Kepergian Amanda

Darren sudah berada di Kampus. Ketika Darren tiba di Kampus, dirinya disambut oleh keempat sahabatnya. Dan saat ini Darren dan keempat sahabatnya berada di halaman Kampus.

"Aku tidak menyangka kau balik kesini lagi, Ren! Kita bakal kayak dulu lagi," sahut Chello.

"Iya. Aku juga senang bisa bertemu dengan kalian lagi." Darren benar-benar bahagia bisa bertemu dengan keempat sahabat-sahabatnya.

"Ren," panggil Chico.

"Iya, Chico!" Darren melihat kearah Chico.

"Bagaimana Perusahaan milik kamu di Amerika? Apa aman kamu tinggalin?" tanya Chico.

"Perusahaanku di Amerika saat sudah berkembang dan terkenal di beberapa negara. Dan untuk keamanannya. Aku sudah mempercayakan kepada empat orang kepercayaanku. Dan tiga cunguk itu." Darren tersenyum ketika menjelaskan tentang Perusahaannya yang ada di Amerika.

Zidan, Barra, Chico dan Chello tersenyum ketika mendengar Darren dengan tiga cunguk.

"Terua bagaimana Perusahaanmu yang ada disini? Kapan kau akan mulai kembali bekerja?" kini Zidan yang bertanya.

"Hari ini setelah pulang dari Kampus," sahut Darren.

Darren menatap satu persatu wajah keempat sahabatnya dengan senyuman manis di bibirnya. Dirinya benar-benar bersyukur dan juga bahagia karena memiliki orang-orang yang sangat menyayanginya, perhatian kepadanya, peduli kepadanya dan selalu ada untuknya.

"Terima kasih, ya!" Darren menatap keempat sahabatnya.

Mendengar Darren mengucapkan terima kasih membuat Barra, Chello, Zidan dan Chico bingung.

"Terima kasih kenapa, Ren?" tanya Barra dengan menatap Darren.

"Terima kasih untuk semuanya. Terima kasih karena kalian mau menjadi sahabatku," jawab Darren.

Chico, Zidan, Barra dan Chello tersenyum tulus menatap Darren. Di dalam hati mereka memiliki perasaan sama seperti Darren. Mereka juga bersyukur dan bahagia bisa bersahabat dengan Darren.

Darren dan keempat sahabatnya itu sudah menjalin hubungan persahabatan sejak duduk di bangku kelas satu sekolah dasar, lebih tepatnya keakraban mereka terjalin sejak naik ke kelas empat sekolah dasar. Jadi bisa dihitung sudah 15 tahun hubungan persahabatan Darren dengan keempat sahabatnya.

"Kami juga Ren! Kami bahagia bisa menjadi sahabatmu," ucap Chello dan diangguki oleh Chico, Zidan dan Barra.

"Oh iya! Zidan, aku butuh bantuanmu!"

"Butuh bantuan apa, Ren?" tanya Zidan.

"Aku ingin kau dan timmu mencari informasi mengenai penyerangan terhadap Mama dan tante Amanda. Dan juga kecelakaan yang menimpaku setahun yang lalu."

"Baik, Ren!"

"Chico, Barra, Chello. Kalian pantau dan awasi markas BLACK WOLF dan BLACK LION. Pastikan tidak ada penghianat di markas."

"Baik, Ren!"

Ketika Darren dan keempat sahabatnya sedang sibuk membahas masalah markas, tiba-tiba Afnan dan Naura datang bersama para sahabatnya. Mereka menghampiri Darren dan keempat sahabatnya.

"Darren," panggil Afnan.

Darren yang mendengar suara yang sangat dikenalnya memanggilnya langsung melihat ke asal suara tersebut.

"Kak Afnan, Kak Naura." Darren tersenyum melihat kedua kakaknya.

Afnan dan Naura tersenyum ketika melihat adiknya tersenyum.

"Sudah lama datangnya?" tanya Afnan sembari tangannya mengelus rambut Darren.

"Gak juga. Baru sepuluh menit yang lalu." Darren menjawab pertanyaan dari kakaknya. "Kak Afnan dan Kak Naura kenapa telat datangnya?"

"Gak telat, kok! Buktinya ketika kami datang waktunya masih ada lima belas menit lagi." Naura sengaja menjahili adik sepupunya itu.

Baik Naira maupun Afnan sebenarnya tahu maksud dari pertanyaan dari adiknya. Adiknya itu ingin disambut oleh mereka berdua ketika sampai di Kampus. Tapi malah justru adiknya yang terlebih dahulu yang sampai.

"Bukan itu maksudku, Kak! Ach, sudahlah! Percuma ngomong sama kalian." Darren membuang wajah kearah lain.

Afnan, Naura, sahabat-sahabatnya dan juga keempat sahabatnya Darren tersenyum ketika melihat wajah kesal Darren.

"Iih. Gitu aja marah. Ntar hilang cakepnya." JAfnan mengacak-acak rambut adiknya.

Darren menatap kedua kakaknya, lalu berkata. "Kak Afnan. Kak Naura."

"Ada apa, hum?" Afnan dan Naura tersenyum hangat menatap wajah tampan Darren.

"Pasti ketiga mantan kakakku yang dari keluarga Austin itu kuliah disini juga. Aku minta sama Kakak. Jangan sampai mereka tahu kalau aku adik kalian. Apalagi kalau mereka sampai tahu bahwa aku cucu dari keluarga Smith. Belum waktu mereka tahu siapa aku yang sebenarnya. Biarkan saja mereka terus menghina dan memakiku ketika bertemu denganku." Darren berbicara dengan wajah dingin. Tatapan matanya tersirat kebencian yang mendalam.

Afnan, Naura dan yang lainnya dapat melihat tatapan kebencian dari matanya Darren. Mereka sangat mengerti dan paham apa yang telah dialami oleh Darren satu tahu lalu.

"Tapi ada syaratnya!" seru Afnan menatap wajah adiknya.

"Apa syaratnya?" tanya Darren.

Afnan dan Naura saling lirik. Kemudian menatap wajah Darren.

"Biarkan kami ikut dalam permainan ketiga mantan kakakmu itu," sahut Afnan.

"Kami akan membalas setiap apa yang mereka perbuat kepadamu selama di Kampus," ucap Naura.

"Jadi, maksud Kak..." ucapan Darren terpotong karena Afnan sudah terlebih dahulu berbicara.

"Iya. Jika mereka mengusikmu selama di Kampus. Kami juga akan mengusik mereka. Kami tidak akan membiarkan mereka menyakitimu apalagi menyentuhmu." Afnan berbicara sambil menatap lekat wajah adiknya.

Darren tersenyum di sudut bibirnya. Dalam hatinya, Darren tidak keberatan kedua kakaknya melakukan hal itu. Bagi Darren, ketiga mantan kakaknya itu pantas mendapatkannya.

"Aku tidak keberatan. Selama di Kampus ini Kak Afnan dan Kak Naura bebas melakukan apa saja. Lagian mereka bukan siapa-siapaku lagi. Baik mereka dan juga keluarga mereka adalah musuhku, kecuali tante Amanda, Om Julian dan ketiga anaknya."

Darren memang sudah sangat membenci keluarga Austin. Dirinya sudah tidak sudi punya hubungan dengan keluarga itu lagi. Sekalipun darah yang mengalir dalam tubuhnya adalah darah yang berasal dari keluarga Austin. Tapi Darren sudah lagi menganggap keluarga Austin sebagai keluarganya. Namanya saja sudah berubah bukan lagi Darrendra Austin melainkan Darrendra Smith.

"Sepakat!" seru Afnan dan Naura.

"Ya, sudah! Lebih baik kamu dan sahabat-sahabatmu pergi ke kelas. Sebentar lagi bell masuk akan berbunyi." Naura berbicara sambil mengusap kepala Darren.

"Hm." Darren mengangguk.

Setelah itu, Darren dan keempat sahabatnya pergi meninggalkan Afnan, Naura dan para sahabatnya.

"Aku tidak akan membiarkan keluarga itu menyakiti adikku untuk yang kedua kalinya," batin Afnan.

***

Di rumah sakit Amerika terlihat seorang wanita cantik yang masih terbaring koma di atas tempat tidur di ruang rawat. Wanita itu adalah Amanda Austin dan sekarang menjadi Amanda Fernandes. Istri dari Julian Fernandes.

Kini yang menemani Amanda adalah Julian, sang suami. Sementara Victoria Austin, selaku ibu dari Amanda telah kembali pulang ke Sidney, Australia.

"Sayang. Bangunlah. Sudah satu tahun kau tidur. Apa kau tidak lelah, hum? Apa kau tidak merindukan kami?"

Julian menggenggam tangan Amanda. Sesekali Julian mengecup telapak tangan Amanda. Julian menangis melihat Amanda yang tidak kunjung membuka kedua matanya. Julian sangat yakin bahwa Amanda akan segar bangun dari komanya. Dan kembali pulang bersamanya ke Australia.

"Aku akan selalu menunggumu, sayang! Aku tidak akan pernah menyerah. Apapun itu." Julian mengecup kening Amanda.

Beberapa detik kemudian, Julian merasakan tangannya digenggam kuat oleh Amanda. Julian yang merasakan hal itu teramat sangat bahagia. Berlahan Amanda membuka kedua matanya. Julian yang melihat kedua mata Amanda terbuka menangis bahagia.

"Amanda," panggil Julian.

"Ju-julian," lirih Amanda.

"Iya, sayang! Ini aku." Julian membelai rambut Amanda.

Amanda berlahan melihat kearah Julian yang duduk di samping kanannya. Dapat dilihat olehnya suaminya yang tersenyum kepadanya.

Tiba-tiba Amanda membuka masker oksigennya. Melihat Amanda yang membuka masker oksigennya membuat Julian panik.

"Sayang. Apa yang kau lakukan? Kenapa dilepas?"

"Julian. Sepertinya aku tidak bisa berlama lagi menemanimu. Aku lelah, Julian! Aku ingin tidur. Biarkan aku pergi. Ikhlaskan aku."

"Amanda." Julian menggelengkan kepalanya dan air matanya yang mengalir membasahi wajah tampannya.

"Julian. Kamu jangan menyalahkan Darren atas apa yang terjadi padaku dan Kak Clarissa. Darren tidak salah. Justru Darren lah yang telah menyelamatkanku dan Kak Clarissa saat penyerangan itu terjadi. Darren datang bersama kelompoknya."

"Kau tidak perlu khawatir sayang! Aku dari awal menaruh kepercayaan besar terhadap keponakan manismu itu. Aku percaya kalau bukan Darren pelakunya. Keluargamu saja yang bodoh terlalu percaya perkataan orang lain dari pada percaya dengan Darren."

"Terima kasih, sayang! Aku titip anak-anak. Jaga mereka dengan baik. Aku juga menitipkan Darren kepadamu. Jaga dia untukku. Kak Clarissa memintaku untuk menjaga Darren jika dia pergi. Tapi sepertinya aku tidak bisa. Maka dari itu gantikan aku untuk menjaga anak-anak dan juga Darren. Aku tahu kalau keluarga Austin membenci Darren atas apa yang menimpaku dan Kak Clarissa."

"Amanda." Julian menangis.

Julian menangis karena dua hal. Pertama, Julian menangis karena Amanda akan pergi meninggalkannya. Kedua, Julian menangis karena keponakan manisnya sudah terlebih dahulu pergi menyusul kakak iparnya. Jadi, bagaimana bisa dirinya akan menjaga Darren.

"Aku mohon, Julian! Jangan seperti ini. Jika kau mencintaiku. Biarkan aku pergi. Aku tidur selama satu tahun itu karenamu. Karena aku belum berpamitan denganmu. Makanya sekarang ini aku minta izin padamu. Biarkan aku pergi."

Julian masih terus menangis. Dirinya benar-benar tidak sanggup akan kehilangan Amanda, perempuan yang sangat dicintainya.

"Ju-lian," lirih Amanda.

Julian menggenggam erat tangan Amanda dan mengecup keningnya lama. Air matanya jatuh tepat di kening Amanda.

"Ju-lian," lirih Amanda.

"Pergilah. Pergilah sayang! Aku melepaskanmu. Aku mengizinkanmu untuk pergi. Sampaikan salamku kepada Kak Clarissa. Katakan kepadanya kalau aku akan menjaga Darren, putranya!"

Setelah Julian selesai mengatakan kata terakhir, Amanda pun menghembuskan nafas terakhirnya. Amanda pergi dengan membawa kebahagiaan. Amanda pergi dengan senyuman yang indah terukir di bibirnya. Julian menekan tombol merah agar Dokter datang.

Julian kini berada di luar ruangan menunggu Dokter yang saat ini berada di dalam ruang rawat Amanda.

Beberapa menit kemudian, Dokter dan perawat keluar dan menghampiri Julian.

"Nyonya Amanda telah pergi untuk selamanya. Beliau pergi dengan membawa kebahagiaan karena anda sebagai suaminya telah mengikhlaskan kepergiannya. Selama satu tahun ini Nyonya Amanda bertahan hanya untuk mendapatkan izin dari anda. Dan sekarang Nyonya Amanda sudah mendapatkannya." Dokter itu menatap sedih Julian.

"Oh, iya! Saya hampir lupa. Ketika saya melakukan operasi terhadap Nyonya Amanda. Saya menemukan sesuatu. Benda itu saya temukan di saku bajunya Nyonya Amanda. Tunggu sebentar saya akan ambilkan barangnya."

Dokter itu pergi meninggalkan Julian untuk menuju ruangannya.

"Benda apa yang dimaksud oleh Dokter itu?" batin Julian.

Tak lama kemudian, Dokter itu kembali dengan membawa sesuatu di tangannya.

"Ini barang yang saya temukan di saku baju Nyonya Amanda." Dokter itu menyerahkan barang tersebut kepada Julian. Julian menerima barang tersebut.

"FLASHDISK," batin Julian.

"Ya, sudah kalau begitu. Saya akan urus kepulangan istri saya kembali ke Australia agar bisa segera dimakamkan."

Julian mengambil ponselnya dan mengabarkan kepada ketiga anak-anak mengenai ibunya. Dan Julian juga tak lupa mengabarkan keluarga Austin tentang meninggalnya Amanda.

Julian memutuskan untuk membawa pulang Amanda ke rumahnya. Bukan ke rumah keluarga Austin.

Bersambung...

Terpopuler

Comments

anggita

anggita

👏👌👍,,,

2022-10-19

0

ANAA K

ANAA K

Lanjut thorrr.. jangan lupa mampir yah

2021-09-13

0

lihat semua
Episodes
1 Kerinduan Darren
2 Kebahagiaan Keluarga Smith
3 Darren Dan Lory
4 Kepergian Amanda
5 Kabar Mengejutkan Untuk Darren
6 Kedatangan Darren
7 Amarah Darren
8 Kekecewaan Dan Kemarahan Andra, Adnan dan Merryn
9 Flashback
10 Kesedihan Keluarga Smith
11 Mulai Menyadari
12 Sebuah Kebenaran
13 Mencurigai
14 Kilasan Kejadian
15 Kilasan Kejadian 2
16 Penyesalan
17 Kemarahan Darren
18 Kebencian Darren
19 Tindakan Tiba-tiba Ataya Dan Darren
20 Senyuman Licik Darren
21 Bertemu Mantan Ayah
22 Menunggu Waktu Penyerangan
23 Kesedihan Dan Penyesalan Kiran
24 Merencanakan Penyerangan
25 Diego Divo Virera GAME OVER
26 Kebersamaan Darren Dan Ataya
27 Rencana Licik Darren
28 Keromantisan Darren Dan Ataya
29 Kesedihan Dan Penyesalan Raka dan Kelima Adiknya
30 Kemarahan Tuan Jecolyn
31 Keterkejutan Darren
32 Keinginan Darren
33 Melawan Aron Dan Tangan Kanannya
34 Tewasnya Aron
35 Bercerita Tentang Masa Lalu Darren
36 Kedatangan Ataya Ke Perusahaan Darren
37 Ketakutan Keluarga Austin
38 Kemarahan Darren Terhadap Veronika
39 Niat Buruk Veronika
40 Kunjungan Julian Sekaligus Meminta Bantuan
41 Rencana Yang Dijalankan
42 Perdebatan Darren Dengan Para Orang Tua Dari Musuh-musuhnya
43 Berkorban
44 Perasaan Lega
45 Penyerangan Kediaman Parvez
46 Kesedihan Yang Mendalam
47 Selamat Jalan Ataya
48 Emosi Darren Yang Meluap
49 Kedatangan Maminya Ataya Ke Kampus
50 Merencanakan Semuanya Dengan Rapi
51 Berjuang Untuk Meminta Maaf
52 Kedatangan Keluarga Austin
53 Rasa Sakit Darren
54 Memulai Permainan
55 Permainan Pertama Dimulai
56 Panggilan Pertama Darren Kepada Felix
57 Makan Malam Bersama
58 Menyusun Rencana
59 Pertemuan Terakhir Dengan Sang Nenek
60 Meninggalnya Victoria
61 Kekecewaan Saskia, Nuria, Marco dan Afnan
62 Perkataan Mengandung Arti
63 Merencanakan Penyerangan
64 Tatapan Kerinduan
65 Memulai Penyerangan
66 Penyerangan Markas Al Capone
67 Penyerangan Keluarga Roberto
68 Satu Fakta Terungkap
69 Terbongkar
70 Mengakhiri Sandiwara
71 Ketakutan Veronika Dan Keluarga Besarnya
72 Tak Sengaja Mendengar
73 Menyelesaikan Balas Dendam
74 Kemarahan Dendra Terhadap Kiran
75 Permintaan Maaf Kiran
76 Permintaan Maaf Kiran 2
77 Merencanakan Pembalasan
78 Menceritakan Kondisi Darren
79 Kabar Dari Sang Tangan Kanan
80 Janji Velly Dan Nasya
81 Gangguan Dari Kelompok Almoz
82 Kekalahan Sakti Dan Kelompok Almoz
83 Pembicaraan Ayah Dan Anak
84 Memulai Penyerangan
85 Penyerangan Beruntun
86 Menyiapkan Sebuah Berkas
87 Kedatangan Marissa Dan Arnold
88 Kekalahan Mutlak
89 Kemenangan Darren
90 Jatuh Pingsan
91 Rasa Syukur Felix Dan Kelima Anak-anaknya
92 Perang Mulut
93 Kekesalan Darren Dan Arinda
94 Presdir Baru Perusahaan AYJ
95 Kehangatan Keluarga Smith
96 Kembali Menjalin Kerja Sama
97 Menyelesaikan Balas Dendam 2
98 Keluarnya Andara Dari Penjara
99 Kembali Menghadapi Lawan
100 Ketakutan Saskia Terhadap Darren
101 Tewasnya Andara
102 Kemenangan
103 Kasih Sayang Dan Kepedulian
104 Terlambat Bangun
105 Kebersamaan
106 Siapa Dia?
107 Ibu Itu Mirip Mama
108 Memutuskan Menggali Kuburan Clarissa
109 Pemilik Asli Perusahaan AYJ
110 Kedatangan Clarissa
111 Tiga Tamu Tak Diundang
112 Keterkejutan Faza, Briyan Dan Kevin
113 Isak Tangis Darren
114 Kekesalan Briyan, Faza, Dan Kevin
115 Informasi Mengenai Anak Perempuan Fazio
116 Kemenangan Darren Dan Kekesalan Briyan
117 Menceritakan Kejadian Di Kampus
118 Rasa Bersalah Arinda
119 Kejahilan Darren
120 Membahas Darren, Arinda Dan Ataya
121 Permintaan Maaf Arinda
122 Terungkap Status Arinda
123 Kebahagiaan Clarissa Dan Felix
124 Keusilan Darren
125 Keterkejutan Keluarga Parvez
126 Kejahilan Para Kakak Sepupu
127 Kesalahpahaman
128 Darren Dan Afnan
129 Kerinduan Keluarga Parvez
130 Gadis Tak Tahu Malu
131 Pertemuan Keluarga Parvez Dan Arinda
132 Kesedihan Clarissa
133 Kejahilan Felix Dan Kelima Anak-anaknya
134 Kabar Mengejutkan
135 Ucapan Dan Pelukan Sang Ayah
136 Dalang
137 Merencanakan Pembalasan
138 Pembalasan Erland, Ronald Dan Steven
139 Kekhawatiran Darren
140 Kabar Dari Maminya Ataya
141 Berbagi Cerita
142 Mendapatkan Petunjuk
143 Air Mata Arinda
144 Berhasil Menyelamatkan Arinda
145 Mencari Pengganti Ataya
146 Bonus
147 Masih Menutup Diri
148 Penolakan Dari Briyan, Faza Dan Kevin
149 Penolakan Darren Akan Prisa
150 Kemarahan Rivo
151 Kabar Mengejutkan Dari Zidan
152 Amarah Dan Dendam Faza
153 Keberhasilan Faza Menghibur Ayahnya
154 Keberhasilan Para Tangan Kanan
155 Membahas Rencana Balas Dendam
156 Telepon Dari Faza
157 Tangisan Kebahagiaan Harley
158 Rencana Pertama Berjalan Sempurna
159 Telepon Dari Arinda
160 Bab 160
161 Pembalasan Faza
162 Kehancuran Keluarga Bader
163 Bab 163
164 Bab 164
165 Bab 165
166 Bertanya Tentang Prisa
167 Bab 167
168 Bab 168
169 Bab 169
170 Bukti Pengkhianatan
171 Bab 171
172 Telepon Dari Rektor
173 Bab 173
174 Keterkejutan Ardiansyah
175 Menyelesaikan Hukuman
176 Keributan
177 Keterkejutan Andro Dan Amel
178 Kekecewaan Tamara
179 Telepon Dari Maxi
180 Ucapan Dan Sumpah Arinda
181 Bab 181
182 Membahas Masalah Ibu Dan Kakak Perempuan Bella
183 Bab 183
184 Kemarahan Nando Terhadap Salma
185 Kiriman Video Dari Maxi
186 Permintaan Tamara Kepada Darren
187 Bab 187
Episodes

Updated 187 Episodes

1
Kerinduan Darren
2
Kebahagiaan Keluarga Smith
3
Darren Dan Lory
4
Kepergian Amanda
5
Kabar Mengejutkan Untuk Darren
6
Kedatangan Darren
7
Amarah Darren
8
Kekecewaan Dan Kemarahan Andra, Adnan dan Merryn
9
Flashback
10
Kesedihan Keluarga Smith
11
Mulai Menyadari
12
Sebuah Kebenaran
13
Mencurigai
14
Kilasan Kejadian
15
Kilasan Kejadian 2
16
Penyesalan
17
Kemarahan Darren
18
Kebencian Darren
19
Tindakan Tiba-tiba Ataya Dan Darren
20
Senyuman Licik Darren
21
Bertemu Mantan Ayah
22
Menunggu Waktu Penyerangan
23
Kesedihan Dan Penyesalan Kiran
24
Merencanakan Penyerangan
25
Diego Divo Virera GAME OVER
26
Kebersamaan Darren Dan Ataya
27
Rencana Licik Darren
28
Keromantisan Darren Dan Ataya
29
Kesedihan Dan Penyesalan Raka dan Kelima Adiknya
30
Kemarahan Tuan Jecolyn
31
Keterkejutan Darren
32
Keinginan Darren
33
Melawan Aron Dan Tangan Kanannya
34
Tewasnya Aron
35
Bercerita Tentang Masa Lalu Darren
36
Kedatangan Ataya Ke Perusahaan Darren
37
Ketakutan Keluarga Austin
38
Kemarahan Darren Terhadap Veronika
39
Niat Buruk Veronika
40
Kunjungan Julian Sekaligus Meminta Bantuan
41
Rencana Yang Dijalankan
42
Perdebatan Darren Dengan Para Orang Tua Dari Musuh-musuhnya
43
Berkorban
44
Perasaan Lega
45
Penyerangan Kediaman Parvez
46
Kesedihan Yang Mendalam
47
Selamat Jalan Ataya
48
Emosi Darren Yang Meluap
49
Kedatangan Maminya Ataya Ke Kampus
50
Merencanakan Semuanya Dengan Rapi
51
Berjuang Untuk Meminta Maaf
52
Kedatangan Keluarga Austin
53
Rasa Sakit Darren
54
Memulai Permainan
55
Permainan Pertama Dimulai
56
Panggilan Pertama Darren Kepada Felix
57
Makan Malam Bersama
58
Menyusun Rencana
59
Pertemuan Terakhir Dengan Sang Nenek
60
Meninggalnya Victoria
61
Kekecewaan Saskia, Nuria, Marco dan Afnan
62
Perkataan Mengandung Arti
63
Merencanakan Penyerangan
64
Tatapan Kerinduan
65
Memulai Penyerangan
66
Penyerangan Markas Al Capone
67
Penyerangan Keluarga Roberto
68
Satu Fakta Terungkap
69
Terbongkar
70
Mengakhiri Sandiwara
71
Ketakutan Veronika Dan Keluarga Besarnya
72
Tak Sengaja Mendengar
73
Menyelesaikan Balas Dendam
74
Kemarahan Dendra Terhadap Kiran
75
Permintaan Maaf Kiran
76
Permintaan Maaf Kiran 2
77
Merencanakan Pembalasan
78
Menceritakan Kondisi Darren
79
Kabar Dari Sang Tangan Kanan
80
Janji Velly Dan Nasya
81
Gangguan Dari Kelompok Almoz
82
Kekalahan Sakti Dan Kelompok Almoz
83
Pembicaraan Ayah Dan Anak
84
Memulai Penyerangan
85
Penyerangan Beruntun
86
Menyiapkan Sebuah Berkas
87
Kedatangan Marissa Dan Arnold
88
Kekalahan Mutlak
89
Kemenangan Darren
90
Jatuh Pingsan
91
Rasa Syukur Felix Dan Kelima Anak-anaknya
92
Perang Mulut
93
Kekesalan Darren Dan Arinda
94
Presdir Baru Perusahaan AYJ
95
Kehangatan Keluarga Smith
96
Kembali Menjalin Kerja Sama
97
Menyelesaikan Balas Dendam 2
98
Keluarnya Andara Dari Penjara
99
Kembali Menghadapi Lawan
100
Ketakutan Saskia Terhadap Darren
101
Tewasnya Andara
102
Kemenangan
103
Kasih Sayang Dan Kepedulian
104
Terlambat Bangun
105
Kebersamaan
106
Siapa Dia?
107
Ibu Itu Mirip Mama
108
Memutuskan Menggali Kuburan Clarissa
109
Pemilik Asli Perusahaan AYJ
110
Kedatangan Clarissa
111
Tiga Tamu Tak Diundang
112
Keterkejutan Faza, Briyan Dan Kevin
113
Isak Tangis Darren
114
Kekesalan Briyan, Faza, Dan Kevin
115
Informasi Mengenai Anak Perempuan Fazio
116
Kemenangan Darren Dan Kekesalan Briyan
117
Menceritakan Kejadian Di Kampus
118
Rasa Bersalah Arinda
119
Kejahilan Darren
120
Membahas Darren, Arinda Dan Ataya
121
Permintaan Maaf Arinda
122
Terungkap Status Arinda
123
Kebahagiaan Clarissa Dan Felix
124
Keusilan Darren
125
Keterkejutan Keluarga Parvez
126
Kejahilan Para Kakak Sepupu
127
Kesalahpahaman
128
Darren Dan Afnan
129
Kerinduan Keluarga Parvez
130
Gadis Tak Tahu Malu
131
Pertemuan Keluarga Parvez Dan Arinda
132
Kesedihan Clarissa
133
Kejahilan Felix Dan Kelima Anak-anaknya
134
Kabar Mengejutkan
135
Ucapan Dan Pelukan Sang Ayah
136
Dalang
137
Merencanakan Pembalasan
138
Pembalasan Erland, Ronald Dan Steven
139
Kekhawatiran Darren
140
Kabar Dari Maminya Ataya
141
Berbagi Cerita
142
Mendapatkan Petunjuk
143
Air Mata Arinda
144
Berhasil Menyelamatkan Arinda
145
Mencari Pengganti Ataya
146
Bonus
147
Masih Menutup Diri
148
Penolakan Dari Briyan, Faza Dan Kevin
149
Penolakan Darren Akan Prisa
150
Kemarahan Rivo
151
Kabar Mengejutkan Dari Zidan
152
Amarah Dan Dendam Faza
153
Keberhasilan Faza Menghibur Ayahnya
154
Keberhasilan Para Tangan Kanan
155
Membahas Rencana Balas Dendam
156
Telepon Dari Faza
157
Tangisan Kebahagiaan Harley
158
Rencana Pertama Berjalan Sempurna
159
Telepon Dari Arinda
160
Bab 160
161
Pembalasan Faza
162
Kehancuran Keluarga Bader
163
Bab 163
164
Bab 164
165
Bab 165
166
Bertanya Tentang Prisa
167
Bab 167
168
Bab 168
169
Bab 169
170
Bukti Pengkhianatan
171
Bab 171
172
Telepon Dari Rektor
173
Bab 173
174
Keterkejutan Ardiansyah
175
Menyelesaikan Hukuman
176
Keributan
177
Keterkejutan Andro Dan Amel
178
Kekecewaan Tamara
179
Telepon Dari Maxi
180
Ucapan Dan Sumpah Arinda
181
Bab 181
182
Membahas Masalah Ibu Dan Kakak Perempuan Bella
183
Bab 183
184
Kemarahan Nando Terhadap Salma
185
Kiriman Video Dari Maxi
186
Permintaan Tamara Kepada Darren
187
Bab 187

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!