Alya terpaksa menggantikan Putri yang menghilang di hari pernikahan nya dengan putra dari konglomerat keluarga besar Danayaksa. Pebisnis yang di segani di dunia bisnis. Pernikahan yang mengantarkan Alya ke dalam Lika - liku kehidupan sebenarnya. Mulai dari kesepakatan untuk bertahan dalam pernikahan mereka, wanita yang ada di masa lalu suami nya, hingga keluarga Devan yang tidak bisa menerima Alya sebagai istri Devan. Mampukah Alya melewatinya? Dengan besarnya rasa cinta dari Devan yang menguatkan Alya untuk bertahan mengarungi semua rintangan itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fitri Wardani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ajakan Berpisah
*****
" Oke. Kamar yang itu." Jawab Devan.
Devan lalu menunjuk salah satu ruangan pada Alya. Alya mengangguk dan langsung menuju kamar itu. Pertama dia butuh tidur agar pikiran nya bisa berpikir jernih bagaimana mendiskusikan kelanjutan pernikahan ini.
Devan juga memilih kembali masuk ke dalam kamar nya, tubuhnya terasa lengket. Dia akan mandi dulu lalu tidur beberapa saat sebelum membahas beberapa hal dengan wanita yang masih terasa asing itu.
*
*
*
Alarm di ponsel nya membangunkan Alya jam 05.00 pagi. Alya beranjak untuk mengambil wudhu dan melaksanakan salat subuh.
Alya mengecek ponsel nya sebentar memeriksa apakah ada balasan email atau pesan yang di kirim oleh bos nya terkait tambahan cuti nya satu hari lagi. Mungkin nanti jam 06.00 pagi Alya akan menghubungi bos nya.
Alya melipat mukena nya lalu keluar kamar setelah dia melaksanakan salat subuh. Dia tidak tahu kamar mana yang di tempati oleh suami nya itu. Dia memperhatikan sekitar ruangan seperti tidak ada tanda - tanda kehidupan.
Alya lalu memutuskan mengetuk pintu di sebelah kamar nya. Alya hanya menduga - duga jika Devan menempati kamar itu.
Benar saja, pintu di buka dan melihat jika Devan terlihat baru bangun.
" Ada apa?" Tanya Devan dengan wajah yang masih mengantuk.
" Sudah subuh, mas. Takut nya kesiangan." Ucap Alya.
Devan hanya mengangguk pelan.
" Thanks." Jawab Devan.
Devan tidak lagi menutup pintu nya, dia membiarkan Alya berdiri di sana sedang pria itu sudah beranjak menuju kamar mandi.
" Lebih baik aku ke dapur saja. Membuat teh hangat seperti nya enak. Aku juga sangat lapar karena kemarin sore hanya makan sedikit." Gumam Alya yang beranjak menuju dapur.
Di dapur Alya kemudian membuka kulkas. Dia meringis karena tidak melihat apa pun di sana. Hanya ada roti, telur juga sawi dan tomat.
Kemudian Alya membuka kabinet - kabinet yang ada di sana. Persausan lumayan lengkap. Alya pun memutuskan membuat sandwich saja, padahal tadi dia sangat menginginkan nasi goreng.
Alya kemudian mengambil dua cangkir, merebus air dari teko elektrik. Sambil menunggu air mendidih, Alya memilih mengocok telur dan mendadarnya. Dia juga mengambil roti dari kulkas lalu mengolesnya dengan margarin sebelum dia toast.
Teko elektrik berbunyi, membuat Alya langsung menuang air panas itu ke dalam dua cangkir. Lalu menyajikan teh itu di atas meja makan.
" Kamu buat apa?" Tanya Devan yang tiba - tiba sudah masuk ke dapur.
" Sandwich saja mas. Mau teh atau kopi?" Tanya Alya padahal di tangannya sudah ada dua cangkir teh.
" Teh saja. Terima kasih." Jawab Devan.
Alys hanya mengangguk dan kembali melanjutkan kegiatannya membuat sandwich.
" Aku itu keponakan Pakde Baldi, Mas. Pakde dan ayah ku kakak adik. Orang tuaku meninggal saat aku berusia 5 tahun. Saat itu pakde memutuskan untuk mengurusku walaupun sempat ditentang oleh Bude Sandra. Lalu saat aku akan masuk sekolah, Pakde resmi mengangkat ku sebagai anak karena aku butuh KK untuk sekolah. Sehingga namaku ditambah dengan marga dari keluarga Bude yang masih keturunan ningrat." Ungkap Alya yang mulai cerita nya.
Sedangkan Devan, hanya dia mendengarkan cerita Alya yang masih membelakanginya.
" Jadi mungkin ini akan mengecewakan keluarga kamu. Jika kenyataannya yang menikah dengan mu bukan lah bagian dari keluarga Kusuma Diningrat dan tidak memiliki keturunan darah biru. Tidak bergelimang harta dan tidak memiliki aset kekayaan." Sambung Alya sambil mengoles roti yang sudah selesai di toast.
Kemudian Alya kembali memasukkan 2 roti yang lain.
" Orang tua kamu meninggal karena apa?" Tanya Devan.
Pertanyaan Devan membuat Alya menoleh sejenak namun kembali melanjutkan memotong tomat.
" Kecelakaan, mas. Aku juga menjadi korban dan satu - satunya yang selamat." Jawab Alya yang mulai merasakan sesak di dada nya. Padahal kejadian itu telah berlalu puluhan tahun silam.
Devan terdiam, menunggu Alya melanjutkan cerita tentang diri nya.
" Semoga kamu tidak berpikir jika aku memanfaatkan pernikahan ini. Aku melakukannya karena Pakde, tidak ada niat yang lain. Dia telah banyak menolong hidup ku hingga aku bisa sampai di titik ini. Kupikir membereskan kekacauan yang di sebabkan Putri bisa menembus kebaikan Pakde selama ini. Aku tidak akan mengambil keuntungan apapun dalam pernikahan ini. Aku memang tidak kaya, tapi aku mampu menghidupi diri ku dengan baik selama ini."
Sandwich telah selesai di buat. Alya kemudian membawa kemeja makan dan menghidangkannya untuk Devan juga. Setelah itu Alya duduk di depan Devan.
" Hanya ini yang ada di kulkas. Aku lapar sekali. Mas Devan pasti juga lapar, aku membuat ekstra." Ucap Alya.
Alya mengangkat cangkir teh yang masih panas, lalu meminumnya sedikit - sedikit. Langsung terasa di perutnya dan membuatnya merasa lebih baik.
" Kamu pandai memanfaatkan bahan yang ada." Ucap Devan ikut menyesap tehnya.
Mendengar ucapan Devan barusan membuat Alya mengernyit dan terkekeh.
" Apanya yang pandai? Itu kan hal biasa." Sahut Alya.
Devan hanya diam.
" Aku tidak keberatan sama sekali jika kamu ingin menceraikanku secepatnya. Atau jika kamu ingin bertahan hingga Putri kembali aku juga tidak masalah. Inti nya aku tidak ada masalah kapan pun kamu mau menceraikanku. Bahkan jika kamu menceraikanku detik ini. Tapi, aku juga tidak ingin mempermainkan pernikahan ini dan menambah dosa ku sebagai seorang istri. Selama kamu belum menceraikanku, maka aku akan menjalankan peran ku sebagai seorang istri. Tapi sungguh, yang aku lakukan bukan untuk membuatmu terkesan. Ini Antara Aku Dengan Allah saja, karena menikah adalah ibadah kan?" Ungkap Alya panjang lebar yang menatap Devan dengan senyum.
Tanpa Alya sadari, ucapannya barusan begitu menyentak dan mengejutkan Devan.
" Wanita ini, kenapa bisa mengatakannya semudah itu? Dan apa tadi setelahnya? Akan menjalankan perannya sebagai seorang istri? Menikah adalah ibadah? Antara Aku Dengan Allah? Wanita ini benar - benar penuh dengan kejutan." Bathin Devan.
" Kenapa kamu memikirkan perceraian?" Tanya Devan menatap Alya dengan dalam setelah lama terdiam.
" Karena kamu mencintai Putri. Pernikahan ini hanya kesalahan. Seperti itu yang tadi aku katakan, aku murni hanya untuk membantu Pakde, tidak akan mengambil keuntungan apapun. Jadi jika kamu mau menceraikan aku juga aku tidak ada masalah." Jawab Alya.
" Bagaimana jika aku tidak memilih keduanya?"
" Maksudnya?"
" Tidak menceraikan kamu secepatnya dan tidak menceraikanmu sekalipun Putri kembali."
Tatapan Devan begitu lekat, membuat Alya membeku dengan tubuh yang menggigil.
" Kenapa dia mengatakan hal yang tidak masuk akal ku?" Bathin Alya.
" Kenapa?" Tanya Alya dengan lidah yang kelu. Tahu dia tidak mengerti dengan ucapan Devan barusan.
" Apa nya?" Tanya Devan balik.
Devan tersenyum sambil melihat keterkejutan di wajah Alya.
" Wanita ini menarik. Sepertinya dia tidak memikirkan perasaannya sama sekali. Benar - benar hanya ingin membantu pakdenya sebagai balas budi." Bathin Devan.
" Kenapa tidak menceraikanku saja?" Tanya Alya memperjelas pertanyaan sebelumnya.
Duh... Gimana pendapat kalian dengan bab ini?
Udah Nemu chemistry antara Alya dan Devan belum?
Udah bisa nebak karakter Devan belum?
Jangan lupa kasi bintang lima dan komentar kalian ya...
Terima kasih
belum nemu kemistrinya Thor🙏