NovelToon NovelToon
NIGHT LIGHT

NIGHT LIGHT

Status: sedang berlangsung
Genre:Trauma masa lalu / Cinta Seiring Waktu / Romansa / Nikah Kontrak / Reinkarnasi
Popularitas:623
Nilai: 5
Nama Author: Chichi

Ketika Pagi datang, Lucian Beasley akan pergi. Tetapi Malam hari, adalah miliknya. Lucian akan memelukmu karena Andralia Raelys miliknya. Akan tetapi hari itu, muncul dinding besar menjadi pembatas di antara mereka. Lucian sadar, tapi Dia tidak ingin Andralia melupakannya. Namun, takdir membencinya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chichi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 9: Jangan Menyentuhku

Masa lalu yang pernah Alvart ceritakan tentang Kyle kepada Lucian, sungguh kerja keras bagi Alvart untuk menuntun Kyle sampai menjadi orang hebat seperti saat ini.

Lucian, masih melihat Ayahnya yang menatap Rajanya terbujur tak berdaya di ranjang itu.

"Ayah..." Lucian, memanggil Kyle pelan sembari mendatanginya.

Mata orange Kyle menoleh pelan ke arah putranya. Kyle tersenyum tipis. "Hari ini, hari pernikahanmu. Sudah waktunya bergegas" ucap Kyle.

"Jika Baginda sudah bangun, tolong panggil kami" pinta Lucian.

"Tentu"

...♧♧♧...

Sampai di kamarnya sendiri, Lucian sudah melihat Andralia yang duduk di pinggiran sofa, melipat lengannya di depan dadanya.

"Sialan!" Umpat Andralia langsung berdiri dan melewati Lucian begitu saja.

Lucian mengikuti langkah Andralia. "Yang Mulia! Biarkan saya mengantarkan Anda" dia setengah lari, saat mengikuti langkah Andralia.

Saat itu, rambut keemasan Andralia yang berkembang karena angin subuh yang bertiup dari jendela, terlihat begitu bersinar. Mata Lucian terbuka lebar saat perempuan yang sangat dia cintai itu melihat ke arahnya.

Tidak ada senyuman dari wajah itu.

Langkah Lucian terhenti.

"Hari ini, hari dimana pernikahan akan dilakukan. Kau dan aku akan menjadi pasangan, nama Beasley tidak akan kau gunakan lagi. Raelys, akan menjadi nama belakangmu. Aku menerima pernikahan ini bukan karena aku menginginkannya. Ini permintaan Ayahku" ucap Andralia dengan keningnya yang tertekuk.

"Suami-Istri hanyalah status. Sampai kapanpun itu, aku tidak ingin mendapatkan perhatian darimu. Aku tidak ingin kau menyentuhku sedikitpun. Meski ada acara penting dimana aku harus datang untuk menemanimu, aku tidak menerima permintaan itu. Tetaplah berjaga jarak denganku, Lucian" Andralia melanjutkan langkah kakinya.

Dada kiri Lucian terasa sesak. Dia memegangnya. "Aku tidak pernah menyerah, Yang Mulia. Aku akan terus berusaha untuk mendapatkan hati Anda" Lucian hanya bisa memeras pakaiannya sendiri. Dan kembali ke kamarnya, menunggu pelayan yang akan mendandaninya datang.

...♧♧♧...

Andralia mendatangi kamar Ayahnya. Dia melihat Kyle yang duduk di kursi sebelah ranjang Ayahnya. Andralia tidak berkata apapun. Kyle menyingkir begitu melihat Andralia datang untuk melihat Alvart.

"Ayah... "Andralia berbisik lirih. Mengusap kening Ayahnya yang dingin.

"Hari ini, hari pernikahanku. Segeralah bangun. Apa Ayah tak ingin melihat pernikahanku?" Andralia mengecup pipi Alvart dengan pelan dan lembut. Kemudian, dia melihat ke arah Kyle yang melihatinya.

"Apa yang kau lihat?" Tanya Andralia.

"Anda Putri yang sangat baik" jawabnya dengan polos.

Andralia hanya mendengus dan mendekat ke arah Kyle. "Hari ini, aku akan menjadi mantumu. Apa kau tidak terkejut sedikit pun, Kyle?" Tanya Andralia.

Kyle melihat ke arah lain. "Aku terkejut, tapi aku tidak tau harus bagaimana" jawab simple Kyle.

"Astaga..." Andralia hanya bisa mengelengkan kepalanya, kemudian dia menarik napas panjang dan membuang napasnya.

"Baiklah, kalau Ayahku bangun. Beritahu aku secepatnya. Dengar Kyle?" Tanya Andralia.

"Iya, Putri" jawab Kyle kembali duduk di kursi itu.

Andralia hanya bisa menghela napas panjang. "Tidak Ayah, tidak anak sama saja" Andralia segera kembali ke kamarnya.

Dan di depan kamarnya, ternyata para Pelayan dan orang-orang yang akan mendandaninya telah menunggu.

"Lady? Kami kira, Anda masih tidur" ucap salah satu dari mereka.

"Apa kalian sudah lama menunggu?" Tanya Andralia.

"Tidak Lady, kami baru datang" ucap mereka bersamaan. Padahal, mereka sudah menunggu hampir 1 jam.

Mereka semua mulai mendandani Andralia. Mulai dari mandi Andralia dengan air yang sangat harum, mengeramas rambut Andralia, dan mulai mengeringkan rambut panjang yang sebelumnya kusut menjadi halus.

Gaun hitam yang sebelumnya Andralia pilih, kini telah melekat pada tubuhnya. Dia menatap ke cermin. Gaun itu sangat pas dengan tubuhnya. Dia kembali melihat rambutnya yang mulai dirapikan. Di buat sanggul. Hiasan emas dengan pola bunga dan daun di tempelkan di rambutnya.

"Aku tidak mau dipakaikan hiasan itu. Cukup jepit rambut bunga saja, bawaan gaun ini" ucap Andralia.

Mereka saling menatap sejenak. "Baik Lady" dan cepat-cepat melepas hiasan rambut untuk pengantin perempuan. Mereka hanya menempelkan satu jepit bunga mawar yang sama dengan bros gaun Andralia.

"Pasang renda gelap. Dan jangan berikan hiasan apapun selain tali pelinti untuk gulungan rambut"

Semuanya sungguh dibuat kikuk. Mereka tidak bisa menolak perintah Andralia. Mereka semuanya hanya bisa mengikuti perintah Andralia.

Make-up Andralia juga telihat lebih sederhana dari Pengantin yang seharusnya. "Bukankah, ini terlihat seperti sedang berduka daripada di sebut Pengantin perempuan?" Batin beberapa pelayan di sana.

Kuku Andralia mulai diberi kutek agar warna kukunya tidak pucat. Namun, Andralia meminta hal lain. "Kutek merah, akan lebih selaras dengan gaunku" ucapnya.

Mereka yang telah memberi kutek pada kuku Andralia cepat-cepat menganti warna kuteknya.

"Merah yang gelap. Akan lebih baik jika selaras dengan matanya" mereka semuanya mengerti. Mereka paham, mata yang di maksud adalah warna mata Lucian yang sepekat darah.

"Baik Lady"

Setelah semuanya usai, Andralia melihat kuku-kuku jarinya. Rapi dan cantik.

Dia kembali berdiri, saat pelayan lainnya mulai merapikan kembali gaun itu. Pita merah mulai dikalungkan pada pingangnya. Andralia tidak menyukai itu, "Jangan pakaiankan pita itu, terlalu berlebihan. Lucian tidak akan menyukai itu" ucapnya tiba-tiba.

Pelayan yang ada di sana mengetahui jika Lucian menyukai kesederhanaan, namun penampilan Andralia saat ini, membuat mereka semuanya bersedih kepada Lucian.

Renda gelap yang Andralia minta telah dipasangkan. Dia segera keluar dari kamarnya, membiarkan pelayan yang ada di sana merapikan tempat berantakan itu. Andralia berjalan untuk menemui Ayahnya. Dia masih belum mendapatkan kabar apapun dari Kyle.

Sampai di depan kamar Ayahnya, dia melihat Lucian yang baru keluar dari kamarnya yang tak jauh dari pintu kamar Ayahnya. Lucian dengan setelan hitam dan putih, bunga mawar yang terjepit di dada kirinya, seperti bunga pada gaun dada kanan Andralia. Lucian tampak cocok dengan setelan itu. Rambutnya tidak banyak berubah, "Bodo amat" ucap Andralia masuk ke dalam kamar Alvart.

Di dalam kamar itu, Andralia melihat Kyle ternyata sedang berbincang dengan Ayahnya. "Kyle. Kau tidak mendengarkan ucapanku tadi!" ucap Andralia begitu memasuki kamar Alvart.

"Aku memintanya untuk tidak memanggil kalian. Kamu sangat cantik nak. Kemarilah" Senyum lebar di wajah tirus Alvart membuat hati Andralia melemah.

Andralia duduk di ujung kasur Alvart, bersebelahan dengan Ayahnya.

"Kenapa kamu memilih gaun hitam nak?" suara pecah itu lebih lirih dari sebelumnya.

"Aku tau apa yang disukai Lucian Ayah" jawabnya.

"Kamu jangan terlalu keras kepala pada suamimu nanti, Ayah sudah mendengar cerita Sesepuh, haha" Alvart tertawa ringan saat teringat cerita Sesepuh yang menemuinya sebelum kedatangan Andralia.

"Setelah ini, Ayah bisa tenang. Teruslah berbahagia, nak. Jangan sampai kalian terpisah karena masalah sepeleh. Ayah sangat yakin, jika Putri Ayah yang cantik ini, memiliki pemikiran dewasa sama seperti Ibundamu" Alvart mengusap pipi putrinya.

Bibir Andralia berdenyut. Dia sudah lama tidak mendengar pujian itu. "GREP!" Andralia memeluk Alvart dengan cepat.

Dia menangis. Menangis tiba-tiba. Dia hanya tidak siap dengan kehidupan barunya yang akan datang.

"Ayah, aku sangat mencintaimu, menyayangimu. Cepatlah sembuh, apa Ayah tidak ingin melihat putrimu? Apa Ayah tidak ingin melihatku sampai memiliki anak?"

Saat itu, Lucian mendengar semuanya. Dia sudah berdiri di pintu kamar Alvart. Dia hanya bisa diam di sana. "Bahkan, dia menolak untuk menyentuhnya. Bagaimana dia bisa memiliki anak dengan cara seperti ini?" Lucian menunggu mereka berdua hingga selesai bicara.

1
gwramm
ini sihh ceritanya menarik bet aslii🤭💯🔥semmangatt kakk author😾✨
ChiArt_27: terima kasih kak❤️‍🔥
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!