangat cantik. Dery bergumam dalam hati

"Dery hahaaha" Arian menyapa sambil memeluk tubuhnya sebentar

"Bagaimana kabar mu selama ini? Sudah lama kita tidak bertemu ya, kau masih tetap saja begini dan tidak ada yang berubah." Dery bicara

"Kabar ku baik sekali, maaf Der, aku sibuk akhir-akhir ini. Kau pasti paham kan maksud ku?"

Tentu Dery memahami apa yang di ucapakan Arian. Akhir-akhir ini Arian sibuk bekerja dengan extra, memperjuangkan perusaan mendiang Ayahnya dengan seorang diri, sampai pada akhirnya perusahaannya paling terkenal dan no satu di kota xxxx

"Dery kenalkan ini Adik ku namanya Vera Nindya" Arian melingkarkan tangannya di bahu Vera menepuknya pelan, seolah sengaja memperlihatkan kepemilikan yang sangat berharga di sampingnya.

"Jadi ini gadis yang namanya Vera'' Dery tersenyum "Aku sudah lama ingin melihat wajah mu."

Wajar jika dia bilang begitu, karena Arian memang selalu membicarakan tentang Vera padanya. Gadis imut yang katanya selalu membuat Arian tidak mau mempunyai kekasih manapun. Gilanya, Dery selalu mengenalkan wanita padanya, dengan tujuan agar di jadikan teman pendampingnya tapi tetap gagal. Arian selalu menolak setiap wanita yang di kenalkan Dery padanya. Dengan alasan karena tidak cocok dengan seleranya.

Dan sekarang Vera mematung sesaat karena kebingungan.

Kenapa dia mau melihat wajahku. Apa itu artinya Kakak selalu bercerita tentang ku. Aku baru tahu kalau Kakak itu suka bergosip.

"Eh iya, aku Vera Nindya senang rasanya berkenalan dengan Kakak." Vera menjawab sambil bersalaman dengan Dery sebentar sesudahnya dia langsung menyenggol pinggang Arian penasaran

"Ada apa?" Arian bertanya

"Kakak suka bercerita tentang aku yah?" Arian hanya nyengir

"Iya sih tapi sedikit kok."

"Ceritakan yang bagusnya apa yang jeleknya?"

"Dua-duanya hehe." Arian nyengir lagi

"Iish dasar tukang gosip!" Vera mencubit lengan Arian, sementara Dery hanya terkekeh melihat kelakuan mereka berdua yang tidak saling mau mengalah

"Vera apa aku boleh pinjam Kakak mu? Ada yang mau aku bicarakan dengannya berdua sebentar." Dery bicara

"Oh, tentu saja silahkaaan, bawa saja dia. Aku gak keberatan kok. Dan menjauhlah kalian sekarang juga. Dasar tukang gosip!"

"Tapi sayang kan!" Arian menimpali, wajah Vera langsung memanas "Haha.. Adik Kakak yang satu ini kalau lagi marah memang imut deh" Lanjutnya sambil mencubit pipi Vera "Ya sudah Kakak tinggal dulu ya sayang, awas kamu jangan nakal." Ancamnya sambil menunjuk

"Hahaa. Memangnya Kakak kira aku ini bocah apa? Ya sudah sana, hush! pergi yang jauh." Vera mengusir sambil mendorong maju punggung Arian agar meninggalkannya dengan cepat. "Iya iya" Arian menjawab, lalu berjalan bersebelahan dengan Dery menuju ruangan lain.

Tinggallah Vera sendirian di tempatnya

Di pesta ulang tahun yang berkelas itu, ada banyak sekali tamu undangan yang datang. Dan sepertinya mereka bukan sembarang orang. Karena di setiap sudut ruangan ada pengawal yang sedang berjaga dengan ketat dan tanpa undangan mereka tidak di perbolehkan masuk.

Vera mengedarkan pandangan ke seluruh tamu yang berada di ruangan itu. Mencari wanita siapa saja yang mau di ajak bicara. Memang banyak tamu wanita yang hadir disana. Namun sayang semua berpasangan. Membuat Vera menjadi enggan melakukannya.

Vera lebih memilih berjalan mendekati hidangan makanan yang tersedia di meja. Baru saja dia mau mengambil makanan dan minuman, tiba-tiba brukkk, badannya terpental karena di tabrak seorang laki-laki barusan. Segelas minuman yang baru di bawanya tumpah. Membanjiri bagian depan tubuhnya. Dalam sekejap gaun biru yang indah itu berubah waran menjadi basah dan kotor sekarang.

"Ah! Maaf kak maaf, aku gak sengaja," Ucapnya tanpa melihat laki-laki yang menabraknya karena sibuk menyeka air yang menempel di gaunnya dengan mengibaskan tangannya.

"Maaf maaf! kalau berjalan, mata mu lihat ke depan dong!" Ucapnya lantang. "Apa kau buta? Lihat kemeja ku jadi basah begini dan kotor gara-gara kamu." Lanjutnya sambil melihat Vera dengan penuh kebencian

JGERRR Vera langsung mendongak

Terlihatlah sosok laki-laki yang tak kalah tampannya dengan Arian. Mata dan aura wajahnya hampir mirip dengan Arian. Tapi bedanya dia lebih dewasa. Penampilannya juga gentle dan berkelas. Suaranya yang sangat khas membuat laki-laki itu menjadi semakin tampan dan sexy.

Sialan! Dia pikir dia siapa? Kenal juga enggak, beraninya memaki ku.

"Gila! Kaulah yang buta, kau yang menabrak ku duluan tadi. Apa kau tidak melihatnya? Gaun ku juga basah dan kotor gara-gara kamu." Vera tidak mau di salahkan.

Hemh, sudah lama aku menantimu kucing liar. Rasanya aku mau memainkan mu.

Entah kenapa sekujur tubuh Vera mulai gemetar melihat laki-laki itu melangkah maju mendekatkan dirinya.

"Apa yang mau kau lakukan padaku?" Vera memang ketakutan tapi demi harga diri, dia tidak mau berpindah dari tempatnya berdiri. Vera tersentak, laki-laki itu meraih dagunya secepat kilat, mencengkeramnya kuat.

"Kurang ajar! Lepaskan tangan mu!"

Vera yang tidak sanggup menghadapinya, mencoba menoleh. Namun, laki-laki itu dengan keras kepala menahan dagunya, mencegahnya bergerak.

Mata mereka saling bertautan pada jarak yang begitu dekat, hingga ujung hidung mereka nyaris bersentuhan.

"Jaga omongan mu, beraninya kau memaki ku" Ujarnya dingin, belum melepaskan tangannya, seringai dingin mematikan muncul di sudut bibirnya.

Apa? Ya Tuhan, aku tidak mau percaya kalau sebenarnya dia benar-benar Gila.

"DENGAR, kau yang seharusnya menjaga sikapmu, tadi kau sendiri yang menabrak ku, kenapa kau yang jadi menyalahkan ku? Menurutmu apa bedanya itu dengan orang GILA dan kaulah yang seharusnya minta maaf." Vera tidak mau kalah

"Hahaha" Dia tertawa "Minta maaf?" Melengos lalu kembali lagi menatap Vera "Jangan bermimpi!" Ujarnya dingin membuat Vera merinding sesaat. Sialnya, meski terbebas dari cengkraman mautnya. Laki-laki itu belum menyerah, dia melirik sekilas, memperhatikan keseluruhan tubuh Vera dengan tatapan hina. "Tidak pantas bagi ku minta maaf pada kucing liar seperti mu." Ujarnya lagi dengan suara rendah, seringai dingin dari bibirnya muncul lagi.

Merasa diri belum pernah menerima hinaan serendah itu, jelas si Vera naik pitam. Lagi-lagi ini demi harga diri, tanpa sadar menampar wajahnya sekarang

Plak!

"Aku manusia. Dasar SINTING, jaga omongan mu."

Melihat reaksi wajah Vera yang merah membara, laki-laki itu hanya menyeringai lagi dengan tatapan dinginnya, sambil tangannya menyentuh pipinya yang membekas merah barusan, mengusapnya perlahan.

Namun anehnya, tidak ada sedikitpun rasa kesakitan terlihat di wajahnya, seolah menerima hadiah yang menyenangkan barusan. Selesai mengusap dia melangkah maju, menjatuhkan kedua tangannya di bahu Vera memajukan wajah lalu berbisik

"Dengar kau bukan manusia. Kucing liar ku."

Mendengar bisikan lembut yang mendesis penuh goda seperti itu. Vera merinding geli mendengarnya, kakinya gemetar wajahnya merona, tangan yang terkepal langsung berkeringat dingin.

Ini gak mungkin. Kenapa jantung ku berdebar tiba-tiba! Jangan-jangan..

Saat tersadar Vera mendorong tubuh di depannya. Namun anehnya laki-laki itu hanya menyeringai dingin lagi, setelahnya ia berjalan melewati Vera tanpa merasa bersalah.

Sialan! Siapa orang itu? Beraninya dia merendahkan ku. Dasar gila! Aku gak akan pernah melupakan kejadian ini dan aku gak mau memaafkan orang yang kurang ajar sepertinya.

Vera memaki dalam hati, walaupun pertemuan singkat tapi laki-laki itu sudah membuat lubang kebencian yang teramat dalam.

"Tunggu! Rasanya aku pernah melihat dia sebelumnya. Tapi... dimana ya? Mukanya juga tidak asing."

Mata Vera berputar, mencari-cari jawaban di kepalanya tapi tetap gagal. Sudahlah buat apa di pikirkan. Begitu kira-kira batinnya sambil menggeleng, setelahnya dia berjalan meninggalkan tempat kejadian itu.

***

Di ruang lain

"Dery apa yang mau kau bicarakan dengan ku?" Arian bertanya

"Apa kau tahu, Kakakmu Arya sudah kembali?" Dery malah balik bertanya

"Benarkah!" Arian terkejut seolah tidak percaya jika Kakak nya sudah kembali pulang. "Kau mengundangnya?" Dery mengangguk "Sial! Dimana dia sekarang?"

Dery bingung melihat reaksi dari wajah Arian seolah dia tidak suka dengan kehadiran Kakaknya sendiri.

"Dia datang lebih dulu dari mu. Mungkin sekarang, dia lagi asik mengobrol dengan teman lama kita." Kata Dery antusias

Arian terdiam belum menjawab

Sejak kapan Kakak kembali. Dan kenapa Mama tidak memberitahu ku dan kenapa mereka merahasiakannya dari ku. Aku yakin pasti ada yang tidak beres. Aku harus segera melindungi Vera darinya.

***

Kejadian sebelumnya saat Arian dan Vera sedang dalam perjalanan menuju Raja Ampat

Mobil sport hitam mewah terparkir mulus di depan rumah keluarga Aliya. Ada seorang laki-laki yang sangat tampan namun dingin itu turun dari mobilnya dan melangkahkan kaki memasuki rumah Arian. Saat melewati pintu utama ia disambut oleh seorang wanita cantik dan beberapa pelayan yang sudah lama menunggu kedatangannya.

"Selamat datang Tuan Muda" Sambut kepala Pelayan dengan sopan.

"Terimakasih" Arya menjawab sambil senyum

"Arya Mamah kangen banget sama kamu. bagaimana dengan perjalanan mu sayang?" Aliya memeluk putranya yang selama ini di rindukan.

"Baik Mah, aku juga kangen sama Mama"

Sesudah berpelukan Aliya dan Arya masuk kedalam rumah menuju ruang keluarga. Saat tiba di sana mereka duduk di sofa berdampingan. Arya mengedarkan pandanganya ke setiap sudut ruangan seolah mencari orang lain.

"Mah di mana Arian? Kenapa dia tidak ikut datang menyambut ku."

"Oh maaf sayang. Mama lupa gak bilang sama kamu dari awal. Arian baru saja pergi bersama Vera ke raja ampat. Mereka mau menghadiri pesta ulang tahun teman kecil mu dulu. Sayang apa Dery mengundangmu juga?"

Arya diam sesaat belum menjawab

Sial! Ternyata kucing liar itu sudah pergi.

"Iya mah Dery mengundangku juga dan untuk itu juga aku kembali."

Sekedar memberitahu, selama ini Arya tinggal di luar negri karena mau melanjutkan studinya. Sedari dulu Arya tidak tertarik dengan urusan kantor dan lebih ingin menjadi dirinya sendiri. Baginya kantor itu tempat yang membuatnya bosan, dan sampai sejauh ini dia sengaja melemparkan tanggung jawabnya yang semestinya pada Arian. Ya apalagi kalau bukan memimpin perusahaan yang di tinggalkan Ayahnya.

"Sayang bagaimana rencana mu nanti. Apa sudah yakin dengan keputusan kamu?" Tanya Aliya

"Tentu aku yakin sekali Mah, rasanya bosan jika harus menangani masalah di kantor sendirian. Lebih baik aku jadi Dosen." Ujar Arya degan tatapannya yang penuh makna

Aliya menghembus nafasnya panjang setelah melihat reaksi wajah anaknya yang tidak boleh di ganggu-gugat itu.

"Asal kamu tahu, Mama selalu berharap kamu mau bekerjasama dengan adik mu mengelola bisnis di perusahaan."

"Mah, Arya cuma bisa minta maaf, karena tidak bisa menjadi seperti apa yang Mama inginkan sekarang. Seandainya aku tidak berhasil dengan keputusan ini, Arya akan tetap berusaha membuat Mama bahagia."

"Terimakasih, asal mama melihat kamu bahagia saja, itu sudah cukup." Aliya menatap Arya dengan penuh kasih sayang sambil menggenggam punggung tangannya.

"Terimakasih, karena Mama mau mengerti dan menghargai keputusan ku." Ucap Arya lembut seiring dengan usapannya pada tangan Aliya

Mama berharap kamu juga bahagia bersama Adikmu dan menghilangkan semua rasa benci mu pada Vera sayang. Jika kamu yang lebih memilih menikah dengannya. Alangkah baiknya.

Begitu pikir Aliya dengan tidak tahu malu.

Setelah berbincang cukup lama, Arya bangkit dari tempat duduknya meninggalkan Aliya menuju kamarnya di lantai atas yang tidak jauh dengan kamar Vera. Malah berhadapan. Setibanya di dalam, dia melihat-lihat sekelilingnya memastikan tidak ada yang berubah dengan interiornya.

Dari warna dinding sprei tempat tidur hingga peralatan kamarnya hampir mirip dengan kamar Vera. Bedanya ada ruang rahasia di kamar ini, sebuah ruangan yang hanya bisa terbuka oleh sidik jari Arya saja.

Setelah pintu ruangan rahasia bergeser, dia masuk kedalam. Disinilah dia selalu menghabiskan waktu senggangnya. Menarik kursi lalu duduk, tangannya meraih laptop di atas meja.

Setelah beberapa lama melihat dokumennya Arya bersandar di kursinya memejamkan mata sambil memikirkan beberapa rencana.

Rencana seperti apa yang di pikirkan Arya ya kira-kira? Entahlah hanya dia dan Tuhan saja yang mengetahui jawabannya. Satu jam kemudian Arya angkat kaki dari rumahnya menuju Raja Ampat.

Saat sudah tiba di pesta ulang tahun

Dia berjalan melewati para pengawal penjaga pintu masuk. Melihat sekeliling sambil mencari seseorang, beberapa detik kemudian dia langsung menemukannya.

"Selamat ulang tahun untuk teman baik ku yang satu ini." Dery terkejut setengah mati saat Arya merangkul nya dari arah belakang secara tiba-tiba "Semoga di setiap hari mu selalu menyenangkan." Lanjutnya dengan suaranya yang terdengar tulus.

"Hahaha Terimakasih."' Dery memeluk Arya sambil menepuk bahunya sebentar "Sudah berapa lama ya kita tidak bertemu. Bagaimana kabar mu?"

"Baik, kau sendiri bagaimana kabarnya?"

"Kabar ku baik sekali, tapi kenapa kau datang sendiri, di mana Arian?" Dery bertanya

"Aku tidak tahu, seharusnya dia datang lebih dulu dari ku." Jelas Arya singkat

"Apa kau bercanda, aku belum melihatnya dari tadi. Eh, kenapa kau tidak datang bersama Adik mu?"

"Aku sengaja merahasiakan kehadiran ku, karena mau memberinya kejutan. Dan aku penasaran, bagaimana reaksi wajahnya saat melihat ku nanti. Haha." Arya tertawa dengan hambar yang di buat-buat

Dery mengerutkan kening bingung, ini bukan seperti Arya yang dikenalnya. Begitu pikirnya.

"Ya sudah terserah kau saja. Lalu bagaimana dengan kuliahmu di negara xxxx?" Dery bertanya lagi

"Sangat baik, bahkan sekarang aku sudah lulus"

"Benarkah" Arya mengangguk "Apa rencana mu sekarang, apakah kau masih bersikeras ingin menjadi dosen seperti yang di rencanakan mu dari dulu?" Lanjut Dery

"Ya aku menginginkannya"

Lagi-lagi Dery di buat bingung dengan sikapnya yang tidak dapat di jelaskan itu. Apalagi saat melihat Arya menyambar segelas minuman di meja. Ada seringai kecil yang muncul dari sudut bibirnya setelah dia meminumnya sekali.

Tapi apa tujuan mu sebenarnya. Di lihat dari senyuman aneh mu ini. Aku yakin kau pasti memiliki siasat lain dibaliknya.

Sekilas Dery meneguk minumannya sebentar sebelum kembali melihat wajah Arya lagi

Hhh, sudahlah.. Baik atau tidaknya itu, aku tidak mau ikut campur. Lebih baik aku mendukungnya saja.

"Kalau begitu aku mendukung mu." Ucap Dery tulus membuat Arya tersenyum mendengarnya

"Terimakasih atas dukungannya."

"Omong-omong bagaimana kabar Vera? Apa dia datang juga? Aku penasaran mau melihat wajahnya."

"Kau mengenalnya?" Arya terkejut setengah mati saat mendengar nama gadis itu di sebutkan.

'Haha.. tentu saja, Arian selalu menceritakan semua tentangnya pada ku. Apa kau tahu juga? Selama hidupnya Arian selalu enggan berhubungan dengan setiap wanita hanya karena mau menunggu Vera yang katanya sangat cantik itu hehehe."

Sial! Ternyata kucing liar itu sudah pandai menarik perhatian Adik ku. Lihat saja akan ku buat dia menyesali perbuatannya.

Dery tersentak saat melihat reaksi wajah Arya yang mulai memanas. Apalagi dari caranya dia menggenggam gelasnya, mencengkram sekali. Urat-urat di sekitar tangannya terlihat menonjol. Seandainya sedikit saja dia melanjutkan aksinya, mungkin gelas itu hancur berkeping seiring dengan air yang berwarna merah berjatuhan membasahi tangannya.

Baru mau menjawab Arian dan Vera datang sambil berjalan bergandengan tangan. Yang membuat tatapan bingung Dery teralihkan. Melongo sambil melihat Vera karena takjub.

Berbeda dengan Arya yang hanya diam saat melihat Vera berdampingan dengan adiknya. Urat di sekitar wajahnya terlihat menonjol, tatapannya sadis seolah ingin membunuh.

Dery dia memang cantik, tapi tetap saja dia kucing liar ku. Aku sudah tidak sabar ingin melihat reaksinya setelah kehilangan seorang yang paling berharga di hidupnya. Aku menantikannya.

Episodes
1 Prolog
2 Kakak yang posesif
3 Makan malam
4 Raja ampat
5 Raja ampat part dua
6 Raja ampat part tiga
7 Menentukan kuliah
8 Teman baru
9 Tempat kerja
10 Pelajaran tambahan
11 Cemburu
12 Teman masa kecil roni
13 Undangan pesta ulang tahun
14 Syarat Arya
15 Curhat
16 Memalukan
17 Bukan kesepian tapi merindu
18 Jangan biarkan dia mendekati mu
19 Simpan itu di hati mu
20 Berhenti Memaki Ku
21 Menemukan jalan keluarnya
22 Teman ku yang rajin
23 Hujan deras
24 Menyeret gadis ku
25 Bunga yang berduri
26 Panas dingin
27 Menantang takdir ku
28 Kalah telak
29 Aku cuma punya hati
30 Menjernihkan pikiran
31 Hah! Gila
32 Membingungkan
33 Dua hari kemudian
34 Di malam yang sakit ini aku tidak sendirian
35 Sesayang itu pada ku
36 Dasar kebo
37 Mendadak menikah
38 Dasar penjahat
39 Patuh
40 Ketangkasan asli penjahat
41 Ini hari ulang tahun mu!
42 Istimewa
43 Berdarah
44 Menguji kesabaran
45 Kemana perginya hp ku
46 Berkencan??
47 Kakak cantik!
48 Dengan indah
49 Pesta pernikahan Fani
50 Bisakah Kakak melakukannya untukku
51 Kejadian yang tidak terkendali di malam pernikahan
52 Pulau cinta
53 Tingkah kenakannya muncul dua kali lipat kalau dia sedang sakit.
54 Bentuk kasih sayang Kakek yang di luar nalar
55 Senyuman iblis yang berbahaya
56 Tiga anak
57 Sesuatu yang aneh
Episodes

Updated 57 Episodes

1
Prolog
2
Kakak yang posesif
3
Makan malam
4
Raja ampat
5
Raja ampat part dua
6
Raja ampat part tiga
7
Menentukan kuliah
8
Teman baru
9
Tempat kerja
10
Pelajaran tambahan
11
Cemburu
12
Teman masa kecil roni
13
Undangan pesta ulang tahun
14
Syarat Arya
15
Curhat
16
Memalukan
17
Bukan kesepian tapi merindu
18
Jangan biarkan dia mendekati mu
19
Simpan itu di hati mu
20
Berhenti Memaki Ku
21
Menemukan jalan keluarnya
22
Teman ku yang rajin
23
Hujan deras
24
Menyeret gadis ku
25
Bunga yang berduri
26
Panas dingin
27
Menantang takdir ku
28
Kalah telak
29
Aku cuma punya hati
30
Menjernihkan pikiran
31
Hah! Gila
32
Membingungkan
33
Dua hari kemudian
34
Di malam yang sakit ini aku tidak sendirian
35
Sesayang itu pada ku
36
Dasar kebo
37
Mendadak menikah
38
Dasar penjahat
39
Patuh
40
Ketangkasan asli penjahat
41
Ini hari ulang tahun mu!
42
Istimewa
43
Berdarah
44
Menguji kesabaran
45
Kemana perginya hp ku
46
Berkencan??
47
Kakak cantik!
48
Dengan indah
49
Pesta pernikahan Fani
50
Bisakah Kakak melakukannya untukku
51
Kejadian yang tidak terkendali di malam pernikahan
52
Pulau cinta
53
Tingkah kenakannya muncul dua kali lipat kalau dia sedang sakit.
54
Bentuk kasih sayang Kakek yang di luar nalar
55
Senyuman iblis yang berbahaya
56
Tiga anak
57
Sesuatu yang aneh

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!