NovelToon NovelToon
Hangatnya Godaan Boss Duda

Hangatnya Godaan Boss Duda

Status: sedang berlangsung
Genre:Duda / CEO / Crazy Rich/Konglomerat / Beda Usia / Kehidupan di Kantor
Popularitas:22.3k
Nilai: 5
Nama Author: Kim99

"Kamu itu cuma anak haram, ayah kamu enggak tahu siapa dan ibu kamu sekarang di rumah sakit jiwa. Jangan mimpi untuk menikahi anakku, kamu sama sekali tidak pantas, Luna."

** **

"Menikah dengan saya, dan saya akan berikan apa yang tidak bisa dia berikan."

"Tapi, Pak ... saya ini cuma anak haram, saya miskin dan ...."

"Terima tawaran saya atau saya hancurkan bisnis Budhemu!"

"Ba-baik, Pak. Saya Mau."

Guy's, jangan lupa follow IG author @anita_hisyam FB : Anita Kim

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kim99, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ancaman Pak Duda

Di Kafe Sore Itu ....

Di sudut ruangan, Luna duduk dengan wajah tenang, meski keningnya tampak sedikit memar.

Di hadapannya, seorang pria berjaket berwarna abu muda menunduk sambil menyiapkan obat antiseptik. Dokter Rehan, namanya, katanya sih begitu, wajahnya lembut, tatapannya teduh, namun di balik mata itu tersimpan gurat kelelahan yang tidak bisa disembunyikan.

Luna tahu karena dia jug sering melihat wajahnya begitu di cermin.

“Sedikit perih, ya,” ucap Rehan pelan sambil menempelkan kapas yang dibasahi cairan antiseptik pada kening Luna.

“Enggak papa, Dok. Saya sudah terbiasa jatuh dan terbentur barang-barang kantor,” ujarnya dengan senyum kecil, mencoba mencairkan suasana.

Mendengar candaan itu, Rehan menatapnya sekilas, lalu tersenyum samar. “Kalau begitu, saya sarankan mulai besok berhenti kerja dulu beberapa hari. Luka kecil seperti ini kalau dibiarkan bisa meninggalkan bekas, lho.”

Luna terkekeh pelan. “Saya bukan tipe perempuan yang punya waktu buat luka kecil. Tapi terima kasih, Dok, sudah repot-repot.” Toh kan dia juga sudah menjadi pengangguran. "Maaf jadi merepotkan, Dok."

Suasana sempat hening untuk beberapa saat. Rehan menghela napas, lalu meletakkan kapas di meja.

“Sebenarnya… saya yang harus minta maaf, Mbak Luna.”

“Minta maaf? Kenapa?”

“Tadi, waktu pertama kali melihatmu di alun-alun itu … saya sempat error. Saya kira kamu adalah almarhumah istri saya.”

Luna terdiam, dia kemudian melirik Senja yang ada di antara mereka. Oh pantas gadis kecil itu sempat salah mengenalinya, bapaknya juga sama.

“Sata tahu itu terdengar bodoh. Tapi kamu benar-benar mirip dengannya. Sangat mirip. Sekali lagi saya minta maaf kalau Mbak Luna tidak nyaman.”

Luna hanya menatapnya, lalu tersenyum lembut. “Kehilangan seseorang memang tak mudah, ya, Dok?”

Rehan mengangguk pelan. “Sudah enam tahun… tapi kadang aku masih seperti orang yang baru kemarin mengantarnya ke pemakaman.”

“Papa, jadi aku enggak salah kan? Aunty Luna emang miriiiip banget sama Mama?”

Mereka berdua menoleh bersamaan. Menatap Seorang anak perempuan berusia enam tahun yang duduk di kursi sebelah, menikmati es krim dengan wajah polos.

“Jadi kamu salah ngenalin Aunty, ya?” tanya Luna. “Aunty suka nama kamu, cantik kayak orangnya.”

Senja mengangguk cepat. “Iya! Nama aku dikasih Mama dulu. Papa bilang, kalau aku lahir waktu langit sore warnanya ungu-pink. Itu artinya Senja!”

“Mama kamu pasti orang yang sangat baik.”

“Iya,” jawab Senja, lalu menatap Luna tanpa berkedip. “Aunty Luna, kalau Aunty nikah sama Papa, Aunty bakal jadi Mama aku, kan? Kata Nenek, gitu!”

Luna hampir tersedak kopinya, sedangkan Rehan spontan menatap putrinya dengan ekspresi panik.

“Senja!” seru Rehan lembut dengan tatapan mata lebih tajam. “Jangan bicara sembarangan begitu.”

“Tapi Nenek yang bilang, Pa! Katanya kalau ada perempuan baik yang mau sama Papa, nanti Senja punya Mama baru!” ujar Senja polos, mengedipkan mata dengan senyum manis.

Awalnya Luna pikir ini akan membosankan, tapi Luna malah menutup mulut, berusaha menahan tawa. “Aduh, Senja lucu banget, deh. Pinter banget bercandanya.”

“Eumm.” Rehan mengusap tengkuknya yang memanas. “Maaf ya, Mbak Luna. Anak ini kadang bicara tanpa filter.”

“Enggak papa, Dok.” Luna terkekeh, memandang gadis kecil itu dengan lembut.

Dari Jarak yang Tak Jauh

Sepasang mata tajam menatap pemandangan di dalam kafe dengan ekspresi yang sulit dijelaskan.

Dari awal pria itu hanya ingin tahu kegiatan Luna setelah Arsen lelah bekerja. Ia menyuruh Danar untuk “mengawasi secukupnya,” tapi begitu mendengar laporan kalau sekretarisnya sedang bertemu dengan seorang duda beranak satu, darahnya mendidih.

Sekarang, melihat dengan mata kepala sendiri bagaimana Luna tertawa dengan pria lain dan anak kecil itu memanggilnya Aunty Luna, rasanya benar-benar tidak nyaman.

“Tenang, Pak,” ucap Danar hati-hati dari sampingnya, tempat mereka duduk untuk mengawasi Luna. “Mungkin itu cuma orang asing, enggak sengaja ketemu, atau ....”

“Tutup mulutmu, Danar.” Suara Arsen mendadak sedingin kulkas 10 pintu, dengan mata merah menyala. “Saya cuma mau memastikan sesuatu.”

“Memastikan apa, Pak?”

“Bahwa dia masih tahu siapa bosnya.”

Tanpa menunggu, Arsen langsung beranjak dari duduknya. Sikapnya saat ini membuat Danar bingung sekaligus takut. Bosnya ini kadang-kadang nyebelin, kalau sampai dia berbuat ulah, habis sudah.

Semua kepala sempat menoleh ke arah suara hentakkan kaki yang terdengar cukup keras. Tapi hanya Luna yang tiba-tiba kaku di kursinya, sedangkan yang lain menatap kagum kepada duren sawit tersebut.

Setelan hitam, kemeja putih, aura dingin dan wibawa yang luar biasa, Arsen berjalan santai menuju meja mereka.

“Wuah, ganteng banget anjir.”

"Iya, ih. Kayaknya udah mapan, ya. Duitnya pasti banyak.”

“Sayang,” panggilnya lembut, membuat semua orang di sekitar spontan menoleh.

Luna pun tampak semakin membeku. “Pa-Pak Arsen?” gumamnya sangat pelan.

Pria itu sempat melirik dokter Rehan, lalu Arsen menatap Luna dengan pandangan yang sulit ditebak. “Kamu enggak bilang kalau kamu sedang di luar, hm?”

Situasi yang tidak menyenangkan itu membuat Rehan berdiri setengah bingung, karena tatapan mata pria di dekatnya, dia takut terjadi salah paham. “Maaf, Bapak ini…?”

Arsen mengulurkan tangan,tersenyum yang malah membuat suasana semakin canggung. “Arsen. Tunangan-nya Luna.”

“Eh?!” Luna hampir tersedak napasnya sendiri. “Pak Arsen, tunggu dulu, kita ....”

Akan tetapi, Arsen sudah menatapnya dengan tatapan yang sulit untuk dibantah.

“Ayo, Sayang. Udah sore. Kita masih ada jadwal meeting di luar.”

Luna menatap Rehan dengan ekspresi minta maaf, lalu tersenyum pada Senja. Kalau dipikir-pikir, ya memang lebih baik seperti ini, dia juga dari tadi sudah mau pamit, tapi tidak enak dan akhirnya dia pun beranjak.

“Aunty pamit dulu, ya. Lain kali kita makan es krim bareng lagi.” Hanya basa-basi, Luna sama sekali tidak memiliki niat apapun.

“Tapi Aunty belum jawab pertanyaan aku soal nikah sama Papa.…”

“Senja, stop bahas itu, ya, Sayang. Nanti Papa kasih Senja hadiah kalau Senja nurut sama papa.”

Luna hanya tersenyum gugup, lalu cepat-cepat berdiri. Dia kasihan pada anak itu, tapi lebih kasih lagi kalau dia memberikan harapan palsu.

“Terima kasih, Dok. Maaf karena saya harus pergi sekarang. Maafkan Aunty ya, Senja. Kapan-kapan kalau kita ketemu lagi, Aunty ajak jajan makanan yang lebih enak.”

Arsen yang mendengar itu semakin kebakaran jenggot, padahal, dia memang sudah lama tidak memiliki jenggot karena selalu mencukurnya sampai habis.

“Kamu benar-benar tahu cara membuatku naik darah, Luna.” Tangan besarnya menggenggam jari jemari mungil milik Luna.

“Saya cuma minum kopi, Pak. Bukan pacaran.”

“Dengan duda,” kata Arsen menegaskan dengan nada julid.

“Pak, Anda juga duda, apa Anda tidak sadar

?”

Padahal, saat itu Luna sedang beradu argumen dengan Arsen, tapi dari tempatnya duduk, Rehan dan Senja melihat kalau mereka sedang mengobrol dengan mesra.

“Aku kangen mama, Pa.”

Rehan tampak menginginkan senyum, tangan besarnya mengusap kepala sang anak dengan usapan lembut.

“Abis ini kita ketemu mama, ya?”

“Heummm.”

** **

Di sebuah jalan yang cukup sepi, Luna hanya bisa memejamkan mata saat Danar keluar dari mobil dan semua pintu dikunci.

“Maaf, Pak. Aku harus pulang?”

“Pulang atau nemuin duda itu, Heumm?” tanya Arsen dengan senyum menyeringai. Dia Menarik kasar dasi yang masih mengikat lehernya lantas menatap tajam ke arah Luna dari jarak yang sangat dekat. “Kamu tahu kan kalau saya tidak suka dipermainkan?”

“Pak Arsen saya ....”

“Menikah denganku, Luna ... Atau aku hancurkan bisnis rumah makan budemu itu!”

Luna menarik napas panjang, perempuan itu memejamkan matanya lantas menatap Arsen tegas.

“Pak, makasih udah bantu saya keluar dari situasi canggung kayak tadi, tapi ... Saya enggak bisa nikah sama Bapak.”

“Kenapa?” todong Arsen dingin. Dia semakin maju saat Luna terus mundur. “Apa ancaman pertama saya kurang bagimu, kalau saya bilang, saya bisa membuatmu mendapatkan yang seperti anak gadis tadi, bahkan yang lebih cantik, apa kamu masih akan menolak saya?”

“Pa- Pak Arsen, apa yang Ba-pak pikirkan?”

“Menurutmu?” tanya pria itu dengan seringai. Dia semakin mendekat, membuat Luna terpojok sampai jantungnya berdetak lebih keras, seperti akan meledak saat itu juga.

1
Pjjmakkem
nah lo.. drama apa lagi pagi2.. siap2 luna.. jreng.. jreng.. jreng..
Pjjmakkem: 🤣🤣.. seru banget ya punya budhe kayak gini..
total 2 replies
Nurlaila Elahsb
whatttt???gk mau punya anak!!aduh pak Arsen jgn gitu donk KL Luna tau dia bisa sedih lho😭😭
Piet Mayong
woahhh tadi apa Arsen bilang gak mau punya anak dr istrinya.....
jadi maksudnya apa ya?????
erviana erastus
mulut mu terlalu lancang zea ....
Wandi Fajar Ekoprasetyo
ayo Luna saatnya melihat org² yg menghina mu tertunduk dgn dirimu
neny
zea itu pasti saudara nya arsen,mknya dia menghindari bertemu dng arsen,,tp apa yg membuat zea berpihak ke yg lain,bkn ke arsen,,itu yg jd pertanyaan,,lanjut akak,,semangat 💪😘
Piet Mayong
jadi zea si keponakan toh disini judulnya
Yunita Aristya
nah kan, jadi penasaran sama keluarga nya arsen
iqha_24
ada hubungan apa Arsen dan Zea ?
DianWulanDari
nah siap2 si raja singa cemburu nih🤣🤣🤣
DianWulanDari
nah kan si duda GK sabaran🤣🤣
Yunita Aristya
jangan2 Zea ini ponakan ntah saudara jauh sama arsen
💞Aulia Adriani💕
recommended
DianWulanDari
wah Arsen agak lain nyamar jadi marbot🤣🤣🤣🤣
erviana erastus
cari mampus keluarga satu ini yg katax ahli surga eh ahli neraka kali ya
iqha_24
hadehh sama2 pada gila
Eka ELissa
zea...tamat kmu sblum sntuh.... Luna kmu lupa siapa Arsen.....
Eka ELissa
ahli surga go... mulutnya pdes bgt ma suka rendahkan orang 😡😡😡🤣🤣
DianWulanDari
nah kan si kang duda kagak sabaran banget si/Facepalm//Facepalm/
Piet Mayong
lanjutkan....
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!