"Kamu manggil dosen kamu abang?!"
"Iya, gimana dong. Gak sengaja."
"Mampus Elvia, kuliah kamu kayaknya gak bakal tenang." Emang salah curhat sama Devi, bukannya bantuin cari solusi malah diketawain.
---
"Nanti saya telat, Pak. Saya gak mau dimarahin sama dosen saya. Dosen saya galak."
"Dosen kamu itu saya, Elvia."
"Ntar boss saya marahin saya lagi. Boss saya juga galak!"
"Harus berapa kali saya bilang ke kamu?" Elvia tertawa melihat wajah kesal Arfa.
"Saya bossnya, Elvia!"
---
Kisah tentang Elvia, mahasiswi yang hobi nitip absen. Lalu Arfa, dosen mulut samyang yang karena satu dan lain hal dipanggil abang oleh Elvia.
Mampir dulu yuk, siapa tahu nyantol. Cerita tentang dosen memang banyak, tapi cerita ini dijamin mampu membuat kalian menahan kesal saking gemasnya. Happy Reading!
Update seminggu dua kali.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Juliahsn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pak Arfa Ngambek?!
Mengumpat boleh?
Rasanya sudah banyak sekali umpatan untuk Pak Arfa yang aku rapalkan dalam hati.
Ini hape aku kan matek yah, terus gimana coba caranya incess pulang?
Hmm, apakah dedek cantik ini harus meminjam handphone dari salah satu pengunjung?
Iya sih. Harusnya yang aku lakukan daritadi begitu.
Tapi gimana?
Rata-rata yang datang kesini tuh pasangan. Bukan rata-rata sih, tapi lebih tepatnya sebagian besar pengunjung disini itu ga sendirian.
Nanti kalau aku tiba-tiba samperin dikira pelakor gimana?
Padahal kan niat mau pinjem hape beneran. Nanti dikira mau modus lagi.
"Mas, mas." Panggilku dengan gaya mencegat mas mas yang mau masuk toilet.
Iya. Aku memutuskan untuk nongkrong di dekat toilet.
Nyebelinnya itu, emang ga ada mbak-mbak yang berniat ke toilet gitu?
Duar!
Seperti jantung yang berdetak dengan cepat bagaikan ada anjing Pak Usman yang siap menerkam dan aku sudah berancang-ancang mau berlari, tanganku pun mulai sedikit bergemetar karena terkejut mendengar suara yang begitu menggelegar.
Iya. Kalau lagi takut, biasanya jiwa alay aku kambuh.
"Mass.. gledek mas!!" Pekikku tertahan.
"Hah? Kenapa dek?" Mas mas itu menatapku bingung.
"Mau pulang, Mas!!" Karena takut, nada suaraku pun berubah ngegas.
"Hah? Dek coba tarik napas buang. Masa gara-gara gledek kamu gila sih?" Kayaknya mas-mas ini juga sama stressnya kayak aku.
Aku pun menurut,
Inhale..
Exhale..
"Iya ya, Mas. Berhasil. Hehe." Ucapku sembari menetralkan detak jantungku yang tidak karuan.
"Udah tenang kan dek?"
Aku mengangguk malu, "Hehe, iya."
Mas mas itu pun menatapku dengan tatapannya yang.. hmm? Gimana ya? Adem? Teduh?
Hehe pokoknya bedalah dari tatapan Pak Arfa yang super nyebelin.
"Tadi manggil saya kenapa dek?" Tanya mas-mas adem tadi.
"Hmm, saya cuman mau minjem hape Mas." Ucapku sembari menahan malu. Iyalah gimana ga malu, mas mas adem tadi ngelihatin sambil kayak senyum senyum gitu.
"Oh, gitu. Saya Alvin." Ucap mas mas adem yang bernama Alvin tadi sembari mengeluarkan handphone dari saku jeansnya.
"Eh, iya. Saya Elvia. Panggil Via saja. Makasih ya, Alvin?" Aku sih manggil nama soalnya dia kayaknya seumuran sama aku.
Setelah memaki, menjerit, dan mengumpat ke Bang Kelvin lewat handphone milik Alvin. Akhirnya dengan sangat berat hati, Bang Kelvin pun menurut untuk jemput. Hehe, bayangin aja aku mencak-mencak di telepon.
Malu-maluin?
Bahkan lebih dari itu.
"Makasih banget ya, Vin."
Alvin tersenyum seraya mengambil handphone yang mungkin sudah panas karena obrolanku dan Bang Kelvin yang memakan waktu cukup lama.
"Kamu gak manggil saya Mas?" Tanya Alvin. Seperti nada mengejek.
"Emang umur kamu berapa?" Tanyaku.
Alvin balik bertanya, "Menurut kamu?"
"20?21?" Tebakku.
Alvin mengangguk, "Ya. Sekitar itu."
"Jadi yang bener berapa? 20 atau 21 nih?" Tanyaku gemas. Orang nanya bener-bener, malah dijawab sekitar itu.
Aku tuh ga bisa denger jawaban ambigu.
"20." Jawab Alvin singkat khas dengan senyum manisnya.
"Oh, lebih tua setahun." Jawabku.
"Siapa?"
"Menurut kamu?"
"Balas dendam nih ceritanya?"
"Emang."
Alvin pun lagi-lagi tersenyum. Aduh, ambyar aku mas.
"19 tahun."
"Kamu?"
"Enggak. Kucing aku." Aku menjawab dengan kesal.
"Dek, abang kamu sms. Katanya udah sampe ga pakek lama."
Aduh, dipanggil adek rasanya lemah banget hati ini.
"Makasih ya, Alvin."
"Eh, Mas Alvin." Ada jeda sejenak sebelum aku mengoreksi kalimat 'Mas' Alvin.
💥💥💥
Akhirnya aku punya alasan kenapa hari ini aku ga perlu datang ke kampus.
Pertama, aku lagi ga enak badan.
Kedua, aku lagi ngambek.
"Dek, lu beneran gapapa gue tinggal?" Bang Kelvin kayaknya cemas deh.
"Gue strong kok. Udah, buruan kerja sana."
Bang Kelvin kemarin malam emang agak cerewet gara-gara aku tiba-tiba minta jemput.
Kayaknya Bang Kelvin lagi ngapel deh.
Tapi, lihat mukaku yang sedikit pucat membuat Bang Kelvin luluh dan aku pun lolos dari omelan dia.
Sungguh sakit yang membawa berkah.
"Yaudah, mau dibawain apa pas pulang?" Tanya Bang Kelvin.
"Bawa calon bini aja lah bang. Kesian, abang kayak jomblo lapuk."
Bang Kelvin seperti ingin mengeluarkan omelannya yang luar biasa panjang, "Kamu ya lagi sakit masih bisa bercanda."
Untung Bang Kelvin menahan omelannya. Lagi lagi, sakit ini membawa berkah.
"Bang, tolong bilangin ke Pak Arfa ya aku izin ga masuk. Pak Arfa tuh ya kalau ga ada bukti bahwa siswanya sakit, dia kekeuh nulis alpa." Rutukku kesal.
Makanya pas kelas Pak Arfa ga ada yang berani bohong sakit.
Siapa tau kalau Bang Kelvin yang bilang, Pak Arfa iyain.
"Ga mau. Ngomong sendiri lah." Jawab Bang Kelvin lalu pergi.
Elvia Avaretta
Pak
Saya izin g msk.
(08.00)
Pak Galak
Knp?
(08.15)
Elvia Avaretta
Skit Pak.
(08.17)
Pak Galak
Kamu sakit?
Bukannya kemarin ketemu
mas mas ganteng
Elvia Avaretta
Hah?
Siapa?
(Read)
Apaan sih Pak Arfa? Harusnya aku yang ngegas. Kok malah dia sih?!
perasaan dulu pertama ketemu panggil Abang fotocopy 🤔