Dyra sangat merasa tidak nyaman duduk di taman sekolah dengan Niko. Mila telah kembali ke kelas. Dan meninggalkannya berdua dengan lelaki itu.
"Kantin yuk!" Ajak Niko.
"Ok... Aku setuju jadi pacarmu!" Ucap Dyra tiba-tiba.
Niko melihatnya dengan tatapan aneh.
"Bukannya kamu yang menembakku? seharusnya aku yang mengatakan itu." Ledek Niko mengingatkan.
"... Dan aku mau kita putus sekarang juga!" Wajah Dyra tampak serius menatap Niko. Tapi lelaki itu malah tertawa pelan.
"Putus? bahkan 5 detik pun belum berlalu. Dasar plin plan!" Niko menyentil kening Dyra, gadis itu cemberut memegangi keningnya.
"Kenapa mau putus?" Tanya Niko pelan. Ia penasaran pada gadis plin plan itu.
"Karena aku tidak menyukaimu." Jawaban Dyra yang membuat Niko kembali tertawa kesal.
"Kamu yang menembakku. Apa kamu lupa apa yang kamu katakan saat itu?"
"Kan aku sudah bilang! Sudahlah... mulai sekarang kita putus dan jangan mendekatiku lagi!" Dyra bangkit dari duduknya. Ia malas meladeni Niko lagi.
"Jika kamu ingin putus, berikan alasan yang jelas. Agar kita bisa putus dengan damai!" Niko pun memberikan senyuman.
"Aku ke kelas ya, sayang..." Niko mencubit pipi Dyra lalu pergi. Seketika membuat wajah gadis itu memerah.
'Apa-apaan sih dia? buat Malu!!!' Batin Dyra menjerit kesal. Banyak mata yang menatap dirinya dengan berbagai ekspresi.
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
Dyra masuk toilet sekolah untuk mencuci tangan. Baru juga masuk 3 orang siswi masuk dan sengaja mendorong tubuhnya. Hingga ia hampir terjungkal.
"Apaan sih kalian? Apa sudah mau keluar sampai nggak bisa ditahan?" Dengus Dyra lalu menghidupkan air keran wastafel.
Krek
Dyra menoleh ke sumber suara, pintu dikunci oleh salah seorang dari mereka. Tah apa yang mereka rencanakan.
"Hei... jangan sok kecentilan dekat-dekat Niko!" Ucap seorang siswi yang paling cantik dari yang lain. "Niko itu calon suamiku tahu!"
"Hei... Kau dengar aku tidak?" Bentak Dea menarik tangan Dyra. Karena dari tadi Dyra masih mencuci tangannya. Tidak menghiraukan ucapannya.
"Lepaskan tanganmu!!!" Dyra menepis tangan Dea. "Aku nggak ngerti kau ngomong apa!"
"Kau..." Dea emosi dan memberi isyarat pada kedua temannya. Ana dan Kiky pun maju mendekati Dyra.
Melihat keduanya maju ke arahnya, Dyra melihat sekeliling dan berlari ke samping. Ia mengambil kain pel yang ada di sana.
"Apa? Sini maju! Biar ku bersihkan muka kalian, biar glowing dan kinclong!!!" Dyra mengangkat kain pel dan mengarahkan pada ketiga siswi dengan dempulan make up yang cukup tebal.
Aksi Dyra membuat ketiganya mundur beberapa langkah, karena takut wajah mereka benar-benar akan di'pel oleh Dyra. Kan sayang sih make up nya.
"Kenapa takut... takut... takut? takutlah masa nggak!" Cibir Dyra mengarahkan kain pel ke wajah mereka lagi. Untuk menakuti-nakuti mereka.
"Ayo kita pergi! Dasar cewek bar-bar!" Dea mengajak kedua temannya pergi.
"Mau ngebully kok rame-rame. Satu lawan satu sini kalau berani!"
Dea dan kedua temannya ke luar dari toilet sekolah dan kembali ke kelasnya. Saat masuk kelas, mereka melihat Niko dan teman lainnya sedang asyik ngobrol diiringi tawa dan canda.
"Jangan ada yang bilang, kita tadi mau ngerjai pacarnya." Bisik Dea pelan.
"Bukannya kita yang mau dikerjai cewek bar-bar itu?" Bisik Ana membenarkan ucapan Dea.
"Iya... Sempet tadi kain pel itu kenapa mukaku gimana?" Kiky bergidik ngeri membayangkan pel itu mendarat di wajahnya.
"Nanti kita kerjain lagi itu si bocil. Sekarang aku mau ngomong sama Niko bentar." Dea berjalan ke arah Niko.
"Hai Nik... besok hari minggu ada waktu? aku punya 2 tiket nonton, tapi nggak tahu mau nonton dengan siapa? apa kamu mau menemaniku?" Ajak Dea lembut di samping meja Niko. Wajahnya menatap lelaki itu penuh harap.
Niko melirik sejenak. "Besok aku mau jalan sama pacarku. Pergi saja dengan Bram. Bram lagi kosong."
Dea meremas tangannya, ia sebal mendengar Niko lagi-lagi menolaknya. Dan malah berencana akan pergi dengan pacar barunya, si Bocil pasti.
"Iya... nonton denganku saja!" Bram menawarkan diri dengan senyum mengambang.
"Pergi sendiri kau sana!" Ucap Dea sinis. Ia lalu kembali ke bangkunya dengan wajah kesal dan kecewa.
'Awas saja si Bocil itu. Berani-beraninya merebut Niko dari ku.'
\=\=\=
Sementara di kelas X3, Dyra menyalin PR matematika dari Mila.
"Kau ke mana tadi, Dyr?" Tanya Mila penasaran.
"Jangan ajak aku ngomong dulu ya Mil! Lihat Ibu Guru killer itu sudah datang belum? Kok bisa-bisanya aku lupa menyontek PR matematika!"
"Tapi jawabanku belum tentu benar lho, Dyr. Aku jawab soalnya ngarang." Mila jujur memberi tahu.
Dyra tidak peduli. Tetap menyalin PR pelajaran yang paling tidak dimengertinya.
"Dyr... datang Ibu itu!" Bisik Mila melihat Ibu Guru sudah masuk ke kelas. Dyra mulai gelagapan menyalin, sambil matanya sesekali menatap Guru di depan kelas.
"Sudah selesai PR nya?" Tanya Ibu Guru dengan suara lantang.
"Sudah, Bu!!!" Jawab Kompak murid kelas termasuk Dyra yang masih menyalin.
"Baiklah kalau begitu. Soal nomor 1... Dyra yang jawab, nomor 2 kamu dan nomor 3 kamu." Bu Guru menunjuk murid-muridnya untuk mengerjakan soal PR di papan tulis.
'Astaga... Sepertinya Ibu ini punya dendam pribadi padaku!!!' Dyra meronta dalam hati.
"Sudah tenang saja. Soal nomor 1 aku yakin benar jawabanku!" Bisik Mila yang langsung di angguki Dyra. Membuat Dyra bisa tersenyum tipis sambil maju ke depan.
Dyra mengambil spidol dan berdiri di depan papan tulis. Soal-soal sudah ditulis Ibu Guru, tinggal menulis jawaban saja.
"Kalian kerjakan tanpa melihat buku!" Ucap Ibu Guru mengambil buku yang dibawa Dyra dan murid lainnya. "Ibu mau lihat sampai mana kalian memahami soal-soal ini!"
Rasanya Dyra ingin berteriak saja. Bagaimana ia harus menjawab soal-soal hitungan ini?
Dyra melihat murid yang mengerjakan soal nomor 2 dan 3 sudah selesai. Secepat itu mereka mengerjakan dan ia masih fokus menatap angka-angka yang berputar-putar di kepalanya.
"6x3+..." Yudha memberi tahu tanpa suara. Dyra jadi mengkerutkan dahinya. Tidak tahu apa yang dikatakan Yudha.
"Yudha... kamu kerjakan soal nomor 4-10!"
"Ja-jangan Bu!"
"Kalau begitu diam disitu. Biarkan Dyra mengerjakannya sendiri!"
Mata Bu Guru sangat tajam padahal dari tadi fokus melihat buku.
"Kenapa belum dikerjakan? di sini kamu bisa mengerjakannya, Dyra?"
Gadis itu diam saja masih menatap soal di papab tulis.
"Kamu nyontek?" tebak bu guru.
"Ti-tidak, Bu." Sanggah Dyra cepat.
"Dyra-Dyra... Kamu perhatikan ya!" Bu Guru bangkit dari duduknya.
"Yang ini kamu kalikan dulu. Semua dikalikan dulu baru nanti ditambahkan." Guru memberikan instruksi. "6x3?"
Dyra menulis angka 18. Lalu ia mengalikan berikutnya sambil berpikir keras.
6x9\=69, 8×7\=87 tulis Dyra di papan.
"Dyra!" Ucap Bu guru setengah berteriak. Tidak habis pikir dengan hitung-hitungan perkalian muridnya satu ini. Sementara murid-murid yang lain pada tertawa cekikikan.
"6x9 berapa Dyra... ?" Tanya Bu Guru menaikkan intonasi suaranya.
"69 Bu." Jawabnya cepat lalu, Dyra tampak berpikir. "Apa 96 ya, Bu?" Tanyanya balik yang membuat satu kelas menyorakinya.
Bu Guru menepuk jidatnya. Sementara Dyra masih dengan wajah polosnya kebingungan.
'Apa aku salah ya?'
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
Aba Bidol
Ngakak aku loh gegara kamu Dhyra 😂🤭❤️
2024-06-02
1
Lastri Naila
🤣🤣🤣🤣
2023-12-19
1
Mina Rasi
hadohh hatiku yg nelangsa dgr Dyra jawab 6×9=69 🤤🤤
kasian guru nya🤣
2023-05-16
0