Setelah keluar dari ruang kerja Adrian, Jesi pun menuju ke meja kerja nya, ia langsung mulai bekerja sesuai apa yang di berikan atasan kepada nya, walaupun sekarang hati dan pikiran nya terganggu.
Tapi ia tetap berusaha untuk fokus bekerja dan menyelesaikan pekerjaan nya secepat mungkin. Ia tidak ingin melakukan kesalahan di hari pertama nya bekerja di perusahaan tersebut. Apa lagi mencari pekerjaan di perusahaan besar seperti ini, yang akan menerima nya, sangatlah sulit baginya.
Drt...drt....
Nada getar pangilan masuk dari sahabat nya Jesi yang tidak lain adalah Okta.
Okta adalah perempuan yang selalu setia menemaninya dari SMP. Bahkan disaat ia terpuruk karena kehilangan kedua orang tua nya. Okta yang selalu sabar memberikan semangat untuk Jesi, namun mereka berpisah hingga lama tidak bertemu.
"Hay Jesi apa kabar?" tanya okta dari seberang telepon itu.
"Kabar baik, kabar kamu bagaimana?" tanya Jesi.
"Aku juga baik kok, oh ya kapan kita ketemu?Aku sangat rindu kebersamaan kita yang nonton bareng, makan bareng dan tidur bareng," oceh Okta di seberang sana, karena sudah setahun mereka tidak bertemu lagi, karena Okta harus mengikuti kedua orang tuanya keluar negri.
"Ok, besok bagaimana? di kafe xxxx sekalian aku mau ngomong sesuatu nih." Jesi berharap Okta bisa membantunya.
"Ok Jes, sampai jumpa besok."
"Ya, sampai jumpa nanti bye," balas Jesi, kemudian sambungan telepon pun terputus.
"Semoga saja Okta bisa memberikan aku solusi," gumam Jesi, kemudian Jesi melanjutkan pekerjaanya yang menumpuk, Jesi memang orang yang pintar dan teliti dalam mengerjakan tugas. Ia membuka kertas itu dengan satu persatu, lalu mengetiknya di komputer, sesekali Jesi mencoret memberikan tanda yang sudah ia kerjakan dan begitu seterusnya.
Pukul dua belas siang sudah tiba, waktunya makan siang, namun Jesi tidak sadar bahwa sudah jam nya untuk makan, karena saking asiknya untuk mengerjakan perkerjaanya, Jesi melewatkan makan siangnya dengan bekerja.
Namun di lain sisi Adrian melewati ruang tempat Jesi bekerja, karena ingin makan siang juga .Saat ia melewati ruangan tempat Jesi bekerja, tiba-tiba saja Adrian melihat Jesi masih berhadapan dengan komputer, sambil mengetik dan sesekali Jesi mencatat dikertas, ketika ada hal yang paling penting untuk ia ingat nanti.
"Auh! Perut ku sakit sekali, seperti nya mag ku kambuh lagi," pekik Jesi sambil memegang perutnya, Jesi tidak menyadari bahwa Adrian memperhatikan nya dari kejauhan.
"Ada apa dengan nya?" ucap Adrian, ia terus memperhatikan Jesi yang duduk di kursi. Sambil membukuk, karena menahan rasa sakit mag nya, lalu ia menghampiri Jesi tanpa bersuara.
Dari dekat Adrian memperhatikan wajah Jesi yang sedikit pucat.
"Wajahnya terlihat pucat, apa dia sakit?" tanya Adrian dalam hati.
"Kamu kenapa tidak makan siang?" Seketika Jesi kaget dengan kedatangan Adrian dengan tiba-tiba.
"Saya lupa pak..." lirih Jesi
"Baiklah, kamu makan siang sekarang juga, karena saya tidak mau karyawan saya sakit, karena kecerobohan kamu!" kata Adrian dengan dingin, lalu ia langsung pergi. Jesi pun kesal, karena Adrian selalu dingin berbicara dengannya dari awal pertemuan mereka.
"Dasar bos bongkahan es slalu saja membuatku kesal!" gumam Jesi.
"Sudahlah tidak penting juga marah-marah, nanti wajah ku yang cantik nan anggun ini cepat keriput lagi," Jesi pun tertawa kecil, walaupun perut nya sedang sakit.
"Sebaik nya aku makan saja dari pada nanti pingsan karena telat makan, toh aku sudah mendapatkan pekerjaan yang layak, setidak nya aku tidak terlalu khawatirkan bayar kosan terutama biaya makan, tapi astaga aku melupakan hutang sama bos gila itu akh! Bos gila itu menambah ku pusing saja huh!"Jesi pun mengerutu dengan kesal, sambil mengacak-ngacak rambutnya.
Dulu Jesi sering pingsan karena belum terbiasa untuk telat makan, pada akhirnya ia sudah mulai terbiasa setelah kepergian kedua orang tua nya, bahkan Jesi terkadang makan hanya sekali dalam sehari.
Tidak terasa hari pun sudah hampir sore, yang artinya Jesi akan pulang bekerja.
"Eh Jes, rumah kamu arah mana sih?" tanya Memei teman baru Jesi dikantor.
"Oh rumah ku di xxx, memang kenapa?" tanya Jesi heran
"Tidak apa-apa sih, siapa tau kan aku bisa mampir kesana sesekali, kalau di bolehkan juga sih," jawab memei.
"Tentu saja boleh dong, malahan aku sangat senang kalau punya teman seperti kamu, yang mau main ke kosan ku yang sangat kecil itu." Jesi tidak pernah sama sekali menerima tamu selama ini dan kehadiran Memei yang mau bermain ke rumahnya tentu saja ia senang.
"Kamu jangan terlalu merendahkan diri dong, aku jadi tiba-tiba tidak enak dengan kamu, aku juga sederajat dengan kamu juga kok Jes, jadi kita sama-sama ya."
"Ah maaf Mei, aku hanya berbicara yang sebenar nya kok."
"Sudah-sudah, jangan bahas itu lagi yang terpentingkan kita berdua berteman iya kan?"
"Makasih ya Mei, kamu adalah orang pertama yang mau berteman akrab dengan ku di kantor," ucap Jesi dengan sangat senang.
"Astaga ini sudah jam pulang, ayo kita pulang" ucap Memei.
"Ayo!" jawab Jesi dengan semangat.
Jesi pun sudah tiba di rumah nya, setelah duduk sebentar.Jesi pun langsung mengambil handuk nya untuk mandi membersihan tubuhnya yang sedikit berkeringat itu. Setelah beberapa menit mandi akhirnya ia sudah selesai dan duduk dikasurnya yang kecil itu. Ia sambil meratapi nasibnya yang tidak pernah beruntung menjalani hidupnya yang selalu mendapatkan masalah, ia berharap suatu saat nanti penderitaanya berakhir dan bisa hidup bahagia layaknya orang-orang juga, ia ingin memiliki orang yang mencintanya, menyayangi nya sama seperti kedua orang tuanya yang menjaganya dengan penuh kasih sayang.
Esok hari di kantor....
"Ahk! Badanku pegal-pegal semuanya," ucap Jesi, karena pekerjaan yang sangat menumpuk di atas mejanya yang harus dikumpulkan besok pagi. Dengan terpaksa Jesi melawatkan jam makan siangnya lagi, namun disisi lain. Ada seseorang yang setia selalu memperhatikan nya dari kejauhan yang tak lain Adrian.
"Kenapa dia sering telat makan? Segitu penting kah pekerjaan nya itu sehingga makan saja sering melewati nya?" batin Adrian bertanya-tanya.
"Pak?" panggil Alfin dari sampingnya, namun Adrian tidak menyadari kehadiran Alfin, karena ia masih fokus melihat Jesi.
"Permisi Pak." Lagi-lagi Adrian tidak mendengar nya. Akhirnya Alfin menepuk bahu Adrian.
"Pak!"
"Eh astaga, kenapa kamu mengejutkan saya Alfin? Sungguh tidak sopan!" ucap adrian dengan sinis dan sekaligus kesal dengan Alfin.
"Tadi bapak tidak mendengar saya memanggil anda."
"Jangan banyak alasan kamu Alfin!" bentak Adrian.
"Sabar Alfin sabar," batin Alfin.
"Maafkan saya pak," ucap Alfin, sambil menundukan kepala nya untuk meminta maaf kepada bos nya.
"Baiklah ada apa ?"Dengan sinis nya berbicara.
"Kita akan segera menghadiri rapat, di ruang rapat," ucap Alfin.
"Baiklah." Mereka berdua pun pergi menghadiri rapat tersebut. Setelah sampai diruang rapat, Adrian pun duduk di tempat khusus untuk seorang CEO.
Satu persatu orang yang menghadiri rapat tersebut mempresentasikan tugas-tugas mereka di depan, Sedangkan Adrian sangat antusias memperhatikan nya, sesekali ia mengangukan kepala nya, karena menyukai ide-ide yang di sampaikan bawahan nya itu. Setelah bawahan nya selesai mempresentasikan tugas nya, ia pun mulai membuka suara.
"Ok baiklah pekerjaan kalian hari ini cukup memuaskan, semoga saja kedepan nya lebih baik lagi dari ini dan saya harap kalian tetap saling bekerja samalah, supaya hasilnya lebih baik lagi," ucap Adrian, lalu ia pamit pergi meningalkan ruang rapat tersebut.
Tidak terasa hari pun sudah mulai sore,pekerjaan Jesi pun sudah selesai.
"Astaga aku hampir lupa sore ini bertemu dengan Okta." Jesi pun segera merapikan meja nya, lalu keparkiran mengambil motornya. Jesi langsung berlari setelah berada di parkiran untuk menghampiri motornya, ia tidak ingin membuat Okta sahabatnya terlalu lama menunggu dirinya.
Setelah beberapa menit, akhirnya Jesi pun tiba di kafe xxx untuk bertemu dengan sahabatnya.
"Hay Jes," sapa Okta.
"Hay lama kita tidak jumpa," jawab Jesi membalas sapaan Okta. Mereka berdua pun saling berpelukan.
"Jes aku sunggu merindukan mu," ucap Okta sambil menangis.
"Astaga kamu ini Okta, tidak pernah berubah sama sekali, selalu cengeng huh!" ejek Jesi.
"Hiks, hiks." Okta pun menangis, karena ia benar-benar sangat merindukan Jesi, apa lagi mengingat keadaan kehidupan Jesi sekarang ia semakin sedih, ia merasa seperti bukan sahabat yang baik Untuk Jesi.
"Sudah-sudah jangan menangis lagi, nanti aku jadi ikutan nangis lagi, sekarang tersenyumlah." Dibalas anggukan oleh Okta, lalu menghapus air mata nya.
"Jes duduklah sini, kamu mau pesan makan apa? Nanti aku yang traktir," kata okta.
"Oke mkasih."
Makanan dan minuman pun sudah tiba di atas meja.
"Oo iya ngomong-ngomong kemarin mau cerita apa?" tanya Okta.
Kemudian Jesi pun menceritakan semuanya kepada Okta sambil menangis tersedu-sedu, karena Jesi sudah tidak tahan dengan apa yang dirasakannya sekarang, selama Sahabatnya nya tidak ada di sisinya, ia selalu memendam rasa sakit yang teramat dalam di hatinya.
"Cup, cup, cup sudah lah jangan menangis lagi ya." Okta berusaha menenagkan Jesi.
"Okta, bagaimana kamu bisakan bantu aku?"
"Maaf ya Jes, aku juga tidak bisa membantu kamu, karena kamu kan tau mamah papah aku mana mau kasih uang sebanyak itu, aku hanya bisa ngasih kamu uang segini saja," ucap Okta sambil memberikan uang tiga juta rupiah. Dengan wajah sedihnya, karena tidak bisa membantu Jesi sepenuhnya.
"Iya tidak apa-apa kok, bahkan ini sudah banyak kok, terima kasih sahabat baik ku." Jesi pun kembali memeluk sahabatnya itu, ia sangat bersyukur punya sahabat yang mau membantu nya, walaupun uang yang di berikan Okta masih belum cukup, untuk melunasi hutang nya, tapi ia akan tetap berusaha untuk mencari tambahan nya lagi.
"Maafkan aku Jes. "
"Sudah-sudah lupakan saja, oh iya ayuk kita makan."
"Oo iya-iya."
Setelah pulang dari kafe Jesi langsung merebahkan tubuhnya dikasurnya yang berukuran kecil itu, namun dia masih kepikiran dengan jas yang harus diganti rugi dengan uang sebanyak itu.
Drt...drt
Ponsel Jesi berbunyi.
"Halo Jes," ucap Okta dari seberang telpon.
"Ya halo ada apa Ok?" tanya Jesi.
"Ini ada teman ayah aku cari karyawan tapi—" ucap Okta terpotong
"Tapi kenapa Okta?" tanya Jesi dengan penasaran.
"Tapi kerja di bar kalo kamu tidak keberatan, gajihnya sih lumayan, kerja nya juga hanya mengantar minuman doang. Kamu mau kan Jes?" tanya Okta dengan ragu-ragu.
"Ok ya sudah, tapi mulai kerjanya kapan..??'
"Besok malam jam 10 malam Jes, kamu tidak apa-apa kan Jes? Maafkan aku ya, cuman ini yang bisa aku bantu."
"Iya tidak apa-apa besok aku akan kesana, makasih ya kamu udah banyak bantuin aku."
"Iya sama-sama, ya sudah ya aku tutup dulu bye."
"Iya bye."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 117 Episodes
Comments
Dina Hafana
jesi tinggal di rumah atau di kos yg benar thor?
2021-03-02
0
Miss Qwerty
tiati jes
2021-02-17
1
Ccyaa
🖤
2021-02-15
0