Di kediaman keluarga Fernandez terlihat ramai. Mereka tengah berkumpul di ruang tengah. Mereka berkumpul di ruang tengah sembari untuk menghibur Andra, Adnan dan Merryn karena ibu mereka sedang koma di rumah sakit Amerika.
Ketika mereka sedang mengobrol, tiba-tiba terdengar suara ponsel milik Huliya Fernandez yang tak lain adalah ibu kandung dari Julian Fernandez.
Mendengar suara ponselnya, Huliya mengambil ponselnya yang ada di sampingnya dan melihat nama 'Julian' putra sulungnya di layar ponselnya. Huliya pun langsung menjawabnya.
"Hallo, Julian!"
Mendengar Huliya menyebut nama Julian. Sontak mereka semua mengalihkan perhatiannya melihat kearah Huliya, termasuk Andra, Adnan dan Merryn.
Andra, Adnan dan Merryn. kini sudah diliputi perasaan takut. Takut akan kehilangan.
"Hiks... Amanda... Hiks."
"Amanda? Kenapa Amanda, sayang?"
Andra, Adnan dan Merryn sudah menangis ketika sang Nenek menyebut nama ibu mereka.
"Nek, kenapa dengan Mama? Papa bilang apa?" tanya Merryn.
Andra berdiri dari duduknya, lalu menghampiri neneknya. Detik kemudian, Andra mengambil ponsel neneknya itu. Huliya yang melihat cucunya yang mengambil ponselnya tidak marah sama sekali. Dirinya tahu bahwa cucunya saat ini benar-benar sedih juga takut. Begitu juga dengan anggota keluarga lainnya. Mereka memaklumi hal itu.
"Papa, ini aku. Katakan padaku. Kenapa Mama. Apa Mama sudah sadar? Apa Mama sudah bangun dari tidur panjangnya?"
Andra yang berada di seberang telepon tidak bisa membendung kesedihannya ketika mendengar rentetan pertanyaan dari putra sulungnya.
"Andra. Ma-mamamu," lirih Julian.
"Katakan, Pa! Aku tidak apa-apa. Katakan, kenapa Mama?"
"Mamamu sudah pergi. Mama pergi dengan senyuman di bibirnya. Selama ini Mama bertahan untuk kita. Mama bertahan agar bisa diberikan kesempatan untuk meminta izin kepada Papa."
"Maksud Papa, Mama..."
"Iya, sayang! Mama sempat sadar. Mama sadar hanya untuk meminta izin kepada Papa. Mamamu bilang kalau dia lelah dan ingin tidur. Mamamu meminta kepada Papa untuk tidak menyalahkan Darren. Mamamu bilang kalau Darren tidak salah. Justru Darren yang sudah menolong Mamamu dan Tante Clarissa. Dan Mamamu juga meminta Papa buat jagain Darren untuk gantiin Mamamu karena Tante Clarissa pernah meminta Mamamu untuk menjaga Darren jika Tante Clarissa pergi."
Mendengar penjelasan dari Ayahnya, Andra langsung mengerti. Sama seperti ayahnya, Andra juga menaruh kepercayaan besar terhadap Andra, adik sepupunya itu. Sejak kejadian dimana Ibu dan Tantenya diserang sehingga mengakibatkan tantenya meninggal dan ibunya koma, Andra tidak percaya akan ucapan dan penjelasan orang itu yang mengatakan bahwa Darren pelakunya. Begitu juga dengan kedua adiknya.
Sementara untuk Pamannya yang tak lain adalah Ayah kandung dari adiknya itu dan kelima saudara sepupunya justru lebih mempercayai perkataan orang lain dibandingkan percaya denga putra dan adik kandung sendiri.
Namun, semuanya sudah terlambat. Ibunya menitipkan adik sepupunya kepada ayahnya agar ayahnya menjaganya. Sementara yang dititipkan sudah terlebih dahulu pergi meninggalkan dunia menyusul ibunya.
"Ren, kakak merindukanmu! Maafkan Kakak. Maafkan kakak yang tidak ada di sampingmu ketika keluargamu bersikap buruk kepadamu. Semoga kau bahagia di atas sana bersama ibumu dan Mama," batin Andra.
"Aku mengerti, Pa! Sekarang Papa dimana dan sedang apa? Kapan Papa akan membawa Mama pulang?"
"Papa di rumah sakit. Saat ini Papa sedang mengurus kepulangan Mama ke Jerman."
"Baiklah, Pa! Aku dan yang lainnya akan mengurus semuanya disini. Papa baik-baik saja disana."
"Baiklah, sayang!"
Setelah selesai berbicara dengan ayahnya, Andra mengembalikan ponsel itu kepada neneknya.
"Kak, kenapa dengan Mama?" tanya Merryn.
Andra tidak langsung menjawab pertanyaan dari adik bungsunya itu, justru Andra langsung memeluk kedua adiknya itu sekaligus.
"Kalian harus ikhlaskan Mama ya! Mama sudah pergi dengan damai. Mama pergi menyusul tante Clarissa."
Mendengar ucapan dari kakaknya seketika tangis Adnan dan Merry pecah. Begitu juga dengan anggota keluarga lainnya. Mereka menangis ketika mendengar ucapan dari Andra.
"Mama... Hiks," isak tangis Adnan dan Merryn.
"Ikhlaskan, Mama!" Andra mengeratkan pelukannya kepada kedua adiknya.
"Sebelum Mama pergi. Mama sudah mengatakan banyak hal kepada Papa. Salah satunya mengenai Darren, adik sepupu kita! Mama meminta kepada Papa untuk tidak menyalahkan Darren. Mama bilang kalau Darren tidak salah. Bahkan Mama menitipkan Darren kepada Papa."
Merryn melepaskan pelukan dari Andra, lalu menatap wajah tampan kakaknya itu.
"Tapi Darren sudah tidak ada. Darren sudah pergi meninggalkan kita." Merryn menangis. Dirinya sangat merindukan adik manisnya itu.
"Kak. Seandainya Darren masih hidup. Aku bersedia menjaganya karena aku sangat menyayanginya. Sekali pun Mama tidak mengatakan hal itu kepada Papa. Aku tidak akan pernah menyalahkan Darren. Aku bukan keluarga Austin yang lebih percaya orang lain dibandingkan keluarga sendiri. Aku Merryn Fernandez. Keluarga Fernandez lebih mengutamakan rasa kepercayaan dalam keluarga. Sebelum menuduh, keluarga Fernandez akan mencari bukti terlebih dahulu. Dan jika pun bersalah, keluarga Fernandez akan memberikan hukuman yang sangat bijak. Tidak seperti keluarga Austin yang memberikan penghinaan, makian, pukulan berakhir pengusiran."
"Kau benar, Merryn! Keluarga Fernandez keluarga terhormat. Keluarga Fernandez tidak akan melakukan hal keji seperti itu. Seandainya Darren masih hidup. Kakak juga bersedia menjaga dan melindunginya," Adnan menambahkan.
"Darren, kakak rindu kamu!" batin Adnan.
Baik Andra maupun anggota keluarga lainnya tersenyum bangga akan ucapan yang dilontarkan oleh Adnan dan Merryn. Mereka membenarkan apa yang telah diucapkan oleh keduanya bahwa mereka tidak akan melakukan hal serendah itu hanya sebuah video atau pun laporan dari orang-orang yang tidak mereka kenal.
"Kelak kalian akan merasakan beribu penyesalan akan sikap buruk kalian terhadap Darren," batin Adnan.
"Aku jamin kalian semua akan merasakan penyesalan yang sangat menyakitkan setelah kalian mengetahui fakta yang sebenarnya," batin Merryn.
"Aku ingin melihat kesakitan, penderitaan dan tangis penyesalan kalian ketika kalian semua mengetahui bahwa Darren tidak bersalah," batin Andra.
"Ya, sudah! Lebih baik sekarang kita siapkan semua keperluan untuk menyambut jenazah ibu kalian!" seru Jordy Fernandez selaku putra kedua dari keluarga Fernandez.
Setelah itu, mereka semua pun bersiap-siap untuk pulang ke rumah milik Julian.
***
Darren saat ini sudah berada di Perusahaan miliknya. Perusahaan yang dibangun sendiri olehnya sejak duduk di bangku kelas 1 SMP hingga sekarang. Perusahaan tersebut diberi nama DRN CORP. Perusahaannya kini sudah sangat berkembang dan terkenal di 30 negara besar di dunia.
Tidak banyak yang tahu siapa nama pemilik dari Perusahaan DRN CORP tersebut. Selama ini Darren selalu merahasiakan identitas aslinya. Darren memberikan kepercayaan Perusahaannya kepada empat orang tangan kanannya untuk menjalankan Perusahaan tersebut. Sementara Darren bekerja di belakang layar.
Empat tangan kanannya menjabat sebagai Direktur, Wakil Direktur, Jenderal Manager, Sekretaris dan Asisten pribadi. Sementara Darren sendiri sebagai Presiden Direkturnya sekaligus pemilik Perusahaan.
Darren saat ini sedang berkutat dengan berkas-berkas yang menumpuk di atas meja. Semua berkas-berkas itu harus segera ditandatangani olehnya.
Ketika Darren tengah fokus melihat dan membaca isi dari masing-masing berkas tersebut, seketika terukir senyuman di sudut bibirnya saat mengetahui pemilik dari dua berkas tersebut.
"Eem. Berani juga kalian mengirimkan berkas kerja sama ke Perusahaanku. Kalian pikir aku sudi menjalin hubungan kerja sama dengan manusia sampah seperti kalian. Aku bersumpah akan membuat kalian hancur."
Darren menghubungi asistennya untuk menyuruhnya datang ke ruangannya. Dan tak butuh waktu lama. terdengar ketukan pintu dari luar.
Darren yang mendengar suara ketukan pintu langsung bersuara.
"Masuk!"
Setelah itu, terdengar suara pintu yang dibuka. Dan masuklah seorang pemuda yang tak lain adalah asistennya.
"Ada apa, Bos?"
"Kembalikan dua berkas ini kepada Haykal. Katakan padanya untuk mengembalikan kedua berkas ini kepada pemiliknya. Aku sebagai pemilik Perusahaan tidak sudi menjalin hubungan dengan dua Perusahaan itu."
Darren berbicara dengan wajah dingin dan datar. Jangan lupa tersirat kilatan amarah dalam matanya.
"Baik, Bos!"
Asisten tersebut mengambil dua berkas yang ditunjuk oleh Darren. Setelah itu, Asisten itu keluar meninggalkan ruang kerja Darren.
Setelah kepergian Asistennya, Darren kembali fokus dengan pekerjaannya. Namun, beberapa menit kemudian, Darren dikejutkan dengan suara ponsel miliknya.
Darren melihat kearah ponselnya yang tergeletak di sampingnya. Di layar ponsel miliknya itu tertera nama 'Vicky' tangan kanannya. Darren mengambil ponselnya dan kemudian menjawab panggilan tersebut.
"Hallo, Vicky! Ada apa?"
"Hallo, Bos! Aku ada kabar duka untukmu, Bos!"
Mendengar perkataan Vicky yang mengatakan ada kabar duka untuknya, sontak membuat tubuh Darren menegang. Bayangan-bayangan dimana ibunya pergi meninggalkannya untuk selamanya berputar-putar di kepalanya.
"Ka-katakan. Kabar duka apa? Siapa yang meninggal?"
"Nyonya Amanda meninggal, Bos! Sekarang ini jenazah Nyonya Amanda dalam perjalanan menuju Hamburg, Jerman."
Seketika air mata Darren meluncur begitu saja membasahi wajah tampannya. Darren menangis. Ini yang kedua kalinya Darren harus kehilangan. Kehilangan dua wanita dalam hidupnya.
"Jenazah Nyonya Amanda akan dibawa pulang ke rumah Tuan Julian, Bos!"
"Baiklah."
Setelah itu, Darren langsung mematikan teleponnya. Dan tangisan Darren pun seketika pecah.
"Tante Amanda... Hiks. Kenapa Tante pergi? Mama sudah pergi meninggalkanku. Kenapa sekarang Tante ikut-ikutan pergi juga. Hiks... apa Tante tidak menyayangiku lagi? Apa Tante marah kepadaku karena aku terlambat menolong Tante dan Mama saat itu?"
Darren menghubungi Kakak perempuanya yaitu Saskia. Darren menceritakan kepada kakak perempuannya bahwa tantenya Amanda telah meninggal. Darren juga meminta kakak perempuannya itu untuk menemaninya datang melayat ke kediaman Julian Fernandez, om kesayangannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 187 Episodes
Comments