...HAPPY READING...
Regaz tengah berbaring dengan tubuh terlentang di atas kasur besar miliknya, pikirannya masih menerawang jauh mengenai perilaku serta wajah Athera yang menurutnya berbeda dengan wajah Athera sebelumnya. Ia merasa tengah berhadapan dengan Athera lain, terlihat jelas dari sikap Athera saat ini. Ah, dari pada memikirkan tentang perubahan Athera lebih baik saat ini Regaz memikirkan masalah pemberontakan yang terjadi.
Pemberontakan kali ini adalah masalah besar bagi Regaz. Sudah lama ia menghadapi para pemberontak dan itu hal yang mudah. Tapi, kali ini ia dihadapkan dengan sesuatu yang lebih besar. Regaz sendiri tidak tahu kalau mereka pemberontak atau mungkin aliansi rahasia yang dipimpin oleh seseorang untuk mencapai tujuan lain. Ini masih pendapatnya karena sejauh ini para orang-orang yang telah diyakini pemberontak terus berdatangan kemudian mengacau desa-desa yang memiliki jarak tak jauh dari kerajaan virtucal esse. Mereka seperti menuju kerajaan virtucal esse namun, menciptakan beberapa kekacauan agar mudah bagi mereka sampai pada titik sasarannya dan Regaz yakin kerajaannya lah yang jadi incaran mereka, tapi untuk apa mereka melakukan hal ini?
"Yang Mulia, hamba izin masuk."
Regaz bangkit dari tidurnya ketika pengawal setia sekaligus tangan kanannya menyahut dari luar untuk meminta izin masuk. Regaz membuka pintunya kemudian mempersilahkan pengawalnya itu masuk setelah ia kembali mengunci pintu.
"Ada informasi apa?" tanya Regaz melewati Tier, pengawalnya.
Tier memandang Regaz yang telah duduk di sofa dengan bersilang kaki diikuti tangan bersedekap di dada sedangkan dirinya berdiri di samping Regaz.
"Permaisuri Athera mengambil alih hukumannya dengan 20 kali cambukkan dan saat ini ia telah ditangani oleh tabib."
Regaz pikir ada masalah mengenai pemberontakan.
"Suruh tabib kembali ke tempat mereka, dia tidak layak mendapat pengobatan," ujar Regaz dengan tatapan yang tajam dan tanpa kekhawatiran.
Tier menunduk dalam, Tier menatap lekat Regaz yang menatap lurus ke depan dengan tatapan yang sama. Tidakkah Regaz memiliki sedikit rasa iba pada Athera. Wanita itu telah cukup menderita.
"Baik, Yang Mulia," jawab Tier.
Alis Regaz bertaut, tangannya yang bersedekap turun begitu saja kemudian dengan lelah ia menyandarkan kepalanya pada punggung sofa.
"Tier.. "
Tier yang masih berdiri di samping Regaz langsung mendongkak ketika namanya dipanggil. "Ya, Yang Mulia?"
"Apakah aku terlalu kejam pada bangsa Gazianor?"
Tier bungkam, ia mengatupkan bibir rapat tanpa niat menjawab pertanyaan Regaz.
Regaz terkekeh, jika Tier tidak menjawab maka jawabannya adalah benar. Ia memang terlalu pendendam hingga meninggalkan hati nuraninnya dalam kegelapan.
"M-Maaf Yang Mulia. Hamba tidak berm- "
Regaz menggeleng kemudian menoleh kepada Tier. "Kau boleh kembali, bangunlah pagi karena kita akan menyergap beberapa pemberontak yang akan menyerang suatu desa."
Tier mengangguk dengan rasa bersalah, dengan langkah gontai ia keluar dari kamar Regaz setelah izin mengundurkan diri.
Lalu di tempat lain yang merupakan kediaman atau kastil Permaisuri Athera.
Athera menggigit kuat-kuat seprei kasurnya ketika Retha mengoleskan sebuah salep pada luka cambuk yang telah melukai punggungnya. Selama hidup baru kali ini ia merasakan rasa sakit yang luar biasa dan para tabib yang mengobatinya tiba-tiba mengundurkan diri hingga hanya Retha yang mengobatinya.
Sedari tadi Retha hanya diam sembari mengoleskan salep dengan hati-hati pada punggung kakaknya. Ia menggigit bibir bawahnya, rasanya begitu menyakitkan ketika ia hanya melihat luka kakaknya lalu bagaimana dengan kakaknya yang bahkan tidak mengeluarkan suara sama sekali ketika luka itu membuat punggungnya terlihat mengerikan.
"Retha, hentikan. Sebaiknya langsung kau balut saja," ujar Athera lemah.
"B-Baik kak," jawab Retha cepat kemudian bergerak mengambil perban yang tidak jauh dari posisinya.
Athera tersenyum melihat Retha yang begitu memperhatikannya. "Kalau sudah selesai, kembalilah ke kamarmu, aku ingin sendiri," ucap Athera pada Retha yang telah kembali duduk di sisi ranjang dengan sebuah perban di tangannya.
Dan Retha kembali mengangguk.
Retha membalut punggung kakaknya dengan hati-hati dan telaten. Setelah selesai Retha langsung mengenakan selimut pada tubuh kakaknya, ia membiarkan Athera hanya memakai pakaian dalam, karena Athera tampak telah tertidur pulas dan ia tak berani memakaikan pakaian dan menganggu tidur kakaknya yang telah melupakan rasa sakit di punggungnya.
...***...
Selir Yuen bergerak secara diam-diam keluar dari kamarnya saat pagi buta. Selir Yuen tampak terlihat begitu waspada jikalau ada yang menyadarinya. Ia menghampiri seorang pria yang sejak lama berdiri tidak jauh dari sudut luar kediamannya. Ia tengah berada di belakang tembok pembatas kediaman para selir.
"Cepat pergi ke desa Antreloka," ujarnya kemudian langsung memberikan sebuah papan kayu dengan cepat pada si pria. Pria yang kini menggunakan kain untuk menutupi sebagian wajahnya mengangguk.
"Cepat pergi, " desis selir Yuen.
Pria itu langsung melompat melewati dinding besar itu layaknya ninja, sedangkan selir Yuen melirik kanan-kiri sebelum akhirnya berjalan santai untuk kembali ke kamarnya.
Sedangkan dari atas atap rumah para selir, seorang pria berbaju merah, bercelana hitam serta rambut panjang yang diikat pontail tersenyum sinis dari balik kain hitam yang menutupi sebagian wajahnya.
"Sesuai perkiraanku, dia pasti akan menjebak Athera-ku," ujarnya sebelum akhirnya melesat begitu cepat dan menghilang, langkahnya begitu ringan hingga tidak menciptakan suara sedikit pun.
Lalu berbeda dengan Regaz yang sekarang bergerak bersama Tier untuk pergi ke desa Antreloka. Sebenarnya Regaz sedikit curiga karena pemberontak kali ini seakan memberinya petunjuk untuk bergerak ke desa ini. Mereka seperti menyerahkan diri padahal itu tidak mungkin terjadi.
Lalu mereka sampai, Regaz hanya mengajak Tier serta 10 orang terpilih miliknya untuk ikut. Tidak ada tanda apapun yang terlihat sejak mereka tiba mengamati Desa Antreloka yang masih sangat sunyi dengan beberapa warga yang sudah nampak bergerak untuk melakukan rutinitas.
"Apakah mereka menipu kita? Aku rasa mereka mengincar tempat lain, Yang Mulia," bisik Tier dari tempat persembunyiannya.
Regaz mengangguk. "Mereka mengincar kerajaan kita. Aku sudah menyiapkan jebakan di sana. Mereka berusaha mengecoh kita dengan dua penyerangan. Aku kira pemimpinnya akan bergerak kesini karena takut melakukan penyerangan di kerajaaan, ternyata perkiraanku salah karena sepertinya dia lebih memilih bergerak ke istana. Kalian lakukan pengawasan di sini biar aku kembali ke istana," jelas Regaz.
Tier berdecak kagum, ia tak menyangka bahwa Regaz telah memikirkan hal itu sampai sana. Tier hanya mengangguk sembari menatap kepergian Regaz yang begitu cepat hingga Tier yakin tidak akan ada yang mampu melihat bayangan Regaz.
Tier menjadi khawatir apabila saat ia pulang para pemberontak itu akan mati secara menggenaskan, Regaz tidak akan belas kasih jika kerajaannya sudah mulai diusik.
"Mereka datang," desis salah seorang pengawal terpilih yang dengan serius mengamati area sekitar Desa Antreloka.
Tier tersentak lalu segera bergerak melakukan penyerangan, beberapa pengawal langsung mengamankan warga yang terlihat panik.
Sedangkan di tempat lain di mana Athera berada. Athera masih tertidur pulas, wajahnya makin pucat ketika lukannya justru bertambah sakit kemudian Retha sama sekali tidak ada di sampingnya. Samar-samar Athera mendengar keributan yang sangat luar biasa di sana. Athera langsung bergerak susah payah mengenakan pakaiannya. Perasaanya tak enak, ia takut sesuatu yang buruk terjadi pada Retha.
"Lindungi para Selir!" teriakan menggema para prajurit membuat Athera melebarkan matanya.
Hazel indahnya itu melihat sekumpulan orang berbaju hitam tampak membabi buta di kediaman para selir sedangkan di sini, dirinya yang tak ada pengawalan dari para prajurit justru tampak aman-aman saja.
"Retha!" Athera mulai meneriaki nama Retha karena takut Retha kenapa-napa. Ia harus bersembunyi sebelum para pemberontak menyadari kehadirannya. Namun, tak ada sahutan dari Retha hingga Athera kian khawatir. Lalu mau tidak mau Athera langsung berlari pergi ke kediaman para selir yang diserang. Ia takut Retha di sana dan tidak ada yang melindunginya.
Saat sampai di sana, Athera justru mendapati Regaz yang tampak terengah-engah. Pria itu baru saja tiba kemudian langsung menarik pedangnya kemudian menyerang musuh secara membabi buta. Pria itu memenggal kepala para pemberontak tanpa belas kasih. Athera menghiraukan itu saat ini, ia sibuk mencari keberadaan Retha.
Kepala Athera berdenyut keras, dadanya sesak, terlebih lagi punggungnya yang terluka langsung tersa perih. Sungguh menyakitkan. Para Selir tidak ada yang membantu Regaz menyerang begitu pun para pengawal yang memiliki nyali ciut yang hanya mampu berdiam diri.
Athera melebarkan matanya ketika ada sosok lain yang memiliki postur tubuh hampir seperti Regaz melompat dari atap dan siap menghunuskan pedangnya.
Regaz tak sempat berdalih karena pedangnya menahan pedang pemberontak lain yang berniat menyerang para selir. Athera tidak tahu mengapa justru melangkah dan memeluk Regaz hingga punggungnya yang masih banyak luka harus kembali terluka oleh sebilah pedang. Regaz melebarkan matanya ketika Athera tiba-tiba memeluk untuk melindunginya. Hazel indah Athera meredup perlahan, ia hanya mampu melihat manik kelam Regaz yang terlihat begitu khawatir serta terkejut.
"Athera.. " pemilik pedang yang menghunuskan pedangnya pada Athera bergumam lirih, tangannya gemetar. Ia merutuki tindakannya. Ia tak mengira bahwa Athera bergerak melindungi Regaz, ia pikir Athera hanya akan diam ketika melihat perkelahian ini.
"M-Mundur!" teriak pria itu pada kawanannya.
Regaz berniat mengejar tapi Athera sudah sangat begitu lemah dan hampir mati. Regaz langsung menggendong tubuh Athera kemudian mengabaikan para selir.
"Urus semua kekacauan dan cepat panggilkan tabib ke kediaman Athera!" seru Regaz.
Para prajurit serta dayang yang selamat langsung bergerak cepat sedangkan selir Yuen mengepalkan tangannya kuat. "Aku harap dia mati!"
Kemudian di sisi lain selir berambut emas bernama Selir Gresha tersenyum simpul. "Kali ini aku yakin jebakan Selir Yuen akan mencelakai dirinya sendiri."
Lalu, Regaz menatap Athera yang sudah memejamkan mata dalam gendonganya. Ia membenci Athera, tapi saat ini ia sangat takut kehilangan Athera. Regaz termanggu ketika ia telah sampai di kamar Athera kemudian menaruh tubuh Athera dengan pelan, ia menidurkan Athera dengan tubuh tengkurap kemudian merobek pakaian wanita itu hingga Regaz bisa melihat perban yang hampir membalut seluruh punggung Athera dipenuhi darah.
Tangan Regaz bergerak menyentuh punggung Athera. Namun, pergerakannya terhenti ketika para tabib masuk dengan terburu-buru. Regaz mengalihkan pandangannya. Ada tiga tabib pria yang ikut masuk sedangkan tiga lainnya wanita.
"Tabib pria tidak boleh masuk, yang wanita cepat tangani ini."
Para tabib langsung mematuhinya. Regaz diam berdiri di samping Athera ketika perban dibuka.
DEG!
Regaz menggertakan giginya ketika melihat luka-luka itu. Belum lagi luka yang menganga lebar karena hujaman pedang tadi.
"Biarkan aku ikut andil menjahit lukanya." Regaz langsung berdiri kemudian mengambil alih pekerjaan tabib wanita, ia pernah belajar menjadi tabib untuk mengobati dirinya sendiri, ia cukup pandai dalam hal ini. Wajahnya mulai serius ketika dengan gerakan cepat membersihkan luka Athera terlebih dulu.
"Aku akan menyesalinya jika kau mati," ujar Regaz tanpa sadar, padahal selama ini ia selalu berkata bahwa ingin membunuh Athera berserta keluarganya.
...BERSAMBUNG......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments
Nanik Lestari
Semoga adiknya tidak merepotkan
2022-12-29
3
Lidya
ceritax suka banget
2022-11-02
0
Amrih Ledjaringtyas
siapa nih bunuh kaisar kakanya artherakah...semoga sj tdk
2022-01-30
0