Anisa dan Yusuf pasangan suami istri yang memiliki kehidupan nyaris sempurna. Ekonomi cukup, tiga orang anak dan mertua yang tidak ikut campur. Namun, ujian datang dari mantan kekasih Anisa dan mantan istri Yusuf. Kehadiran mantan istri Yusuf juga telah membuat ibu mertua Anisa membencinya. Seiring berjalannya waktu, Yusuf tidak bisa menolak kehadiran mantan istrinya untuk kembali. Hingga memutuskan setuju untuk menikah siri, tapi Yusuf merahasiakan pernikahannya dari Anisa. Lalu bagaimana Anisa dengan mantan kekasihnya yang juga ingin bersamanya, akankah berhasil ? Apakah pernikahan Yusuf dan Anisa akan berakhir atau malah akan semakin kuat ? Yuk baca, like, komen dan share ya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon CumaHalu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10
KEESOKAN PAGI
Yusuf enggan membicarakan apa yang ibunya tuduhkan pada Anisa. Dan lebih memilih menyelidikinya sendiri. Ia merasa takut kalau ibunya hanya salah paham dengan Anisa.
Saat sarapan di ruang makan, Yusuf hanya memandangi Anisa yang sibuk menyiapkan bekal untuk anaknya sekolah. Dan istrinya terlihat baik-baik saja, selain itu hatinya yakin kalau Anisa sama sekali tidak salah. Sesekali Anisa menatapnya dan keduanya saling melempar senyuman.
"Mas, hari ini aku ijin keluar ya. Aku pengen ke mall sama Hana."
"Boleh, tapi ajak Mela juga ya."
"Oke siap," jawab Anisa tersenyum lebar.
Yusuf, Alif dan Ryan selesai sarapan, Anisa memasukkan bekal ke tas mereka masing-masing. Yusuf menghampiri Hana yang sedang bermain bersama Mela di ruang keluarga. Menciumnya, mengelus kepalanya dan berpamitan pada putrinya. Sementara itu Anisa, Alif dan Ryan menunggu Yusuf di teras.
"Aku berangkat dulu sayang." Yusuf mencium kening Anisa.
Anisa balas mencium pipi Yusuf, lalu keduanya tertawa bersama. Alif dan Ryan tersenyum bahagia melihat kedua orangtuanya. Kemudian Ryan dan Alif mencium tangan Anisa, setelah itu mereka bertiga berangkat.
Selepas anak dan suaminya berangkat kerja dan sekolah. Anisa masuk dan memerintah Mela bersiap ikut dengannya ke Mall. Selanjutnya Anisa mengganti pakaian Hana yang lucu.
"Ayo Mbak, aku udah siap." Mela menghampiri Anisa di kamar Hana.
Anisa memberikan Hana pada Mela, lalu dia mengambil tas dan kunci mobil. Lalu Anisa juga membawa stroller dan dia masukkan ke mobil. Setelah itu mereka bertiga berangkat ke mall terdekat.
Sampai di mall Anisa mengeluarkan stroller, dan Hana duduk di stroller nya. Hana bersorak riang gembira saat Anisa mendorong stroller nya mengelilingi mall. Kemudian mereka berhenti di dekat wahana permainan, Anisa menyuruh Mela ikut naik kereta. Sementara dirinya mengawasi dari kejauhan.
"Anisa!!" sapa seorang pria dan Anisa menoleh menatapnya.
"Kamu?" ujar Anisa membelalakkan matanya.
"Iya, kamu masih ingat kan denganku?"
"Iya, masih ingat Za, tapi kan kita emang lumayan lama ga ketemu."
"Apa kabar?" Reza mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan, namun Anisa tidak membalasnya.
"Baik, kalau kamu? Oiya, kamu jadi kan nikah sama calonmu waktu itu?"
"Enggak, aku pergi keluar negeri dan baru pulang kemarin malam. Kamu masih sendiri aja?"
"Nggak lah, itu anakku." Anisa menunjuk ke arah Hana dan Mela.
"Kamu pasti nikah sama pacarmu waktu itu ya?"
"Nggak, aku nikah sama kakaknya. Kamu sendiri kenapa masih single?"
"Aku belum bisa move on darimu."
Anisa merasa tidak nyaman dengan ucapan Reza, saat itu kebetulan Hana minta turun dari kereta. Lalu Anisa buru-buru mengajak Mela pergi dari sana. Reza tidak mau kehilangan jejak Anisa sengaja membuntuti agak jauh.
Drrttt....
Reza berdecak kesal karena hpnya berbunyi dan terpaksa berhenti membuntuti Anisa. Kemudian mengangkat telfon dari nomer tidak dikenal. Reza mengangkat telfon sambil mencari keberadaan Anisa yang sudah tidak kelihatan dari pandangannya.
"Halo, siapa nih?" tanya Reza pada seseorang yang menelfonnya.
"Za, ini aku Alexa. Masa nomerku ga kamu save? Udah di Indonesia belum?"
"Ah... Ternyata kamu, udah dari semalem, ada apa kamu menelfonku?"
"Goblok banget sih kamu Za, kamu lupa ya janjiku beberapa tahun lalu?"
"Janji yang mana?"
"Aku kembali kesini dan akan merebut kembali milikku, dan kamu harus membantuku. Kita akan saling bantu untuk mencapai tujuan kita."
"Oh, soal itu... Gimana caranya? Kamu tau sendiri kan dulu aku hampir ketahuan."
"Tapi kamu masih ingin memiliki Anisa, kan?"
"Tentu saja, aku cinta banget sama dia."
"Ya udah, kamu datang ke rumahku sekarang. Nih aku share lok."
"Oke siap boss!!!"
Tutttt....
DI KANTOR YUSUF
TOK TOK TOK
"Masuk," ucap Yusuf.
Ceklek
"Ini jam kerja, kenapa kamu datang kesini?" tegur Yusuf pada Kania yang berdiri di hadapannya.
"Bapak mau kita kesana sekarang Pak, kata Rena bapak sekarang drop lagi."
Yusuf berpikir sejenak, lalu berdiri dan merapikan mejanya. Mengambil dompet dan hpnya. Kania mengerutkan dahinya melihat Yusuf membereskan mejanya, dalam hatinya dia berharap bisa pergi lagi dengan Yusuf.
"Ya sudah, kita kesana sekarang."
Kania tersenyum lebar dan merasa sangat bahagia keinginannya langsung di setujui oleh Yusuf. Keduanya berangkat mengendarai mobil Yusuf. Setelah setengah jam perjalanan, mereka sampai di rumah Kania.
"Assalamualaikum," ucap Yusuf saat masuk ke rumah Kania.
"Waalaikumsalam, ayo masuk Nak," balas ibu Kania.
Kemudian Yusuf duduk di ruang tamu, sementara Kania pergi ke kamar bapaknya. Yusuf di temani ibu Kania yang duduk di sampingnya. Ibu Kania memegang tangan Yusuf dan menatapnya memelas.
"Kenapa bapak bisa drop lagi Bu? Kenapa tidak segera di bawa ke rumah sakit?" tanya Yusuf.
"Sebenarnya bukan hanya bapak, tapi kami semua di rumah terkejut mengetahui kenyataan ini. Kemarin ada tetangga kami yang pulang kerumahnya, selama ini dia tinggal di kos dekat pabrikmu. Dia mengatakan kalau kamu dan Kania sudah bercerai. Lalu kami tanya ke Kania, dia membenarkan kabar itu," ungkap ibu Kania disertai tangisan sesenggukan.
Yusuf menghela napas panjang, tidak mengira kabar perceraiannya ternyata berdampak serius pada bapak Kania. Setelah berbincang cukup lama, Kania ke ruang tamu dan mengajak Yusuf menemui bapaknya di kamar. Yusuf berdiri dan berjalan menuju kamar bapak Kania bersama ibunya Kania.
"Yusuf," panggil bapak Kania.
"Iya pak...." Yusuf duduk di pinggir kasur menatap mantan mertuanya.
"Apa benar kamu dan Kania sudah bercerai?"
"Betul Pak...."
"Kenapa kamu ceraikan anakku?"
"Karena takdir kami bersama hanya sebatas itu, Pak. Maaf...."
"Apa benar kamu lebih memilih wanita yang jauh lebih muda di banding anakku?"
"Itu, itu kejadian yang tidak di sengaja, Pak."
"Kalau begitu, kamu harus rujuk kembali dengan Kania."
Jantung Yusuf serasa ingin copot. Berusaha mengatur napasnya yang sedikit sesak mendengar keinginan mantan mertuanya tersebut. Perasaan kesal, marah dan kasihan campur jadi satu dalam hatinya.
"Tapi Pak, sekarang saya sudah punya anak. Tapi aku dan Kania sekarang bersahabat baik."
"Bapak tau, tapi bapak ingin kalian bersatu kembali," ujar bapak Kania dengan suara sangat lirih.
"Maaf Pak, Yusuf tidak bisa melakukan keinginan bapak."
Bapak Kania merasa kesal, kemudian emosinya naik dan mengakibatkan kondisinya makin parah. Yusuf panik beserta Kania dan ibunya, lalu mereka mengangkat tubuh bapak Kania. Memasukkannya ke mobil Yusuf, di pangku oleh ibu Kania. Sementara Kania dan Yusuf duduk di depan.
"Yusuf, Bapak ingin kamu kembali dengan Kania, karena hanya kamu yang bisa menyayanginya sama seperti kami. Tolong jangan tolak keinginan Bapak, ini permintaan terakhir Bapak." Bapak Kania bicara tersengal.
Setelah mengatakan itu, Bapak Kania tidak sadarkan diri. Ibu Kania mengguncang-guncang tubuh bapak Kania. Namun, tidak ada jawaban dan tubuh bapak Kania lemas seperti tak bertulang.
Ibu Kania menjerit histeris karena Bapak Kania sudah tidak bernapas. Yusuf yang berada di kemudi segera menghentikan mobilnya untuk memastikan. Saat menoleh dan memeriksa napas dan denyut nadinya, bapak Kania sudah meninggal dalam mobilnya.
Di saat itu juga, Kania meminta Yusuf putar balik. Sampai di rumah keluarga Kania, Yusuf ikut mempersiapkan pemakaman bapak Kania. Ibu Kania selalu menatap Yusuf yang dengan suka rela terus berada disana sampai pemakaman selesai di sore hari.
"Yusuf, sama seperti bapak. Ibu ingin kamu dan Kania rujuk."
"Tapi Bu, aku tidak bisa menikahi Kania."
"Ibu tau, setidaknya nikahi Kania secara agama. Jadikan Kania istri sirimu, biar almarhum bapak Kania tenang disana, kamu dengar sendiri kan permintaan terakhirnya?"
Yusuf menghela napas panjang, hari ini adalah yang tersulit dalam hidupnya. Ia dipaksa harus menikahi lagi wanita yang sudah diceraikannya. Sejak ibu Kania mengatakan hal yang sama dengan bapak Kania, Yusuf duduk termenung.
"Mas...." panggil Kania.
Yusuf menoleh dan menatap Kania yang berdiri di sampingnya. Lalu kembali menunduk tanpa mengatakan sepatah katapun. Kemudian Kania duduk di samping Yusuf.
"Aku tau ini pilihan sulit, tapi aku juga tidak mengira bapak punya keinginan seperti itu."
"Turuti saja permintaan terakhir bapaknya Kania, kalau kamu tidak menurutinya maka hidupmu akan bermasalah. Ini sama seperti dengan wasiat." Bibi Kania, adik dari mendiang bapak Kania menyahut dari belakang, sedangkan Yusuf kehabisan kata-kata untuk menjawabnya.
"Aku akan pikirkan dulu Kania. Kalaupun menikah, aku tidak akan menikahimu secara sah negara. Dan aku tidak mau Anisa dan keluargaku tau pernikahan kita nanti." Yusuf bicara lirih dekat Kania supaya tidak terdengar keluarga Kania lainnya.
"Oke, aku setuju. Lagipula kalau nanti kita menikah hanya untuk melakukan wasiat terakhir bapakku."
Yusuf mengangguk dan pergi dari rumah Kania tanpa berpamitan. Hati Kania terasa campur aduk, antara bahagia dan sedih. Sedih karena bapaknya meninggal, dan bahagia karena akan dinikahi Yusuf lagi. Setelah memastikan Yusuf pergi dari rumahnya, Kania memberitahu Dewa soal rencana pernikahannya dengan Yusuf.
DI RUMAH KELUARGA PAK HASAN
"Pa, Rahma pergi dulu ya." Rahma mencium tangan Pak Hasan.
"Ya, hati-hati Rahma...."
Rahma mengangguk dan tersenyum manis. Kemudian Rahma masuk ke mobil dan melajukan mobilnya keluar dari rumah Pak Hasan. Namun mobil Jeep yang sejak pagi parkir di depan rumah Pak Hasan mengikuti Rahma pergi.