NovelToon NovelToon
One Night Recipe

One Night Recipe

Status: sedang berlangsung
Genre:One Night Stand / Cinta pada Pandangan Pertama / Chicklit
Popularitas:1.9k
Nilai: 5
Nama Author: Giant Rosemary

Kehidupan Amori tidak akan pernah sama lagi setelah bertemu dengan Lucas, si pemain basket yang datang ke Indonesia hanya untuk memulihkan namanya. Kejadian satu malam membuat keduanya terikat, dan salah satunya enggan melepas.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Giant Rosemary, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Familiar?

“Dikompresnya cukup di bagian ini aja, Mor. Suhunya diatur di  37-40 derajat celcius, lalu taruh handuk tipis seperti ini dulu, baru ditaruh.” Gaby mempraktekkan cara mengompres lutut Lucas sebagai bagian dari perawatan pemulihan cederanya. Sementara Amori memperhatikan dengan mata yang sangat fokus, mengikuti setiap gerakan tangan Gaby.

Tak menunggu lama, satu hari setelah pengajuan revisi kontraknya dilakukan, petinggi di Maison Privee langsung menyetujui. Tentu saja dengan penyesuaian biaya layanan yang akhirnya naik sampai 2 kali lipat. Jadi sejak malam ini, Amori akan resmi tinggal di kediaman Lucas dan menjalankan beberapa tugas tambahan.

“Oke, berapa lama dikompresnya?”

“Lima belas menit cukup. Biasanya Lucas butuh dikompres setiap pagi setelah sarapan, dan malam sebelum tidur. Tapi kamu bisa cek kondisinya setiap habis latihan, karena biasanya kalau sedang kurang hati-hati, lututnya akan terasa sakit dan Lucas butuh di kompres juga.” Amori langsung mencatat baik-baik setiap informasi yang Gabi berikan. Mereka sama-sama duduk di lantai yang beralaskan karpet, dengan Lucas yang duduk di atas sofa dengan kaku yang terjulur, sambil terus memperhatikan Amori.

“Lalu, ini tambahan vitamin dan obat yang harus Lucas minum secara rutin. Di setiap botolnya sudah ada informasi kapan harus di konsumsi dan dosisinya, jadi kamu tinggal ikutin aja. Untuk jadwal fisioterapi Lucas, timnas sudah pegang. Biar mereka yang atur. Selebihnya seperti yang tadi aku udah ajarin, kamu tinggal lakukan 2 kali sehari. Bisa kan Mor?” Amori mengangguk mantap. Matanya berapi-api penuh semangat, dan membuat sudut bibir Lucas naik tipis.

“Besok aku sudah harus pulang. Tapi kalau ada pertanyaan soal perawatan Lucas, kamu bisa hubungi aku kapanpun. Jangan sungkan, ya?” Amori mengiyakan. Rasanya gugup karena tugas dan tanggung jawabnya bertambah. Apalagi kini yang harus ia urus adalah aset negara. Anggota Timnas.

Setelah selesai mengompres lutut Lucas dan memberikannya obat, Amori baru bisa beristirahat. Untuk malam ini, ia akan menempati kamar yang seharusnya ditempati oleh Dani. Pria itu terpaksa tidur entah dimana karena kamarnya akan Amori pakai. Besok setelah Gaby kembali ke Amsterdam, baru Dani bisa kembali pulang dan menempati kamarnya karena Amori akan pindah ke kamar Gaby.

Keesokan harinya, Amori sudah siap sejak pagi buta. Ia menyiapkan sarapan untuk semua orang di rumah, lalu menyiapkan botol-botol vitamin yang harus Lucas konsumsi setiap pagi. Gaby sampai memujinya sambil tersenyum puas ketika melihat kinerjanya. Membuat Amori tidak diberikan kesempatan untuk menghilangkan semu pada pipinya karena pujian bertubi-tubi yang Gaby berikan.

Lalu selesai sarapan Gaby dan Lucas sama-sama bersiap. Lucas akan pergi ke arena latihan sementara Gaby akan ke bandara untuk kembali ke Amsterdam.

“Aku titip Lucas ya, Mor. Nanti kalau kamu kesulitan, bisa minta tolong Dani atau hubungi aku langsung.” Amori mengiyakan lalu menyambut pelukan perpisahan Gaby. Setelah gadis cantik itu pergi, kini giliran Lucas yang menghampirinya.

“Nanti, berangkat pakai taksi. Jangan pakai motor. Oke?”

“Oke.” sahut Amori gugup. Berdiri berhadap-hadapan dengan Lucas, sosok tampan yang punya aura berbahaya bagi jantungnya, sungguh tidak mudah. Amori takut Lucas bisa mendengar detak jantungnya yang tidak karuan jika pria itu terus menerus menatap wajahnya dengan begitu lekat.

“Aku pergi.” pamit Lucas, sambil mengusap puncak kepala Amori sambil lalu. Setelah pria itu pergi, Amori langsung lemas. Ia bersandar di tembok sambil memegangi dadanya yang masih bertalu.

“Dia, bahaya banget.” bisiknya.

***

Suara benturan bola basket dengan lantai berlapis vinyl tidak putus terdengar. Diikuti dengan suara decitan sepatu yang nyaring, belasan atlet dengan postur yang tinggi besar itu terlihat sengit melakukan pertandingan uji coba.

“Swing!” tim Lucas sedang berada di posisi menyerang, dan bola kini sedang dipegang oleh posisi center. Dari sisi luar, pemain lain berteriak agar pemain itu mengoper ke arah Lucas yang posisinya kosong. Namun seolah tidak mengindahkan, si pemain berusaha untuk mencetak poin dan berakhir gagal. Karenanya mereka ditarik keluar oleh pelatih, dan situasi menjadi tegang.

“What happen with you? Tidak dengar arahan point guard?” si pemain tengah itu hanya diam. Ia mengambil botol minum dari salah satu asisten pelatih dan meminumnya cepat. Tyler lalu melihat pada Lucas yang berdiri tegak  di sisi paling kanan, tidak terlihat terganggu dengan kenyataan bahwa sepanjang pertandingan yang sudah berjalan dua kuarter itu, ia seolah tak dianggap. Pemain lain jarang sekali mengoper ke arahnya yang berada di posisi terluar, padahal posisinya sebagai penembak utama selalu kosong.

“Kembali ke lapangan dan main yang benar!” pertandingan kembali dilangsungkan. Tim Lucas ketinggalan poin cukup jauh sehingga pada kuarter ketiga ini, targetnya adalah menyalip poin.

Kini set play dimulai oleh point guard yang membawa bola ke sisi kanan. Lucas yang berada di posisi luar pun mengikuti, berlari melewati dua screen berlapis lawan agar shooter mereka lepas dari penjagaan. Setelah itu Lucas muncul di sisi kiri perimeter, tepat di luar garis 3 poin, yang langsung dibaca oleh posisi point guard.

Dengan gerakan center yang mengecoh lawan, Lucas berhasil mengambil bola yang dioper oleh point guard dan menembakkan 3 poin tanpa kesulitan. Setelah poin itu, posisi Lucas menjadi terlihat. Mereka tak lagi meniadakan Lucas dari pertandingan. Tim mereka akhirnya berhasil unggul walau hanya dengan 2 poin.

“Gimana lutut, sakit nggak?”

“Nyeri, dikit.” jawab Lucas lalu meminum minuman elektrolitnya.

“Sini, biar gue—”

“Amori aja. Lo udah dapet kabar belom?” Dani memutar matanya malas. Sejak ada Amori, Lucas jadi seolah tidak membutuhkannya lagi. Apalagi tadi malam, saat dirinya sampai tega diusir dari kediaman. Padahal dia bisa saja tidur di sofa yang ukurannya cukup besar untuk tubuhnya yang tidak sebesar Lucas.

“Udah, tadi gue nelfon buat nitip bandage lo yang ternyata habis. Katanya dia udah mau on the way.” Lucas mengangguk, lalu mengusap keringatnya dengan handuk. Tak lama, Amori datang. Dani langsung berlari dan mengambil alih tas besar yang gadis itu bawa.

“Mor, katanya lutut Lucas agak nyeri, tolong kamu kasih spray terus bandage ulang. Saya mau ketemu Tyler dulu, untuk ngomongin soal jadwal fisio Lucas lusa.” walau kebingungan, Amori tetap mengangguk patuh. Ia mendekat ke arah Lucas yang seperti bisa, menatapnya lekat, lalu mengambil sebuah tas yang biasa Dani bawa kemana-mana.

Ia kemudian berlutut, mengusap keringat pada paha hingga betis Lucas dengan hati-hati lalu menyemprotkan cold spray di sekitar cederanya.

“Kamu nggak keringetan hari ini.” kata Lucas terdengar puas, karena Amori mengikuti ucapannya agar datang menggunakan taksi.

Sementara itu Amori gugup, tapi ia tetap mendongak dan menatap langsung pada mata Lucas yang juga sedang menatapnya. “Gimana, enakan?” katanya dengan bahasa Indoneisa yang kelewat santai. Membuat Lucas terkekeh kecil ketika melihat Amori tiba-tiba bersemu setelah sadar apa yang ia lakukan.

“Gapapa, saya yang minta kamu untuk santai.” Amori tak membalas ucapan Lucas yang terdengar penuh humor itu. Dengan gugup yang berlipat dua ia mengambil bandage dan memakaikannya pada Lucas. Setelah pekerjaannya selesai, Amori berniat untuk pergi. Menenangkan degup jantungnya yang entah mengapa selalu liar jika berada di sekitar Lucas.

Namun belum sempat beranjak kemanapun, tangannya di tahan. Masih di posisinya yang berlutut di depan Lucas, dagunya ditarik naik. Membuat netra mereka kembali bertemu. Lucas menatapnya dalam, dengan senyum tipis yang menghiasi wajah tampannya.

“Hmmm, Lucas maaf, tapi—”

“Kamu, kenapa berubah jadi pemalu begini?” setelah ucapan itu, seluruh rambut tipis di tubuh Amori meremang. Ia merasa familiar akan sesuatu, tapi apa?

***

Bersambung....

1
Lory_kk
Semangat thor, jangan males update ya.
Hazel Nolasco
Ngangenin deh ceritanya.
Luna_UwU
Saya butuh lanjutannya, cepat donk 😤
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!