Delapan Tahun Kemudian
Suara dentuman musik dari dek atas samar-samar terdengar, bercampur aroma laut dan alkohol. Lampu-lampu pesta memantul dari kaca jendela koridor, membuat bayangan tubuh Shannara tampak menari di dinding sempit kapal pesiar The Siren’s Dream.
Ia baru saja menyelesaikan shift malamnya. Pundaknya pegal, langkahnya berat, matanya hanya ingin menutup. Tapi pesan itu datang.
"Ra, aku butuh bantuanmu. Tamu di kamar 308 A mabuk berat dan menumpahkan anggur di seluruh karpet. Tolong, bantu aku bersihkan sebelum dia bangun. Aku harus menjaga buffet malam."
Nara mengerutkan dahi.
308 A? Itu kamar kelas VVIP, jarang sekali staf biasa bisa masuk. Tapi Risa selalu bisa saja punya alasan.
"Kamu yakin nggak apa-apa aku yang masuk? Takutnya privasi tamu, Ris."
"Aman kok! Aku udah izin. Orangnya udah tidur. Cuma tumpahan di karpet aja, tolong ya."
Nara mengernyit. Risa dikenal perfeksionis dan jarang meminta tolong. Tapi solidaritas di antara kru kapal adalah aturan tak tertulis, tak ada yang meninggalkan rekannya dalam masalah.
Nara tiba di depan kamar 308A. Mengetuk pelan.
Satu kali. Dua kali. Tak ada jawaban.
Ia menempelkan kartu kunci master. Bunyi klik kecil terdengar.
Kamar itu gelap, hanya diterangi sedikit cahaya rembulan yang menembus jendela kapal. Bau alkohol menusuk hidung, bercampur dengan aroma parfum pria yang kuat dan musky. Namun, alih-alih kekacauan tumpahan anggur di karpet, karpet beludru itu bersih, bahkan debu pun tak tampak.
Sunyi.
Terlalu sunyi.
Nara melangkah masuk lebih dalam walau ia setengah ragu. "Risa...? Ini bener kamar yang kamu maksud?" Gumamnya
Nara merasa firasat buruk. Ia baru saja akan berbalik, meyakini ini hanyalah lelucon murahan Risa, ketika matanya menangkap sosok di ranjang king size. Seorang pria telentang, pakaiannya setengah terbuka, napasnya berat dan tak beraturan. Jantung Nara tiba-tiba berdebar kencang. Ia mengenali profil itu. Postur tubuh yang tinggi atletis, garis rahang yang tegas meski sedang terpejam, sosok itu adalah bayangan dari masa lalu yang ia kubur dalam-dalam selama enam tahun.
Sergio.
Mantan kekasihnya, kini ada di hadapannya, tak berdaya di ranjang mewah sebuah kapal pesiar yang mengarungi lautan. Pria yang ia tolak lamarannya, pria yang kini sudah menjadi suami dari seorang socialite terkenal.
Nara menelan ludah, siap melarikan diri, seolah keberadaan Sergio adalah racun yang akan melumpuhkannya. Namun, saat ia melangkah mundur, ia merasakan alas sepatunya menapak sesuatu yang lengket di lantai marmer. Bukan anggur, melainkan cairan bening. Ia terpeleset, dan dalam refleksnya yang buruk, ia meraih apa pun yang terdekat dan itu adalah tepi ranjang.
"Akh"
Suara kecil itu cukup untuk membangunkan Sergio.
Pria itu bergerak lambat, seperti zombie yang baru dihidupkan. Matanya terbuka, tapi pandangannya kosong dan merah. Ia tidak melihat Nara, ia melihat kegelapan. Ia menggumamkan nama seseorang, bukan Nara, melainkan nama lain yang samar.
Dalam gerakan yang sama sekali tidak disadari dan terdesak, Sergio meraih pergelangan tangan Nara.
"Kamu kembali," gumam Sergio dengan suara serak, cengkeramannya kuat, digerakkan oleh dorongan yang tidak murni berasal dari pikirannya sendiri. Bau obat yang aneh baru disadari Nara, bercampur dalam napas Sergio, seolah dia sudah diberi ramuan yang merusak akal sehatnya.
"Jangan pergi, Nara…" Suara Sergio terdengar memaksa, putus asa. Matanya memancarkan gairah yang tidak wajar, seperti nyala api yang tersulut paksa. Obat perangsang yang sengaja diberikan oleh seseorang telah bekerja, membakar kendali diri pria itu hingga tak tersisa.
Nara melawan "Lepaskan, tuan. Anda mabuk."
Namun, ia hanyalah seorang wanita dengan postur biasa melawan pria yang sedang dirasuki hawa nafsu dan obat. Ia didorong keras ke atas ranjang. Teriakan tertahan di tenggorokannya, berubah menjadi erangan sakit.
"Ahk! Tolong berhenti, SAKIT!"
Itu pertama kalinya bagi Shannara. Rasa sakit yang luar biasa, fisik dan emosional, menghantamnya seperti ombak badai. Dalam keputusasaan yang dingin dan memuakkan, dunia di sekelilingnya memudar. Gelombang rasa sakit itu terlampau besar, hingga akhirnya, kesadaran meninggalkannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments
Ali
sebetulny udeh muak sm cerita modelan begini tp tetep baca karena penasaran🤣
2025-10-19
0