...Cerita ini merupakan asli karanganku sendiri, bila ada kesamaan latar tempat, nama, cerita, dan lain hal, itu bukanlah sebuah unsur kesengajaan. Cerita ini adalah cerita yang sangat umum di dapatkan. Hanya karya yang ku buat untuk menuangkan imajinasiku saja. ...
...***...
...HAPPY READING...
...***...
Sudah dua hari aku berada di zaman ini, sungguh menyusahkan. Aku tidak bisa pergi kemana-mana. Aku hanya menghabiskan waktuku lebih lama di dalam gelang ruang untuk mempelajari beberapa ilmu bela diri dan alkemis.
Aku sempat melihat wajahku di cermin, masih wajahku yang dulu namun lebih kusam dan tidak terawat. Aku sedang berusaha membut pil kecantikan dan berniat untuk mmbeli beberapa bahan untuk membuat masker alami seperti di zaman modern.
"Xio Xia,"
"Ia nona ada apa?"
"Aku ingin kepasar, apakah kita memiliki uang?" tanyaku padanya.
"Sebenarnya setiap bulan di setiap paviliun akan diberi jatah 3 tael emas nona. Namun nyonya Yan hanya memberikan kepada paviliun teratai 1 tael perak saja selama ini,"
"Sungguh ibu tiri yang jahat. Tapi tidak apa, aku akan menghasilkan uang yang banyak,"
Xio Xia hanya diam melihatku, mungkin dia heran melihatku seperti itu.
"Antar aku ke pasar, aku ingin membeli sesuatu," pintaku padanya setelah memasang cadar di wajahku.
"Tapi nona, nanti nyonya Yan marah jika tahu nona meninggalkan kediaman ini," Xio Xia berlutut berusaha untuk menggagalkan niatku.
"Tenang saja, kita tidak akan ketahuan,"
Aku mengajaknya menuju ke arah belakang pavilion teratai. Disana terdapat pintu rahasia sesuai dengan ingatan Fei Wei ini.
Dulu saat kecil, ia sering keluar lewat sana. Ternyata dulu dia cukup nakal hahahaha.
Kami telah sampai di pasar yang cukup ramai, "tidak buruk juga" pikirku saat melihat pasar yang tidak jauh berbeda dengan di zaman modern.
Aku mulai mencari beberapa bahan untuk membuat pil-pil kesayanganku. Meski kualitas di pasar ini tidak terlalu tinggi, namun tak apa jika di campur dengan air suci.
"Hei apakah kalian dengar, katanya kemarin terdengar suara aneh yang berasal dari hutan keramat"
Ku dengar salah satu orang berbicara dengan temannya.
"Ia, sungguh mengerikan. Meski disana penuh dengan tanaman herbal, namun spirit beastnya sangat menakutkan. Tidak ada orang yang berani masuk ke dalam sana"
"Hutan keramat? Apakah seperti di novel-novel?" pikirku menerawang.
"Xio Xia, mari kita makan dulu, aku sangat ingin mencicipi makanan di pasar ini"
"Baik nona"
Kami menuju ke salah satu kedai makanan yang cukup ramai. Saat hendak memesan kulihat seorang bocah laki-laki berumur 10 tahunan dan gadis kecil kira-kira berusia 5 tahun sedang menangis di dekat kedai itu sambil memegang perutnya.
"Xio Xia, pesan lah dulu 4 porsi ya, aku ingin ke sana dulu"
"Kenapa banyak sekali nona? Kita kan hanya berdua?"
"Pesan saja"
Setelah mendapat anggukan dari Xio Xia, aku menuju ke arah kedua anak kecil tersebut.
"Hai gadis manis, kalian kenapa menangis?"
Kulihat tatapan ketakutan terpancar di bola mata gadis kecil tersebut.
Baju mereka yang sudah sangat kotor dengan penampilan yang berantakan membuatku bisa menebak jika mereka bukanlah anak-anak yang beruntung.
"Kami kelaparan nona, adik saya juga belum makan sejak tadi pagi" jelas anak laki-laki itu sambil memeluk adiknya yang masih menangis.
"Kalian lapar, kebetulan kakak punya makanan, ayo ikut kakak. "
Awalnya mereka ragu, namun ku yakinkan hingga mereka mau untuk ikut denganku masuk ke dalam kedai.
Tepat saat kami sampai, makanan yang di pesan Xio Xia juga sampai.
“Kalian boleh makan sampai kenyang, tenang kakak yang akan membayarnya."
Awalnya merekaragu untuk menyantap makanan yang tersaji di depan mereka, tetapi karena sudah terlalu lapar, perlahan mereka mulai menikmatinya.
"Oh iya, dimana orang tua kalian?" tanyaku kepada mereka.
"Orang tua kami sudah meninggal kak,"
Aku turut sedih mendengar mereka sudah tidak memiliki orang tua diusia yang masih sangat muda.
"Lalu kalian mendapatkan uang darimana? Rumah kalian dimana?"
"Kami tinggal di pinggir hutan keramat kak. Setiap hari aku mengumpulkan tanaman herbal yang ada dipinggiran hutan keramat lalu menjualnya dipasar dengan harga 2 koin perak kepada beberapa pedagang.”
Yang benar saja mereka menjualnya dengan harga 2 koin perak, sedangkan harga tanaman herbal disini paling murah adalah 10 koin perak. Sungguh kejam mereka kepada anak-anak ini.
"Apakah kakak boleh mengunjugi rumah kalian? Kakak ingin melihat hutan keramat dari dekat." ucapku yang dibalas anggukan oleh ARong
Kami menghabiskan makanan sambil mendengarkan cerita dari mereka.
*****
Saat sampai dirumah mereka, terlihat bangunan yang tidak terlalu besar namun cukup nyaman untuk diitempati.
"Kalian bener hanya tinggal berdua disini?"
Kuletakkan beberapa bahan masakan yang sebelumnya sempat kami beli sebelum kesini. Aku juga membelikan sepasang baju untuk mereka.
"Ia kak, kami hanya berdua disini"
"Kakak suka temani A Li main disini"
Gadis kecil yang bernama A Li itu tersenyum menatap kakaknya A Rong. Aku bisa melihat pancaran kebahagiaan dimata mereka, meski mereka hanya tinggal berdua.
“Kalau begitu, mari bantu kakak untuk embereskn belanjaan ini. Nanti temani kakak untuk berkeliling sebentar di rumah kalian.”
Setelah membereskan bahan masakan dan beberapa barang mereka, A Rong dan A Li mengajak kami untuk berkeliling. Di daerah ini semua rumah Nampak berjauhan. Di belakang rumah A Rong berbatasan langsung dengan hutan keramat. Disanalah ia sering mengumpulkan tanaman herbal yang tumbuh subur. Aku dapat melihat beberapa tanaman seperti rumput flow, bunga war, dan lainnya.
“A Rong A Li, kak Fei dan Kak Xia harus pulang sekarang, terima kasih sudah mengiinkan kami untuk mberkeliling di rumah kalian.
"Kami yang seharusnya berterima kasih kepada kakak-kakak sekalian karena sudah memberikan kami makan.” Ucap A Rong tulus.
“Tidak apa-apa, dan ini ambillah 1 koin emas ini sebagai pegangan kalian jika terjadi sesuatu. Dan ingat pesanku, jangan menjual tanaman herbal lagi dengan harga yang murah. Juallah dengan harga 5 koin perak, mengerti?”
"Baik kak, aku akan ingat"
"Bagus, besok kakak akan ada di pasar lagi, kalia datanglah ke kedai tadi jam 10 pagi" A Rong menganggukkan kepala mengerti, mereka melambaikan tangan mengiringi kepergian kami.
Aku dan Xio Xia kembali ke kediaman Jendra Lu melewati pintu rahasia dekat paviliun teratai.
Fei Wei memperhatikan cincin berwarna biru cerah yang tersemat dijari telunjuknya, “Xio Xia, incin ruang apa
ini?”
“Menjawab nona, cincin ruang yang ada di jemari nona adalah cincin ruang tinggi dengan kapasitas 200 ribu barang dan 1 juta tael emas. Cincin itu bernilai 1.000 tael emas yang sudah bersama nona sejak berusia 8 tahun.”
“Wah, ternyata cincin ruang ini sangat mahal. Apakah di paviliunku ada barang berharga lainnya?”
“Tidak ada nona, semua barang yang ada dipaviliun teratai diatur sendiri oleh nyonya Yan. Beliau hanya menempatkan beberapa barang kualitas rendah ditempat nona, bahkan pakaian yang ada dilemari nona hanya beberapa saja, itupun tidak ada yang kualitasnya tinggi.”
Sungguh keterlaluan ibu tiri itu. Akan ku buat ia membalas semua perlakuannya secara perlahan.
“Dari mana saja kalian!” seorang pelayan yang ku kenali bernama pelayan Zu membuatku kaget. Ia adalah pelayan pribadi Nyonya Yan.
"Kami baru saja berjalan-jalan di taman, ada apa?" tanyaku dengan wajah tenang agar ia tidak curiga.
"Kalian di panggil ke paviliun Bulan, Jendral Lu ingin bertemu kalian. Cih kalau bukan karena Nyonya Yan yang menyuruh memanggil kalian, aku tidak akan sudih untuk menginjakkan kaki di paviliun ini."
Ku lihat wajahnya yang yang menampakkan ekspresi jijik dan tidak suka kepadaku, ingin rasanya ku pukul wajahnya. Beraninya dia kepada putri pertama Jendral Lu.
"Baiklah kami akan kesana," Xio Xia menjawab dengan penuh kehati-hatian. Terlihat jelas bahwa ada rasa takut di wajahnya.
Kami berjalan menuju ke paviliun Bulan, paviliun yang sebelumnya milik ibuku yang sekarang menjadi milik Nyonya Yan.
*****
Tbc......
INFO
Mata Uang :
1 tael emas = 1.000 tael perak
1 tael perak = 10.000 koin emas
1 koin emas = 1000 koin perak
1 koin perak = 1000 koin tembaga
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments