Satya Dimas Adriansyah
.
.
.
.
Hari ini aku sangat bahagia. Akhirnya aku bisa kembali ke kota asalku dan akhirnya aku bisa bertemu lagi dengan sahabat ku untuk waktu yang lama.
Aku tengah bersiap membereskan semua barang ku. Di malam harinya aku ijin dengan orang tuaku untuk pergi ke suatu tempat. Aku mengajak adikku untuk menemani ku, awalnya dia tidak mau, tapi karena aku merayunya akhirnya dia pun menurutiku.
"Mau kemana si kak"
"Kakak mau beli oleh-oleh buat kak Safiya, tapi kakak nggak tau harus di beliin apa, jadi kaka minta bantuan kamu temenin kakak"
"Yah kak, harusnya kak siang-siang dong belinya. Kok malah beli malam hari, kita mau beli apa coba"
"Makanya kakak ajak kamu buat nemenin kakak beli sesuatu"
"Beliin apa ya. Aku nggak bisa mikir kak. Hmmm... "
Dia tak menjawab, entah sedang berfikir atau melamun. Aku tak tau harus bagaimana hingga akhirnya aku memutuskan untuk jalan lebih lambat menggunakan motorku.
"Kak berhenti"
"Kenapa, kamu udah nemu apa"
"Ada pasar malam, kita mampir dulu ke sana. Siapa tau kita dapat sesuatu"
"Tapi harus dapat ya"
"Iya kak iya..."
"Kalau nggak nemu kaka tinggal lo"
"Tega banget si jadi kakak"
Aku memarkirkan motorku, aku melihat sekeliling tanpa henti.
"Kak, aku mau naik itu. Yuk"
Sintya menunjuk biang lala yang agak jauh dari kami. Aku menghela nafas panjang dan menatap adikku yang sedang berbinar penuh harapan dengan ku.
"Lahh katanya bantu nyari sesuatu"
"Itu kan bisa nanti kak, ayo lahh"
"Punya adek nggak bisa di andelin"
Aku bergumam kecil dan menaiki biang lala tersebut. Sintya begitu antusias melihat indahnya pemandangan, sedangkan diriku hanya menopang dagu sambil berfikir.
"Kira-kira apa ya yang cocok dengan Fiya"
Aku terus berfikir, tiba-tiba adikku mengagetkanku.
"Hayoo kakak... "
"Kenapa"
"Kirain mau kaget"
"Kakak nggak punya penyakit jantung ya nggak kaget lah"
"Kakak sayang banget sama kak Khanza ya, dari tadi ngelamun mulu"
"Sstt.. Diem deh.. Udah dapet belum mau beli apa"
"Kak, nanti kita mampir ke toko-toko aksesoris bagaimana"
"Yang penting ada hadiah yang bagus. Oiya, jangan bilang mama sama papa ya"
"Iya kak, tenang aja"
Akhirnya biang lala yang mereka tumpaki pun turun dan terhenti. Kami segera menuju ke tempat aksesoris. Aku sungguh bingung dengan apa yang ingin ku pilih.
"Apa ya yang kiranya di sukai sama kak Safiya"
"Kecil tapi berharga kak, pasti kak Safiya suka"
"Kecil tapi berharga"
Aku berfikir sambil memandang aksesoris yang ada di hadapan ku. Aku melihat ke atas, bawah samping kanan dan kiri bahkan ke seluruh sudut aksesoris. Tiba-tiba adikku berbisik sesuatu kepadaku. Dan aku pun menyetujui nya.
"Hmm... Ide bagus"
"Hah.. Yang bener kak"
"Iya lah"
"Ya udah, siapin duwit nya, sekiranya nggak bagus bilang. Aku pilih dulu"
Setelah kami memilih beberapa aksesoris, kami pun pulang dan memberi beberapa camilan untuk orang rumah agar orang tuaku tak curiga.
Masa iya aku memberikan semua ini dalam bentuk kantong kresek, kuno banget.
Aku pun mendapatkan ide dan membungkusnya dengan kardus dan di tata serapi dan sebagus mungkin agar seketika aku melihat senyuman nya kembali tanpa menunggu waktu yang lama.
Dua jam aku merangkainya, dan akhirnya jadilah kado untuk nya. Aku menaruh nya di tas yang biasa aku pakai untuk sekolah. Semua baju ku aku masukkan ke dalam koper walaupun di paksakan. Akhirnya semua pun siap. Aku hanya tinggal menunggu kapan papa dan mama memanggilku untuk bersiap ke bandara.
Pukul 9 malam, keluarga ku pun menuju bandara ke Jakarta. Butuh waktu sekitar 20 menit untuk sampai di bandara. Sungguh aku tak sabar lagi menuju ke tempat dimana aku mengenal Fiya.
Kami menunggu 10 menit seperti instruksi yang di berikan dan pukul 21.30 aku meluncur dari bandara Bali. Butuh waktu kurang lebih 2 jam untuk sampai di sana. Begitu kami sampai di Jakarta, kami langsung pulang ke rumah dan beristirahat.
Pagi hari pun tiba. Aku bingung bagaimana aku memberikan kado ini. Sebelumnya aku tidak memberi tahu Safiya bahwa aku datang, karena aku ingin memberinya kejutan. Hingga akhirnya aku memutuskan untuk memberi nya setelah pulang sekolah.
Sebelumnya orang tuaku juga bilang kepada ku bahwa aku akan sekolah di sekolah yang sama dengan Fiya. Aku senang, namun tak terlalu. Namun rasa tak sabar ku semakin menggejolak.
Di pagi hari itu juga aku langsung meminta sekolah. Sungguh kaget kedua orang tua ku, namun mereka pasti memahami bahwa ada orang yang ingin aku temui. Dan orang tuaku pun setuju. Di hari ini juga orang tuaku akan berkunjung di rumah orang tua Fiya.
Aku pamit kepada kedua orang tua ku dan adikku. Adikku memberiku semangat dan hanya anggukan yang aku jawab.
Aku mengeluarkan motor yang sempat di beli papa sebelum kami sampai di sini. Motor tiger berwarna merah dan putih dengan versi terbaru untuk di bawa ke sekolah.
Awalnya aku nyasar, tetapi dengan bantuan GPS akhirnya aku bisa menemukan nya. Aku memarkirkan motorku dan melepaskan helm. Aku menatap sekolah tinggi yang berada di depanku.
Tanpa pikir panjang aku pun masuk. Siswa siswi yang melalui ku memandang ku dengan mata yang berbinar. Aku sungguh bingung, hingga akhirnya aku melewati koridor sekolah yang ramai berkerumun.
Aku langsung menghampiri nya dan melewati semua siswa, aku kaget saat ada seorang anak lelaki menyakiti rambut seorang perempuan. Aku langsung memegang pergelangan tangannya dan memukul nya.
"Lo siapa, berani bener lo hajar gue"
"Gue memang anak baru di sini, lo jangan macem-macem sama cewe. Kalau lo berani lawan gue."
"Oke"
Aku mencoba menghindari beberapa pukulannya dan akhirnya dia berhasil mengenai sudut bibir ku hingga berdarah. Beruntung nya guru datang melerai kami dan aku pun langsung di bawa ke ruang UKS oleh guru tersebut.
Sementara dirinya, aku tak tau dimana. Tapi kemungkinan dia pasti di marahi oleh guru bahkan di beri skors.. Itu yang dipikiranku.
Lalu..
Bagaimana gadis itu? Apa dia baik-baik saja?
Aku sungguh mengkhawatirkan nya, entah mengapa. Namun hatiku mengatakan bahwa aku mengenal nya, bahkan sangat, namun saat aku keluar dari kerumunan itu dia tidak ada.
Dia dimana? Dan siapa dia? Semoga dia baik-baik saja
Itu yang aku pikirkan dan pikiran ku kembali kepada Safiya.
Apakah Fiya melihat pertengkaran ku? Apa dia mengenalku? Dimana dia sekarang? Dia sudah berangkat atau belum? Dia kelas berapa dan dimana?
Kami berpisah kelas 4 SD. Saling mengirim foto pun jarang. Aku bahkan jarang memberi nya kabar karena aku takut dia sibuk dan mengganggu nya, jadi aku berfikir untuk tidak mengabarinya. Walaupun sampai berminggu - minggu lamanya.
Akhirnya aku pun sampai di ruang UKS khusus laki-laki, ada beberapa junior juga di sana yang sudah akan mengobati ku. Aku di suruh oleh guru untuk istirahat dan masuk kelas setelah istirahat. Aku menolak namun guru bersikeras agar aku istirahat. Terpaksa aku pun menurut dan beristirahat di UKS tersebut.
Sekitar dua jam menunggu, akhirnya bel istirahat berbunyi. Aku begitu malas untuk ke luar. Tak ada seorang pun yang aku kenal kecuali Fiya, tetapi aku tidak tau dia sekarang dan akhirnya aku memutuskan untuk tetap diam hingga bel masuk berbunyi.
//**//
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 117 Episodes
Comments