Sepanjang sore aku terus mengamati orang - orang yang berlalu lalang di jalan raya ibukota. Sedari tadi pandanganku tidak lepas melihat penampilan dan wajah mereka di balik kain satin putih yang menjuntai di tudung kepalaku.
Seingatku, pemuda bernama Bo Qing akan melalui tempat ini ketika ia pulang bekerja sebagai buruh angkat. Namun hari bahkan sebentar lagi menyambut malam, tapi sosok pemuda yang kucari tak kunjung menampakan batang hidung.
"Mei mei, kita harus pulang sekarang" kata putra mahkota Liang memperingatiku
Aku menghela nafas berat, sebelum keluar dari istana, aku sudah berjanji jika tak akan keluar hingga malam. Dalam hatiku aku merasa kecewa, sebab tak menemukan calon kandidat pengawal pribadiku hari ini. Dengan cemberut aku lantas beranjak bangun dari tempat dudukku disusul dengan putra mahkota Liang, dengan langkah berat aku meninggalkan kedai makanan yang berada di pinggir jalan raya ibukota.
Mungkin aku akan menemukannya di lain waktu
Aku terus menyemangati diriku dengan berkata demikian, aku terus menggumamkan kalimat itu dalam hati agar rasa kecewaku segera lenyap. Aku harusnya tahu, jika Bo Qing adalah sosok pemuda yang sulit. Mungkin aku harus berusaha lebih keras lagi, sebab untuk mendapatkan sesuatu yang hebat, butuh usaha, kerja keras dan ketulusan.
"Tidak usah bersedih, kita bisa mencarinya lagi besok" kata putra mahkota Liang menyemangatiku.
"Apa yang gege katakan memang benar" balasku tak lupa memberinya sebuah senyum
"Sebenarnya, aku sangat penasaran dengan sosok pemuda yang akan kau jadikan pengawal pribadimu. Apakah ia sebegitu hebatnya hingga kau memilih turun tangan dan mencarinya sendiri?" tanya putra mahkota Liang
"Keahliannya setara dengan seorang jendral, ia juga seumuran dengan gege" jawabku
"Tunggu" tahan putra mahkota Liang menghentikan langkahku dengan mencekal lenganku dan memaksaku untuk berbalik menghadapnya.
"Bagaimana kau tahu banyak tentangnya?" tanya putra mahkota Liang dengan nada curiga.
"Aku pernah melihatnya ikut seleksi dalam perekrutan prajurit kerajaan tahun lalu" jawabku
Tentu saja aku tidak berbohong, aku pernah melihatnya saat usiaku 13 tahun. Saat itu ia mengikuti perekrutan prajurit kerajaan Zhang, namun harus gugur di karenakan orang dalam yang telah di suap oleh seseorang hingga ia berakhir gagal. Setelah itu, aku kembali bertemu dengannya saat usiaku 15 tahun ia berhasil menjadi seorang prajurit dan mengikuti jendral muda Wu Cheng. Namun diusiaku yang ke 16 tahun, pada akhirnya ia berakhir seperti diriku, Bo Qing pun berakhir tragis sepertiku saat pemuda itu menyelamatkan Ayahanda kaisar. Pemuda itu kehilangan kehormatan dan kepercayaannya, saat orang yang ia percaya berakhir menusuknya dari belakang setelah banyaknya waktu yang ia habiskan dalam pengabdiannya.
"Apakah keahliannya mengalahkanku?" tanya putra mahkota Liang
"Tentu saja kemampuan gege masih berada di tingkatan atas di banding kemampuannya, maka dari itu aku akan meminta gege meluangkan waktu untuk melatihnya sama seperti prajurit Shi Rong" jawabku yang membuat putra mahkota Liang terkejut
"Dimana kau tahu aku memiliki pasukan prajurit khusus?" tanya putra mahkota Liang berbisik
Aku tersenyum dan menjawab "Rahasia"
.
.
.
Kami berdua tiba di istana kerajaan Zhang sebelum matahari terbenam. Saat ini kami melewati jalan rahasia yang selalu di lalui putra mahkota Liang ketika ia keluar istana sembunyi - sembunyi tanpa sepengetahuan Ayahanda kaisar dan Ibunda permaisuri.
Tujuan kami saat ini adalah pavilium Shan yang berada di istana dalam bagian barat, pavilium Shan merupakan kediamanku. Sehubung karena aku baru saja bangun, putra mahkota Liang lebih memilih mengantarku lebih dulu sebelum ia menyusup kediamannya yang berada di istana dalam bagian timur.
Kami berhasil memasuki halaman pavilium Shan setelah berhasil melewati penjaga gerbang dengan muda. Kami berdua lantas melangkah dengan santai saat suasana pavilium nampak sangat sepi dari biasanya, tanpa meningkatkan kewaspadaan dan kecurigaan kami dengan santainya berjalan hingga suara dingin dari Ayahanda kaisar lantas membuat tubuh kami menegang.
"Dari mana saja kalian?"
Pertanyaan kaisar Zhang Wei yang terdengar seperti sebuah pernyataan itu berhasil membuat kami membatu. Nada suara dan raut wajahnya yang menyeras cukup membuat kami paham jika saat ini Ayahanda kaisar dalam suasana hati yang buruk, dan suasana hatinya yang buruk itu jelas karena perbuatan kami sendiri.
"Ayahanda, anda jangan marah, juga jangan menghukum gege. Akulah yang bersalah, aku yang meminta gege menemaniku keluar istana karena aku merasa bosan" kata dengan kepala tertunduk dalam.
Sebelum masuk istana, kami mengganti pakaian di sebuah gua yang berhubungan langsung dengan lubang yang berada di halaman belakang kerajaan Zhang. Karena hal itulah yang membuat kami berhasil masuk kehalaman pavilium Shan dengan mudah karena kami memakai baju kebesaran kami sebagai putri dan putra mahkota kerajaan.
Mungkin para penjaga, dayang, kasim dan pelayan dapat kami kelabuhi. Namun tidak dengan Ayahanda kaisar yang memiliki banyak koneksi dan orang - orang kepercayaannya yang selalu mengikuti mereka dalam kegelapan. Sangat mudah baginya mengetahui segala hal yang kami lakukan, dan salah satunya adalah keluar dari istana tanpa izin ataupun pengawal. Pada akhirnya mereka pun tertangkap.
"Ayahanda tidak peduli, Yue'er berhenti membela dan melindungi gegemu, begitupun denganmu Liang'er, berhentilah untuk melindungi mei meimu" tegas kaisar Wei "Kalian berdua bersalah, dan Ayahanda tidak akan memberi kalian keringanan. Ayahanda akan menghukum kalian menyalin buku peraturan kerajaan, kalian harus menulisnya dengan tulisan tangan, bukan dengan membawanya kepercetakan (meminta seorang pekerja di percetakan atau penjual kertas untuk menuliskan) serta kalian tidak di izinkan keluar dari kediaman kalian selama 3 hari" tambah kaisar Wei
"Tapi ayahanda --
"Tidak ada kata tapi, jika kalian mengeluh, ayahanda akan menambah hukuman kalian" potong kaisar Wei tegas.
Aku lantas cemberut mendengar titah Ayahanda, sedangkan putra mahkota Liang hanya mampu mendesah dan pasrah menerima hukuman. Seharusnya kami patut bersyukur karena hukuman yang kami terima cukup ringan, padahal jika mengingat kesalahan kami yang sangat besar dan fatal karena menyangkut nyawa kami yang merupakan penerus kerajaan Zhang. Selain itu kami melanggar aturan dan memberi contoh yang buruk pada penghuni kerajaan lainnya. Tentu saja kami menyesal akan perbuatan kami, sayangnya penyesalan itu datang begitu terlambat ketika Ayahanda kaisar Wei terus mencerca dan memarahi mereka tanpa ampun.
Jujur saja, aku jelas merasa bersalah telah menyeret putra mahkota Liang dalam masalah ini. Sejak awal gegeku itu melarangku mengingat kondisiku yang belum sepenuhnya pulih, juga karena keinginanku yang sangat beresiko.
Air mataku mengalir, perasaan bersalah yang kurasakan membuat kenangan mengerikan yang pernah ku alami di masa mendatang terus terbanyang dan berputar - putar hingga membuatku mulai merasakan penyesalan, sakit dan juga sesak.
Aku adalah bencana, aku adalah orang yang selalu membawa orang lain dalam jeratan kesusahan. Seperti hari ini, akulah yang menyeret saudaraku sendiri dalam masalah. Walaupun tak sebesar masalah yang ku ciptakan dalam ingatanku mengenai kejadian yang akan kami alami 2 tahun yang lalu, namun masalah ini berhasil membuatku berpikir bahwa apakah aku mampu mengubah garis takdir, apakah aku mampu menebus kesalahan dan dosaku pada semua orang? Sekarang saja, belum terhitung sehari kesempatan yang diberikan oleh langit padaku, tapi aku sudah menjerumuskan putra mahkota Liang dalam keegoisan dan kekeras kepalaanku.
"Gege maafkan aku, hiks.."
.
.
.
.
.
**TBC
Sabtu, 11 April 2020**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
Santika Desi Ariffani
kenapa tiba² baru bangun , aku kurang fokus apa ya bacanya 🤔
2022-03-07
2
Salma Cheng
thoor ,,,moga putri punya ilmu dan sakti dan kuati thooor
2021-11-11
2
Baiq Nurul Qomariyah
apa dgn 2 th bisa belajar merubah takdirnya
2021-08-04
1