"Pantas saja Refan menolak di jodohkan dengan Kinan karena pacarnya jauh lebih cantik dari Kinan. Lihatlah penampilan Kinan yang selalu tertutup dengan jilbabnya dan wajahnya juga terlalu polos. Sementara pacar Refan sangat modis, pintar bergaya dan mengurus tubuhnya. Wajahnya juga sangat cantik" ujar seorang tetangga yang berbincang membandingkan aku dengan istrinya Refan saat itu.
Hati wanita mana yang tidak sakit kalau sudah dibandingkan secara fisik dengan orang lain. Mungkin kalau aku tidak mendengar omongan seperti itu luka hatiku tidak akan sedalam ini tapi mau bagaimana lagi aku sudah terlanjur mendengarnya.
Setelah kejadian itu, aku semakin tertutup dan sangat jarang keluar rumah. Aku merasa sangat malu bila bertemu dengan para tetangga. Kedua orang tuaku pun sangat mengetahui sakit hatiku saat itu.
Aku kini menatap wajah kedua orang tuaku secara bergantian.
"Kinan tidak bisa menjawabnya sekarang Ma, Pa. Beri Kinan waktu untuk berfikir" Pinta Kinan.
"Iya sayang, tapi jangan terlalu lama. Kasihan putrinya Refan sangat membutuhkan seorang Ibu" Jawab Mama Kinan.
"Papa kasih kamu berfikir seminggu ya. Dan Papa harap kamu melupakan kejadian lima tahun yang lalu dan memaafkannya. Semua sudah terjadi nak. Awalnya Papa juga ingin menolak mereka tapi Papa berfikir, mengapa Allah sampai memberi dua kali kesempatan seperti ini untuk kamu. Mungkin dia memang jodoh kamu, namun dulu sempat tertunda" Nasehat Papa Kinan.
Kinan terdiam mencoba menelaah perkataan Papanya. Apakah memang benar seperti yang di katakan Papanya.
Kinan jadi teringat pembicaraannya dengan sahabatnya Nita satu tahun yang lalu.
Flashback On.
"Nita aku masih memimpikannya" Ungkap Kinan saat mereka janjian ketemu dengan sahabatnya Anita.
"Refan?" Tanya Nita tak percaya.
Kinan menganggukkan kepalanya kearah Nita.
"Aku merasa bersalah sama Mas Bima" Kinan terlihat sedih.
"Mungkin kamu masih terus memikirkan Refan Nan?" Balas Nita.
"Kalau aku ingat - ingat aku tidak ada memikirkannya sebelumnya. Aku membatasi menutup semua informasi tentang dia. Walau terkadang saat aku ke rumah Mama dan bertemu dengan sepupuku mereka sempat bercerita tentang rumah tangganya Refan. Mereka bilang Refan itu sudah durhaka pada Papanya karena tidak mau memenuhi amanah terakhir Papanya. Makanya sampai sekarang istrinya belum juga hamil. Padahal mereka sudah empat tahun menikah. Malah aku duluan yang punya anak" Ceritaku pada Anita.
"Kamu belum ikhlas kali memaafkannya" Anita memegang tanganku.
"Aku sudah memaafkannya Nit. Aku sudah bahagia dengan Mas Bima. Mas Bima mencintaiku dan memanjakanku. Aku sangat - sangat bahagia menjadi istrinya. Sudah cukup Mas Bima bagiku. Aku tidak butuh yang lain" Ungkapku.
Aku menarik nafasku panjang.
"Aku selalu berdoa dan meminta kepada Allah untuk menjauhkan aku dari apapun yang berhubungan dengan Refan, semuanya. Aku lelah dan merasa bersalah pada Mas Bima, Nita. Sudah menikah tapi masih saja memimpikan pria lain. Sudah empat tahun berlalu tapi dia selalu saja muncul dalam mimpiku." Ujarku sedih.
"Iya apalagi kalau kamu sampai memanggil - manggil namanya saat tertidur. Waaah bisa bahaya Nan" Anita menutup mulutnya dengan kedua tangannya.
"Itu makanya aku sangat takut Nit. Bagaimana caranya ya agar dia tidak hadir lagi di mimpiku. Aku benar - benar lelah dengan semua ini" Ucapku pada Anita.
Anita menepuk bahuku pelan.
"Apa dia ya yang masih sering mengingat kamu? Makanya dia hadir dalam mimpi kamu?" Ujar Anita.
"Ngapain dia mengingatku, dia juga sudah bahagia dengan istrinya. Kan dia yang dulu menolak ku berarti dia gak suka padaku, untuk apa dia mengingatku" Balasku.
"Mungkin dia merasa bersalah pada kamu" Jawab Anita.
"Hahaha... Kalau dia merasa bersalah harusnya sejak dulu dia minta maaf Nit.. Nit. Ngaco ah fikiran kamu" Bantahku.
"Sudahlah Nan, yang penting sekarang kamu tidak usah memikirkan arti mimpi kamu. Banyak - banyak bernyanyi saja" pesan Nita.
"Nyanyi Nit, nyanyi apaan. Kamu jangan macem - macem ah pesannya" balasku.
"Nyanyi lagunya Gheisya.. Lumpuhkanlah ingatanku jika itu tentang dia.. Kuingin ku lupakannya.... " Jawab Nita sambil bersenandung.
Flashback Off
"Kalau begitu Mama dan Papa pergi dulu ya, kami mau pergi undangan, tempatnya gak jauh dari rumah kamu ini makanya kami tadi sekalian singgah. Lagian ini memang berita yang sangat penting untuk kamu dengar" ucap Mama.
"Jangan lupa kata - kata Papa tadi. Fikirkan secara baik - baik. Salman butuh sosok seorang Papa sedangkan putri Refan butuh sosok seorang Ibu Nan. Itu saja dulu tujuan kalian menikah. Kalau soal cinta Papa yakin seiring berjalannya waktu pasti akan tumbuh diantara kalian. Yakinlah pada Papa" ucap Papa Kinan meyakinkan.
Mama Kinan menepuk bahu Kinan lembut.
"Shalat istikharah saja nak, minta kepada Allah diberi jawaban yang terbaik untuk hidup kamu. InsyaAllah Allah pasti akan berikan jalannya" sambung Mama Kinan.
Papa dan Mama Kinan segera berdiri dari sofa ruang TV Kinan.
"Salman... Oma dan Opa pulang dulu ya" Mama Kinan pamitan kepada cucunya.
"Kok cepat sekali Oma?" tanya Salman.
"Oma dan Opa mau pergi undangan dulu. Minggu depan nanti Oma datang lagi ya. Atau kamu saja yang datang kerumah Oma ajak Mama kamu ya" jawab Mama Kinan.
"Ayo sayang salim dulu sama Opa dan Oma" perintah Kinan pada putranya.
Salman segera berdiri dan mencium tangan kedua orang tua Kinan begitu juga Kinan. Papa dan Mama Kinan berjalan ke luar rumah dan masuk ke dalam mobil mereka.
Kinan membuka pintu pagar rumahnya dan menatap kepergian kedua orang tuanya dengan perasaan yang tidak menentu.
Fikirkannya kembali teringat pada pembicaraan dengan Papa dan Mamanya tadi.
Menikah lagi? Haruskah dua menikah lagi? Kinan bertanya pada perasaannya sendiri. Dia menatap wajah putranya dan mengajak Salman masuk kembali ke dalam rumah.
Haruskah Mama cari pengganti Papa kamu sayang. Apakah benar kamu membutuhkan sosok seorang Papa? Tidak cukupkan Papa kamu saja yang ada dalam kenangan kita? Kinan menatap sedih ke arah Salman.
"Mama aku mau bermain di kamar ya" pinta Salman.
"Iya sayang" jawab Kinan.
Salman kini meninggalkan Kinan sendirian duduk di depan TV ruang keluarga di rumahnya.
Dia kembali teringat pada sahabatnya Anita. Seperti dia harus membicarakan hal ini kepada Anita untuk tempat bertukar fikiran. Mudah - mudahan dia mendapatkan pencerahan setelah berbincang dengan Anita.
Kinan segera mencari ponselnya, ternyata tertinggal di kamarnya. Kinan duduk di atas tempat tidur sambil memainkan ponselnya. Kinan mencari nama Anita di kontak ponselnya.
Setelah menekan nama Anita, ponselnya langsung terhubung dengan Anita.
"Assalamu'alaikum Naaaan... Sudah lama kita tidak teleponan ya. Gimana kabar kamu?" tanya Anita dari seberang.
"Wa'alaikumsalam Nit. Alhamdulillah baik" jawab Kinan.
"Tumben kamu yang hubungi aku, biasanya kan aku yang selalu telepon kamu kecuali ada sesuatu yang ingin kamu bicarakan. Pasti saat ini ada sesuatu yang ingin kamu bicarakan padaku?"...
.
.
BERSAMBUNG
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 359 Episodes
Comments
Budyparyanti
dulu ajj dia seenak xa mutusin km dengan alasan yg juga seenak xa sendiri giliran sekarang malhan minta melanjutkan hubungan, egois bgt laki" kaya gt yg mau di jadiin panutan buat anak kamu kinan......mending g usah lah
2023-11-27
1
May Keisya
ga penting kli Buu....yg penting itu anak ibu sndr...lah ini🤦
2023-07-10
1
May Keisya
jgn pada maksa Napa..Kinan juga berhak bhgia dgn pilihan hidupnya...
2023-07-10
1