Dikhianati oleh orang yang dicintai yaitu sang istri membuat Louis Gabriel menutup diri dari wanita, dia menjalani hari-harinya dengan begitu kesepian bahkan tinggal di rumah mewah dan besar miliknya tanpa ditemani oleh siapapun.
Dingin, kasar, dan arogan menjadi sifat Louis yang merupakan salah satu pengusaha terkaya di negaranya. Meskipun Luois menutup hatinya akan seorang wanita, namun, tidak dengan nafsu dan birahi yang ada di dalam dirinya.
Sebagai seorang laki-laki normal tentu saja dia tetap membutuhkan kaum wanita untuk memenuhi kebutuhan biologisnya itu, dan Loius selalu menggunakan jasa wanita penghibur untuk memuaskan nafsu birahinya.
Sampai akhirnya, dia bertemu dengan seorang wanita yang cuek, urakan bahkan pecicilan bernama Arista yang mampu membuka hati bahkan mencairkan jiwa yang selama ini membeku.
Seperti apakah pertemuan mereka berdua? akankah Arista menerima cinta dari seorang laki-laki kaya raya, namun, memiliki sifat Arogan dan semena-mena tersebut?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reni t, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Peraturan
Arista nampak mengerutkan keningnya. Apakah Clara Kiel yang baru saja di sebut sebagai Nyonya mantan istri dari Louis adalah wanita yang sama dengan orang yang sangat dia kenal. Otaknya pun nampak berfikir keras dan ingin segera mencari tau lebih dalam lagi, akan tetapi sebagai seorang pelayan dia tahu betul batasan-batasan yang tidak boleh dia lewati.
"Nona istirahat aja dulu, Nona pasti lelah setelah menempuh perjalanan panjang," pinta Bibi ramah.
"Bibi, jangan panggil saya dengan sebutan Nona lagi, saya ngerasa gak enak," pinta Arista menggaruk kepalanya yang sebenarnya tidak merasa gatal sama sekali.
"Gak apa-apa, saya 'kan udah bilang kalau anda adalah pelayan spesial Tuan Louis."
"Hah?"
Arista mengerutkan kening tanda tidak mengerti lengkap dengan wajah polosnya.
"Udah, Nona bersantai aja dulu. Nanti kalau Tuan ngasih perintah ke Nona, Nona harus ikuti semua yang dia katakan. Tuan itu gak suka di bantah, setiap perkataan yang keluar dari mulut beliau hukumnya wajib dituruti. Sama satu lagi, ada satu makanan yang merupakan makanan kegemaran Tuan Louis dan stok di rumah gak boleh kosong.''
"Apa?"
"Hmm ... Tuan Louis suka banget sama mie rebus."
"Hah? Mie rebus? Ha ... Ha ... Ha ...! Bibi gak bercanda 'kan? Orang kaya suka makan mie rebus juga? Saya pikir mie rebus cuma makanan kegemaran orang miskin aja," tawa Arista tertawa renyah.
"Kamu lagi ngetawain saya?" Tiba-tiba Louis masuk ke dalam kamar membuat Arista segera berdiri lalu menundukkan kepalanya.
"Nggak, Tuan. Eh maksudnya i-ya, eh enggak ding ... Anu Tuan ..." Terbata-bata Arista menjawab dengan perasaan gugup dan suara yang terbata-bata.
"Ah-eh ... Anu-anu ... Apa? Jelas-jelas kamu ngetawain saya tadi," jawab Louis membulatkan bola matanya berjalan masuk ke dalam kamar.
"Saya permisi, Tuan." Pamit bibi tidak ingin mengganggu kebersamaan mereka berdua.
"Eh, bibi mau kemana? Jangan tinggalin saya," protes Arsita merasa gugup.
Bibi sama sekali tidak menghiraukan panggilan gadis itu dan berjalan keluar dari dalam kamar.
Sepeninggal Bibi, kini tinggallah Arista hanya berdua bersama Tuan Louis. Wajah Arista terlihat pucat pasi dengan keringat yang membasahi pelipisnya kini merasa gugup.
"Kamu tadi ngetawain saya 'kan?" Tanya Louis lagi berjalan mendekati Arista.
"Eu ... anu, Tuan."
"Anu apa? Dari tadi jawabnya anu-anu terus?"
"Saya cuma ketawa dikit Tuan."
"Ketawa dikit apanya? Suara tawa kamu kedengaran sampe depan tau.''
"Hah, masa sih? Apa sekeras itu suara tawa saya?"
"Bukan sekeras itu lagi, tapi keras banget lebih tepatnya tertawa terbahak-bahak. Apa saya selucu itu, hah?" Tanya Louis menatap tajam wajah Arista dan berada tepat di depannya kini membuat jantung gadis itu berdetak kencang.
"Jawab Arista? Apa aku selucu itu?''
"Iya, Tuan. Eh maksudnya enggak, anda gak lucu sama sekali," jawab Arista sedikit terbata-bata.
"Bohong."
"Iya, Tuan. Saya bohong, eh ... nggak saya gak bohong.''
'Astaga kenapa pake salah ngomong segala si' (Batin Arista)
Louis memajukan wajahnya dengan menatap lekat wajah Arista membuat gadis itu sontak memundurkan wajahnya balas menatap wajah Louis yang kini terlihat begitu tampan dari arah dekat.
"Kamu pelayan saya sekarang jadi, kamu harus ikuti semua yang saya katakan, saya gak--"
"Gak suka dibantah dan setiap perintah yang keluar dari mulut Tuan hukumnya wajib dikerjakan," potong Arista membuat Louis seketika tersenyum menyeringai.
"Satu lagi yang saya gak suka, dan kamu harus ingat baik-baik."
"A-apa itu, Tuan."
"Saya gak suka kalau ada orang yang memotong ucapan saya, mengerti?" lirih Louis menarik pinggang Arista dan membawanya begitu dekat hingga tubuh mereka saling menempel.
"Ba-baik, Tuan. Tapi kenapa Tuan kayak gini? Lepasin saya, Tuan." Pinta Arista dengan tubuh gemetar.
"Kenapa? Suka-suka saya dong. Kamu 'kan pelayan saya sekarang."
"Tapi, Tuan?"
"Sttt ... Lupa apa yang baru saja kamu ucapkan tadi?" Louis meletakkan jari telunjuknya di bibir mungil Arista.
"Kamu harus ingat semua peraturan di rumah ini. Satu, saya gak suka di bantah. Dua, semua perintah yang keluar dari mulut saya wajib hukumnya dan ketiga, saya gak suka kalau ada yang memotong ucapan saya. Kalau kamu berani memotong ucapan saya lagi kayak tadi, saya bakalan lakuin hal yang lebih dari ini, mengerti?" Tanya Louis semakin mendekap erat pinggang mungil Arista seraya menariknya membuat wajah mereka berada semakin dekat dan hampir bersentuhan.
Louis menatap lekat wajah Arista yang saat ini berada sangat dekat dengan wajahnya, dia pun menyisir setiap jengkal wajah cantik alami tanpa polesan make up sedikitpun itu dengan tatapan me*um membuat Arista seketika semakin di buat gugup dengan tubuh yang gemetar.
"Le-lepasin saya, Tuan. Pinggang saya sakit," rengek Arista.
Seketika itu juga, Louis melepaskan lingkaran tangannya dan berdiri tegak lalu memutar badannya merasa gugup. Gadis yang berada di hadapannya ini benar-benar berbeda dari gadis yang selama ini dia kenal di luaran sana.
"Ikut saya, saya akan belikan kamu pakaian baru." Pinta Louis hendak berjalan keluar dari dalam kamar.
"Tapi Tuan--" protes Arista membuat Louis seketika menghentikan langkah kakinya lalu memutar badan.
"Kamu?"
"Iya maaf, Tuan. Saya lupa anda gak suka di bantah tapi--''
"Tapi apa lagi?"
"Anu, Tuan."
"Anu apa? Astaga Arista ... bisa gak sih kalau ngomong jangan setengah-setengah kayak gitu pusing saya dengernya," gerutu Louis kesal.
"Saya belum mandi dua hari, Tuan."
"Apa?"
Arista menggaruk kepalanya dengan wajah yang sedikit cengengesan.
"Kamu belum mandi selama dua hari?"
Arista mengangguk seraya cengengesan.
"Astaga hahaha ..." Louis tertawa seraya mengusap wajahnya kasar.
"Makannya, saya mau izin mandi dulu."
"Kamu ini bener-bener ya. Ya Tuhan jorok banget si dua hari gak mandi Ha ... Ha ... Ha ...," gerutunya lagi diiringi suara tawa yang terdengar renyah.
"Maaf, Tuan. Tapi, Tuan izinin saya mandi nggak?"
"Ya udah kamu mandi dulu sana, saya tunggu di sini."
"Hah?"
"Kenapa?"
"Tuan gak nungguin di luar?"
"Suka-suka saya dong, ini 'kan rumah saya."
"Tapi, Tuan?"
"Cepat mandi, kalau nggak saya yang bakalan mandiin kamu, mau?"
"Nggak, Tuan. Baik, saya mandi sekarang juga. Tapi--''
"Tapi apa lagi?"
"Tuan jangan ngintip ya," pinta Arista dengan begitu polosnya.
"Ha ... Ha ... Ha ... Kalau kamu masih ngomong aja, saya bakalan beneran mandiin kamu sekarang juga," Louis menaikan suaranya seraya berjalan mendekat.
"Ampun, Tuan. Iya saya mandi sekarang juga."
Arista segera berlari ke arah kamar mandi.
'*Ya Tuhan kenapa jantung saya berdetak kencang kayak gini? kenapa Arista lucu banget si? (Batin Louis seraya tersenyum)
♥️*♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️