Devan Ganendra pergi dari rumah, karena iri dengan saudara kembarnya yang menikah dengan Dara. Karena dia juga menyukai Dara yang cantik.
Ia pergi jauh ke Jogja untuk sekedar menghilangkan penat di rumah budhe Watik.
Namun dalam perjalanan ia kecelakaan dan harus menikahi seorang wanita bernama Ceisya Lafatunnisa atau biasa dipanggil Nisa
Nisa seorang janda tanpa anak. Ia bercerai mati sebelum malam pertama.
Lika-liku kehidupan Devan di uji. Ia harus jadi kuli bangunan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari bersama Nisa.
Bagaimana penyelesaian hubungan keluarga dengan mantan suaminya yang telah meninggal?
Atau bagaimana Devan memperjuangkan Nisa?
Lalu apakah Devan menerima dengan ikhlas kehadiran Dara sebagai iparnya?
ikuti kisah Devan Ganendra
cusss...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon si ciprut, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Yuk Mas!
Area Dewasa (belum cukup umur, minggir dulu)
Keduanya pulang ketika hari mulai larut. Bahkan seakan mereka enggan untuk kembali ke rumah.
Karena malam begitu dingin, Nisa memeluk Devan lebih erat.
Mumpung kesempatan ya Nis?, kapan lagi bisa berduaan begini.
Sesampainya di rumah, mas Hasan dan mbak Jannah sudah tertidur.
Beruntung Nisa membawa kunci serep jika keluar rumah. Sehingga kali ini bisa masuk tanpa menunggu mas Hasan bangun.
"Mau ngopi engga?, biar aku bikinin?" Tanya Nisa kepada Devan yang baru masuk ke dalam rumah. Devan langsung mengunci pintu rumahnya.
"Boleh!" Sahut Devan, kemudian melangkah menuju ke kamar.
Tak selang lama, Nisa sudah membawakan kopi untuknya. Kemudian di taruh di meja.
Nisa duduk di sebelah Devan, "Mas!" ucapnya, namun wajahnya menoleh ke arah lain, bukan ke wajah Devan.
"Kenapa?" Sahut Devan.
"Ga jadi!" Sahut Nisa, kemudian merebahkan tubuhnya di ranjang.
Nisa sepertinya mulai agresif nih. Terlihat dari gerak-gerik Nisa. Mau ngungkapin kok dirinya wanita.
Devan menyeruput kopinya, kemudian melepas jaket miliknya.
Berharap bisa mendengar sesuatu dari bibir Nisa, tapi di tunggu-tunggu engga segera terucap.
Akhirnya Devan ikut merebahkan badannya di sebelah Nisa.
Nisa udah grogi kalau Devan berbaring seperti ini.
Kepalanya di tumpukan ke tangan kirinya. "Ada apa hemmm?" Tanya Devan kepada Nisa.
"Engga!"
Devan mengerutkan keningnya, kemudian meniup mata indah Nisa. Tangan Devan memainkan rambut Nisa yang sudah terlepas dari kerudung yang dipakainya.
Hal itu membuat Nisa bergidik, meski Devan tidak tahu.
Devan menatap manik mata Nisa. Kemudian perlahan wajah Devan mendekati wajah Nisa.
Cup...!!
"Ayo katakan!, tadi mau bilang apa?" Ucap Devan setelah mencium kening Nisa.
Tampak Nisa berfikir keras tentang keinginannya bicara tadi. Tapi ia lupa kalau Devan dalam posisi ini.
Belum pun menjawab, Devan sudah memulai memainkan jarinya di bibir Nisa.
"Ini ga bisa ngomong?" Ucap Devan kembali.
Nisa bingung mau memulai kata-katanya. Malah kini tangan Nisa bergerak cepat merengkuh leher Devan. Kepalanya di sembunyikan di dada bidang Devan.
Devan yang sudah mulai paham pun menarik wajah Nisa agar keluar dari persembunyiannya.
Wajah Nisa sudah saling berhadapan. Bahkan mata Nisa di pejamkan.
Cup...!!
Kecupan kembali terjadi, namun bukan di bagian kening Nisa. Melainkan di bibir Nisa yang sangat menggoda.
Deru nafas Nisa mulai terhembus ke wajah Devan.
Devan mengulangnya, namun tidak di tarik kembali. Dan Nisa mulai membuka perlahan bibirnya.
Kesempatan itu tidak disia-siakan oleh Devan, hingga mendapatkan balasan dari Nisa.
Cukup lama keduanya berpagut, saling tukar saliva hingga suara berdecak dan nafas tersengal.
"Mas!" ucap Nisa.
Tanpa menjawab, Devan kembali melumat bibir Nisa. Bahkan kini tangan Devan bereaksi di sekitar sensitif milik Nisa bagian atas.
Punggung Nisa sedikit terangkat naik, seakan menikmati sensasi sentuhan Devan.
"Boleh ya?" ucap Devan ketika melepas pagutannya.
Nisa mengangguk, kemudian tangannya di lingkarkan di leher Devan.
Devan membuka satu persatu penutup kulit Nisa. Terlihat putih bersih dan mulus. Karena jarang terkena sinar matahari. Terlebih sering memakai lengan panjang dan rok maupun celana sampai tumit.
Devan menatap bukit Nisa yang terpampang di depannya. Tanpa sungkan, Devan pun langsung menyesap perlahan dan memainkannya.
Seperti seorang bayi yang sedang mencari sumber pelepas dahaga.
Tangan kanan Devan bereaksi ke area sensitif milik Nisa. Membuatnya menggelinjang, pinggulnya ke atas.
Nisa membantu membukanya perlahan, sementara Devan membuka penutup miliknya.
"Pelan ya mas!" Ucap Nisa dengan suara yang sedikit serak, dan nafasnya memburu. Seakan sedang berpacu dengan waktu.
"As you wish honey!" Ucap Devan, kemudian mengarahkan miliknya memasuki liang surgawi.
Perlahan tapi pasti, hingga semua bisa masuk sampai pucuk.
Devan menahannya, sementara Nisa tampak menikmati dengan mata yang berkedip-kedip.
Perlahan Devan menariknya kembali, hingga berulang.
Ughhh...!!
Ahhh....!!!
Nisa merintih kesakitan, ketika perlakuan Devan ini seakan tidak mau kasih ampun pada dirinya.
Devan tidak menyia-nyiakan kesempatan, hingga keduanya mencapai puncak kenikmatan surgawi dunia.
Saling peluk dan enggan terlepaskan. Hingga tak lama kemudian keduanya terkulai lemas. Kini saling pandang kemudian tersenyum.
"Makasih sayang!, Cup!" Ucap Devan kemudian mencium kening Nisa.
Nisa memeluk Devan, bahkan kepalanya disembunyikan di dada bidang Devan.
Nisa menitikkan air matanya, seakan sudah lega, karena kini sudah menjadi milik Devan seutuhnya.
Devan melihat bercak darah di seprei tempatnya beradu. Kemudian perlahan memindahkan Nisa yang masih memeluknya.
"Kamu janda, tapi perawan!" ucap Devan, kemudian mencium setiap inci wajah Nisa.
"Lagi mas?" Ucap Nisa seakan tidak punya malu untuk mengulang.
Meski masih sakit, tapi kata temannya jika berulang akan nikmat katanya. Makanya Nisa ingin membuktikan.
"Sesuai keinginanmu!" Sahut Devan. Kemudian keduanya pun mengulang pertarungannya kembali.
Ohhhh...!!
Bahkan Devan seperti tidak merasa lelah, karena pendakian ini.
Ada sesuatu yang membuatnya tidak ingin menyudahi permainan dengan Nisa.
Hingga keduanya berganti posisi untuk melakukan aksinya.
Keduanya sama-sama menginginkan lebih dari sekedar pelepasan. Menikmati indahnya surga dunia pertama kali bagi keduanya.
Meski sudah di sandang Nisa sebagai janda. Namun memang baru kali ini Nisa merasakannya.
Hingga keduanya terkulai lemas, namun bibirnya mengeluarkan tawa cekikikan karena ulah-ulahnya tersebut.
Benar kata teman Nisa, jika di ulang akan terasa nikmat. Dan ini membuat candu untuk Nisa.
Bahkan oleh lelaki gagah dan tampan ini dan sudah di sandang sebagai suaminya sekarang.
Meski masih nikah siri, namun itu tidak mengurangi rasa yang sudah ada.
Nisa enggan untuk terlepas dari Devan. Begitu juga Devan yang kini sudah menikmati sesungguhnya sebagai seorang lelaki.
Keduanya terlelap dalam mimpi, saling berpelukan tanpa selimut menutupinya. Keduanya masih sama-sama tanpa penutup badan.
Hingga waktu subuh tiba, Nisa sudah terbangun terlebih dahulu.
Rasa sakit kini dirasakan di bagian sensitifnya. Untuk duduk juga serasa perih dan ngilu.
Ssttttt....!!!
Keluh Nisa ketika merasakan sakit, kemudian perlahan turun dari ranjang.
"Cuci sprei nih!" ucap Nisa perlahan.
"Mas!" Panggil Nisa kepada Devan. Namun Devan tidak bergeming.
"Mas!" ucapnya sedikit lebih kencang.
Devan masih dalam posisi tidur pulas.
Cup....!!!
Cup....!!!
Cup....!!!
Nisa memberanikan diri untuk mencium suaminya, hingga tak lama kemudian, Devan membuka mata.
Namun bukannya bangun, Devan justru menarik kembali Nisa ke dalam dekapannya.
Pagi itu, Nisa yang masih merasa perih, kembali mengulang permainannya.
Bahkan pagi ini, Devan tampak lebih semangat.
Mungkin memang benar, jika pagi, milik Devan akan berdiri tanpa komando. Hal itu sudah biasa bagi kaum lelaki.
Makanya Devan mengambil kesempatan itu untuk mengulang kembali.
"Stttt...!!, sakit mas!, pelan!"
"hmmm" Sahut Devan.
Ugghhh....!!!
Keduanya kembali mencapai klimaksnya, ketika Nisa berada di atas tubuh Devan.
kemudian Nisa memeluk Devan dengan menindih badan Devan.
"Mau sholat subuh engga?" Tanya Devan.
"Mandi wajib dulu mas!" Sahut Nisa, tapi kepalanya masih bersembunyi di leher Devan.
"Ya udah Ayuk bareng!"
"Isss ga bisa!, kan kamar mandi di luar mas. Kecuali kalau kamar mandi di dalam kamar!"
"Oh iya ya!, bisa diledek mbak Jannah!" Sahut Devan. Kemudian mereka pun bangkit dari ranjangnya.
Nisa lebih dulu ke kamar mandi, dengan menggunakan pakaian yang ada, tanpa memakai pakaian dalam. Sementara Devan, memakai celana pendek serta kaos warna putih.
.
.
.
BERSAMBUNG
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
ibu tirinya, Nisa???
lanjut thor ceritanya
lanjutkan
jadi semangat bacanya deh
kog bisa2nya kek gitu
kan mayan ada devan yg jadi jaminan
cwek tuh perlu bukti ucapan juga lhooo
pokoknya yg bilang habiskan semua nya 😅😅😅😅