Malam harinya, di rumah sederhana peninggalan kedua orang tua Arumi. Ia dan sahabatnya sedang terlibat obrolan yang cukup serius. Cukup untuk membuat sang sahabat terperangah tak percaya.
"Kamu bercanda kan? Jawab aku Rumi!" kata dinda dengan kedua tangan mencengkeram erat pundak Arumi.
"I-iya, aku serius."
Air mata Arumi mengalir membasahi wajah cantiknya. Ia sudah menduga respon seperti inilah yang akan dinda berikan padanya. Tapi ia tidak ingin melewati ini sendiri, di dunia ini hanya dinda satu-satunya sahabat yang ia punya.
Bukan hanya Arumi tapi Dinda juga ikut menangis. Ia bisa merasakan kesedihan yang di rasakan sang sahabat. Sudah terjatuh lalu tertimpa tangga pula, mungkin itulah ungkapan yang pas buat untuk mendeskripsikan nasib malang Arumi.
Hanya di depan Dinda, ia tidak lagi bisa berpura-pura tegar. Dunia pun tak lagi berpihak kepadanya, akankah setelah ini Dinda juga akan meninggalkannya, pikir Arumi.
"Kenapa baru sekarang kamu mengatakan hal ini, aku ini sahabat mu!" Dinda mulai terlihat semakin emosional. Ia menyesalkan kenapa Arumi beraninya terjun ke jurang kesengsaraan.
Arumi menegapkan kepalanya, menatap sang sahabat yang juga berderai air mata. Ia mengusap air mata yang membasahi wajah Dinda.
"Jangan menangis, ini terlalu berat biar aku saja," kata Arumi sambil mengusap air mata Dinda.
"Bagaimana aku tidak menangis, kamu itu lulusan terbaik kampus kita, kenapa sekarang kamu harus menjadi gadis menebus hutang," Dinda kembali terisak-isak, saat membayangkan hari wisuda yang harus ia lalui tanpa Arumi yang tidak bisa hadir karena tepat di hari itu ayah Arumi meninggal.
"Din ... kamu tidak akan menjauhiku kan?" lirih Arumi.
"Tidak mungkin aku meninggalkan mu, aku akan menemani kamu melewati semua ini," kata dinda yang sudah memeluk Arumi.
"Terimakasih, hanya kamu yang aku punya di dunia ini."
Arumi mengeratkan pelukannya. Setidaknya ia tidak sendiri. Setelah beberapa saat ia melepaskan pelukannya dari Dinda.
"Besok aku akan menikah, kamu temani aku ya," pinta Arumi.
Dinda menganggukkan kepalanya dengan mantap, "Tentu saja, aku pasti menemani kamu."
"Terimakasih ... malam ini kamu menginap kan?" tanya Arumi sambil memeluk Dinda.
"Iya bawel."
...***...
"Tuan, ada surat dari London ... Nona Sarah yang mengirimkannya, "kata seorang pelayan yang menyodorkan sebuah amplop besar ke atas meja kerja Alfaro.
Tanpa bicara apapun, Alfaro meraih amplop besar itu. kemudian membuka isi amplop itu. Senyum sinis langsung terukir jelas di wajahnya, saat melihat isi dari amplop itu.
Amplop itu berisi cincin pernikahan mereka dan juga buku nikah mereka yang sudah tidak ada gunanya lagi. Sesak di dadanya tiba-tiba saja bergemuruh hebat. Luka yang belum sembuh sepenuhnya, kini harus kembali tersayat. Sakit tapi tidak berdarah, itulah yang di rasakan Alfaro saat ini.
"Dasar wanita murahan, kau itu tidak lebih dari sampah!"
Di remasnya amplop itu dan di lemparkan ketempat sampah. Dadanya sampai naik turun, deru nafasnya tak beraturan dengan mata yang memerah penuh emosi. Pelayan wanita paru baya itu mulai ketakutan, tangan dan kakinya bergetar hebat.
"Keluar, keluar dari sini!" hardik Alfaro pada sang pelayan.
"Ba-baik Tuan." Pelayan itu langsung mengambil langkah seribu, pergi dari ruangan itu.
Setelah kepegian Pelayan wanita itu, Alfaro mengambil stik golf yang ada di sudut ruang kerjanya. Ia mulai memukul semua benda pecah belah yang ada di ruangan itu, hingga berserakan di lantai.
"Arrrghhh ... wanita sialan, bodoh, murahan! kenapa kamu tidak membuang semuanya dan malah mengirimnya kepada ku!" teriak Alfaro sampai menggema di ruangan itu.
Alfaro kembali menghacurkan semua benda yang ada di ruangan itu. furniture-furniture yang berharga ratusan bahkan milyaran tak lagi ia perdulikan, semua hancur sama seperti hati Alfaro saat ini.
Dari luar ruangan, beberapa pelayan berkumpul. Mereka khawatir, siapa tahu saja sang majikan melakukan hal yang tidak-tidak kepada dirinya sendiri.
"Apa yang harus kita lakukan? Tuan Al bisa semakin mengamuk."
"Kamu sih, sudah aku bilang jangan berikan surat itu."
"Mana aku tahu jika akan seperti ini."
"Sudah-sudah, jangan bertengkar, lebih baik sekarang kita hubungi seketaris Aril saja."
Satu-satunya orang yang bisa mereka hubungi adalah Aril. Orang yang sudah mendampingi Alfaro di perusahaan selama tujuh tahun belakangan. Aril bukan hanya sekertarisnya, tapi mengcangkup segala hal dalam hidup Alfaro.
...***...
Aril langsung berlari dengan cepat, masuk kedalam mansion mewah itu. Langkahnya terhenti saat melihat para pelayan yang sedang duduk di sofa yang ada di samping tangga.
"Di mana Tuan Al?" tanya Aril.
"Di ruang kerjanya Tuan," jawab salah satu pelayan itu.
Dengan gerakan cepat Aril berlari menaiki tangga menuju lantai dua. Saat sampai di depan pintu, tanpa ragu ia langsung membuka pintu ruang kerja itu.
Aril bisa melihat, jika saat ini Alfaro sedang duduk di lantai dengan tangan berlumuran darah. Prihatin, mungkin itu lah yang di rasakan Aril saat melihat kondisi Alfaro saat ini.
Perlahan ia melangkah medekati Alfaro dan duduk bersimpuh di hadapannya. Nafasnya masih tersengal-sengal, karena berlari menaiki tangga. Ia bisa melihat tatapan mata Alfaro yang nampak sendu. Sakit di tangannya saat ini tidak sebanding dengan sakit hati yang di rasakan.
"Tuan, tangan anda berdarah dan harus segera di obati," ucap Aril pelan.
"Aril?"
"Iya Tuan?"
"Apa kamu bisa memastikan Sarah tidak lagi mengirimkan apapun pada ku dan juga, apa kamu bisa memastikan dia tidak lagi muncul di hadapan ku," pinta Alfaro yang terdengar lemah.
"Tentu, tentu saja. Saya akan pasti Nona sarah tidak mengirim apapun lagi dan juga muncul di hadapan anda," ucap Aril dengan mantap.
Alfaro berdiri dari duduknya, ia mulai berjalan dengan darah yang terus menetes dari tangannya yang terluka. Aril memandang sang bos yang berjalan memunggunginya. Ia benar-benar tidak menyangka hidup Alfaro akan berubah seratus delapan puluh derajat, karena sebuah pengkhianatan.
Selama tujuh tahun mendampingi Alfaro, Aril tahu betul jika sang bos, adalah orang yang baik, ramah kepada semua orang dan tentunya sangat setia kepada sang istri. Dalam waktu hitungan bulan semua itu berubah. Banyak hal yang membuat Aril terkejut, mulai dari perceraian, pernikahan kontrak dengan wanita asing dan emosi Alfaro yang meledak-ledak tidak terkendali.
Tuhan, kembalikan semua kebahagiaan itu untuknya, dia sudah cukup menderita saat ini, batin Aril.
...***...
Matahari kembali datang untuk menjadi saksi bisu takdir sepasang anak manusia yang akan segera terikat pernikahan di atas kertas.
Arumi dan Dinda yang baru saja bangun dari tidur. Mereka diam mematung saat segerombolan orang berdiri di depan mereka.
"Kalian siapa?" tanya Arumi bingung.
"Selamat pagi Nona, kami di tugaskan oleh Tuan Aril untuk membantu Nona bersiap-siap," ucap seorang pria pertulang lunak dengan penampilan yang sangat mencolok.
Bersambung 💓
Jangan lupa like komen vote ya readers 🙏😊
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 136 Episodes
Comments
Lina ciello
gek. iki yaw sugih , bagus, setia malah diselingkuhi ... gek cewe e kui golek opoo ngunu 😤
2023-05-12
1
💓yin & yang💓
arumi yg baru berumur 20thn kok sdh lulus kuliah? bukannya 20 br mulai kuliah ya.?
2022-08-24
1
teni susilawati
jadi salfok sama pria bertulang lunak 🤭🤭
dipresto kali ah outhor ni 😄😄
2022-01-08
0