Waktu berlalu begitu cepat. Tanpa disadari aku sudah berumur 17 tahun sekarang. Tidak banyak yang berubah dari kehidupanku tapi setidaknya sekarang jauh lebih baik daripada sebelumnya. Apalagi aku memiliki dia di sampingku.
Hoseok
Yoongi, aku harus bilang berapa kali padamu agar tidak menaruh handuk basahmu itu sembarangan?!
Yoongi
Memangnya kenapa? Handuk itu tidak berada di sembarang tempat, dia berada di tempat seharusnya berada.
Hoseok
Oh, astaga kau sungguh menyebalkan. Kenapa kau sangat keras kepala? Kau hanya perlu menggantungnya di gantungan baju, apa susahnya melakukan itu?
Yoongi
Hoseok kau sangat berisik, ibuku saja tidak peduli bagaimana caraku meletakkan handukku.
Hoseok
Itu karena ibumu tidak peduli padamu.
Yoongi
Bagus kalau kau tahu.
Bercanda seperti ini bahkan tidak menyakiti perasaanku karena aku sudah terbiasa dengannya. Tidak seperti di awal kami berdua yang saling berhati-hati. Tapi sekarang kita sudah bisa saling terbuka seperti ini. Atau mungkin hanya aku yang beranggapan seperti itu karena sampai sekarang aku tidak tahu apapun tentangnya selain namanya.
Tapi jika aku pikir lagi, memangnya kenapa dengan itu? Bagiku kehadiran Hoseok jauh lebih penting daripada identitasnya. Apa sekarang ini aku terlihat bodoh karena haus akan perhatian? Iya itulah aku. Dan aku tidak peduli.
Karena bagiku Hoseok adalah keajaiban, satu-satunya keajaiban yang kupunya. Bahkan jika orang-orang menganggapku gila karena terlihat berbicara dengan angin kosong, memangnya kenapa? Yang kupilih akhirnya adalah Hoseok, bukan mereka.
Karena pohon kecil bisa tumbuh hanya dirinya sendiri dan dengan bantuan matahari. Dan pohon kecil itu sudah tumbuh besar dan hanya butuh sang matahari untuk bersamanya.
Comments