"Tuhan ... Apakah hamba tidak ditakdirkan bahagia kenapa nasib hamba jadi sengsara seperti ini? Disini hamba kerja m4ti-m4tian, untuk istirahat saja bahkan terbilang hanya punya waktu terbatas, tapi kenapa bisa Ibu hamba berkata semudah itu seolah-olah aku adalah anak yang tak berguna! Ini tidak adil Tuhan ... tidak adil."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti Fatimah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15 [ Akankah Anaya benar akan melakukannya]
"Nadia ...Kennan ...dan Reno? Ini apa maksudnya? Bukankah tujuan kamu balas dendam hanya kepada Reno?"
Mata Shinta tertuju pada ketiga buah foto yang terpampang disebuah papan, kebingungan juga mengitari pikiran Wanita yang baru saja menjadi teman baik Anaya.
"Terlalu jauh untuk menjelaskan semuanya, nanti kamu juga akan paham, yang jelas sebelum mengarah pada Reno ...kedua orang inilah yang akan menjadi sasaran pertamaku."
"Jujur jika untuk Nadia itu cukup mudah, tapi Kennan? Sungguh kamu akan menjadikan dia alat kita?" Anaya mengangguk, Shinta mengacak rambutnya ia tak percaya Anaya akan seberani ini.
"Nay, percayalah untuk Kennan langkah baiknya kamu mundur, Kennan bukanlah lawan kamu, kamu belum kenal betul dia itu seperti apa, jadi alangkah baiknya kamu mundur ya."
"Tidak! Ini sudah jadi keputusanku, apapun yang terjadi aku sendiri yang akan menanggungnya, kamu tidak usah cemas."
"Nay ...ini bukan masalah sepele, Kennan selalu mengedepankan Adiknya itu dalam hidupnya. Dia tidak akan segan-segan memberikan perhitungan setimpal bagi orang yang berani membuat ulah pada Nadia. Kamu seorang Wanita ... hidupmu sudah banyak penderitaan, cukup sampai disini, dan cukup melibatkan Reno- si bajingan itu, jangan melibatkan yang lain, ya?"
"Tidak! Tidak, tetap tidak! Aku tau kamu cemas, kamu tenanglah semua akan aman, Kennan yang memiliki temperamen kasar dan dingin percayalah aku sendiri bakal merubah perilaku buruknya itu, percayalah."
"Baiklah jika kamu sangat sulit untuk dinasehati, tapi ingat! Jangan pernah berubah perencanaan yang sudah kita susun, kalaupun ingin bertindak, bertindak selangkah lah denganku."
"Terima kasih, selain Nadia dan Putri kecilku, dalam hidupku aku tidak memiliki siapa-siapa lagi, tapi kamu? Setelah kehadiran kamu, aku merasakan memiliki keluarga yang utuh, sekali lagi terima kasih, terima kasih."
"Kita sama-sama korban ketidak keberdayaan, jujur, awalnya aku mengira nasibku yang paling menyedihkan, tapi ternyata aku salah! Kamulah Wanita yang memiliki kehidupan yang sangat suram, jujur aku kagum, disaat dunia seakan-akan tak menakdirkan kamu untuk berbahagia, kamu tetap tenang dan tegar menghadapi rintangan yang selalu menghampiri kamu. Aku kagum sama kamu."
Shinta membelai rambut Anaya dengan lembut, umurnya yang diatas empat tahun dari Anaya, Shinta sudah menganggap Anaya sudah seperti Adik kandungnya sendiri. Bahkan jika disuruh berbalas Budi, Shinta tidak tau dengan cara apa balasan yang akan ia berikan pada Wanita malang itu. Baginya dialah penyelamat, sekaligus malaikat yang diutus di bumi ini.
Jika kekaguman amat tersirat jelas dari wajah Shinta, tidak berbeda dengan yang dialami Reno, lelaki memiliki sifat kasar, sombong dan pantas disebut bajingan itu telah melamunkan sesuatu, duduk, sambil kakinya yang ia letakkan diatas meja, ia sudah menunjukkan seberapa sombongnya dia dengan kekuasaan yang ia miliki, namun, hal yang berhasil membayangi pikirannya ialah sosok Anaya.
"Naya ... entah apa yang akan terjadi pada diriku kau sudah berhasil membuat hatiku terguncang dengan tidak karuan, kau sungguh sangat mempesona, kau ... sungguh gadis yang tidak bisa abaikan, beruntungnya dia juga menyukaiku, jadi hal itu memudahkan bagi kita untuk bersatu, aku sangat menantikan kamu Anaya ...aku sudah sangat menantikan kamu ..."
"Dasar, bedebah!"
Kepalan tangannya menunjukkan seberapa marah dan emosinya Lelaki itu yang menyaksikan setiap detik bahkan menit ungkapkan seseorang didalam layar laptopnya, bukan hal pertama ia melihat sendiri perilaku buruk seseorang yang tak lain saudara iparnya, bisa dikatakan sudah yang kesekian kalinya ia melihat, tapi ia masih mengurungkan niatnya untuk membongkar sadar saudaranya sudah sangat tergila-gila padanya.
"Kalau saja Nadia tidak cinta mati, kau mungkin sudah jadi tanah! Tapi beruntung hingga kini tangan ku masih bisa menahan! Kau beruntung kau masih aman, tapi nanti lihatlah."
Wajahnya memerah sangking emosinya, ia masih menyaksikan siaran langsung dari ruangan kerja Reno, tak lama muncullah seorang wanita berpakaian cukup mini mendatangi Reno, senyuman Reno nampak merekah apa yang ia tunggu akhirnya telah nampak.
Baru juga datang dan meletakkan setumpuk berkas, Reno sudah terlebih dulu menarik pergelangan tangan Anaya hingga Tubuh wanita itu terpelanting kekiri dan tak sengaja duduk di pangkuannya, terkejut, Anaya akan bangkit, tapi lagi-lagi Reno menghalanginya.
"Plis, jangan pergi."
"Tapi, Tuan ...kalau ada orang yang tau gimana ...ini akan jadi masalah."
Anaya tertunduk, ia tampak malu, tapi tak bodoh inilah misi pertama ia mengoda Reno, sengaja pura-pura polos padahal aslinya dia jijik berada dipangkuan Lelaki menjijikkan ini.
"Kamu sendiri yang duluan menggodaku apakah mungkin aku akan melewatkan Gadis secantik dan sexy kamu?" Godanya sambil mencolek hidung Anaya.
"Tapi ...." Entah apa yang dipikirkan, ucapan Reno tiba-tiba terpotong.
"Tapi, apa? Apa aku masih kurang sexy dari Istrimu?" Tangan Anaya mulai ia mainkan, ia meraba dada kekar Reno, Reno mengigit bibirnya serasa ia tak tahan untuk segera melahapnya.
"Kau, tau? Kau sebenarnya sangat mirip dengan seseorang gadis yang aku temui lima tahun yang lalu,"ungkap Reno, Anaya berubah panik, namun untungnya ia bisa mengendalikan ekpresi wajahnya.
"Gadis yang kamu temui lima tahun yang lalu? Jadi sebelum mengalahkan Nadia, aku harus mengalahkan masa lalu kamu itu?"
Anaya cemberut, ia memanyunkan bibirnya hal itu membuat Reno gemas, akan selangkah menangkap bibir Anaya, tapi tangan Anaya sudah keduluan menghalangi bibir Reno.
"Kenapa? Kamu belum siap merasakan permainan dariku?"godanya yang masih membelai wajah Anaya.
"Bukan gitu, tapi kamu belum menjelaskan gadis apa yang kamu maksud?"
"Gadis lima tahun yang aku temui itu sudahlah m4ti! Aku juga tidak memiliki masalalu yang menyenangkan karena bagiku dia hanya sampah! Iya, sampah!"
Mendengar kata sampah! Hati Anaya bergemuruh, hatinya sangat panas, tapi ia mencoba menjaga emosinya jangan sampai meledak, terdengar dering ponsel lalu Reno menurunkan tubuh Anaya dalam pangkuannya.
"Tunggu! Aku harus mengangkat telfon,"ujar Reno, Anaya memberikan anggukan.
Reno berjalan kedepan, mengangkat telfonnya dengan arahnya yang tertuju pada jendela, dibelakangnya ada Anaya yang hatinya masih gemuruh, diatas meja kerja ada sebuah gunting, ia mengambil dan menggenggamnya erat-erat.
Posisi Reno yang membelakanginya, ia tak sadar perlahan ada langkah kaki yang mulai menghampiri dirinya.
"Akankah hari ini hari terakhirmu?" Anaya membatin, tangannya masih mengepal gunting itu dengan erat, wajahnya sangat menunjukkan kemarahan yang tidak bisa ia sembunyikan lagi, tepat dibelakang Reno, gunting itu Anaya arahkan keatas.
BERSAMBUNG
lanjut 🙏