Jangan mampir di masjid ini. Sudah banyak yang mengalaminya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon David Purnama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Nama Pertama
Ada lima nama beserta tempat tinggalnya yang ditulis oleh Daud. Lima nama yang benar-benar valid menurutnya sebagai seorang mantan wartawan. Daud tidak memasukkan nama yang berupa gosip atau pun yang tidak meyakinkan sama sekali.
Orang-orang yang akan Daud dan Edo datangi bisa dipercaya kejujurannya. Tidak akan mereka berbohong, mengada-ada dan mengarang cerita.
Orang pertama yang ditulis di kertas kosong itu adalah 1. TURUKI RT06/RW02. Pria paruh baya yang masih satu kampung dengan Daud. Kakek pensiunan seorang pegawai negeri itu sekarang tidak sibuk apa-apa. Hanya di rumah saja bersama istrinya yang juga sudah tua.
Daud semasa kecil pernah mendengar cerita dari almarhum kedua orangtuanya bahwa dulu Turuki yang masih kecil pernah hilang. Kemudian Turuki kembali ke rumah setelah tiga hari dicari-cari oleh warga tetapi tidak ketemu. Ketika ditanya habis darimana selama tiga hari tidak pulang itu Turuki yang masih berusia enam tahun menjawab kalau dia barusan main di masjid.
Tidak hanya Daud. Cerita itu sudah sering di dengar oleh orang-orang satu kampung. Karena sudah saking lamanya mungkin orang-orang juga sudah melupakannya. Dan ini untuk pertama kalinya Daud akan bertanya sendiri kepada Turuki setelah lebih dari lima puluh tahun yang lalu peristiwa itu terjadi. Semoga Turuki yang sudah tua masih mengingat detail kejadiannya.
Alamat yang pertama akan didatangi oleh Daud dan Edo adalah rumah pak tua Turuki mantan pegawai kecamatan.
"Kita jalan kaki saja rumahnya dekat", kata Daud.
Sebelum sampai di rumah Turuki dua kawan lama itu terlebih dahulu mampir di pedagang buah. Daud membelikan jeruk manis sebagai oleh-oleh.
"Assalamualaikum",
"Waalaikumsalam",
"Kamu Daud tumben pagi-pagi",
"Iya Bu Turuki",
"Bapak ada?",
"Bapak ada siapa temannya?",
"Kenalkan Edo Bu Turuki teman di koran dulu",
"Edo Bu",
"Masuk-masuk duduk dulu biar ibu panggilkan bapak",
"Ini ada oleh-oleh Bu Turuki",
"Kamu Daud terimakasih beda gang saja pakai bawa buah tangan",
"Memangnya kamu habis darimana Daud?",
"Kemarin habis ikut anak-anak mancing",
"Harusnya ikan yang dibawa",
"Ikannya masih kecil-kecil",
Bu Turuki meninggalkan Daud dan Edo di ruang tamu untuk memanggil orang yang mereka berdua cari. Pak Turuki.
"Daud",
Si tua Turuki menemui dua orang tamunya.
"Apa kabar pak Turuki sehat pak?",
"Alhamdulillah",
"Ada apa ini pagi-pagi sudah kemari berdua lagi?",
"Apa maunya?",
"Teman aku dari koran dulu pak Turuki namanya Edo",
"Edo ini mau wawancara bapak buat ditayangkan di channel YouTube nya",
"Iya benar pak namaku Edo pak temannya mas Daud",
"Nama channel kamu apa?", tanya Pak Turuki yang juga terkadang nonton hp.
"Mata Edo pak Turuki",
"Mau tanya apa nak Edo?",
"Mohon maaf pak aku mau tanya peristiwa waktu bapak Turuki masih kecil dulu",
"Waktu bapak hilang di masjid berhantu",
"Oh cerita itu",
"Jadi kamu buat konten horor?",
"Itu kejadiannya sudah sangat lama",
"Jadi seperti ini ceritanya",
Peristiwa itu terjadi kurang lebih lima puluh tahun silam ketika Turuki masih berusia enam tahun. Katakan saja pada akhir tahun 1970an.
Turuki adalah seorang anak kepala desa. Tidak heran jika anak kecil itu memiliki apa yang tidak dimiliki oleh anak-anak pada umumnya.
Sepulang sekolah rakyat SR Turuki seperti biasanya langsung pergi dari rumah untuk bermain bersama teman-temannya yang lain. Di kampung itu hanya Turuki yang bersekolah.
Turuki datang ke lapangan dimana teman-temannya biasa bermain. Tapi di hari itu teman-teman Turuki tidak ada satu pun yang berada di sana.
Kemudian Turuki mencari mereka di kali besar (sungai). Tapi tidak ada juga.
Masih ada satu tempat lagi yaitu di kebon yang banyak pohon kopinya. Biasanya mereka bermain petak umpet di dalam sana.
Hasilnya sama Turuki tidak menemukan teman-temannya.
Karena sudah lelah Turuki memutuskan untuk pulang saja ke rumah dan bermain bersama adiknya yang masih bayi.
Dalam perjalanan pulang ke rumah Turuki melihat ada sebuah surau (tempat ibadah) di pinggir jalan besar. Surau itu terlihat sangat cantik. Tidak seperti surau di kampung Turuki yang bangunannya sudah tua. Turuki menyebrang jalan besar untuk mendatangi surau di pinggir jalan itu.
Di surau itu Turuki bertemu dengan seseorang nenek yang mengenakan pakaian serba putih. Nenek itu sedang menyapu halaman surau yang dipenuhi daun-daun kering.
"Arep opo kowe rene le?",
(Mau apa kamu datang kemari anak kecil?)
"Mesjite apik mbah aku arep dolanan",
(Surau nya bagus nek aku mau main)
"Yo wes kono aweh nanging nek wes wayah adzan kowe mulih yo le",
(Ya silahkan boleh tapi kalau sudah adzan kamu pulang ya anak kecil)
"Njih mbah",
(Siap nek)
Turuki masuk ke dalam surau yang cantik itu. Di dalam surau yang luas itu Turuki berlari-lari.
Turuki semakin senang ketika ada anak-anak kecil lain yang masuk dan mengikutinya. Bermain kejar-kejaran di dalam surau.
"Allahu Akbar Allahu Akbar",
Suara adzan berkumandang. Nenek yang berpakaian serba putih itu masuk ke dalam surau untuk menegur anak-anak kecil yang masih asyik bermain dan lupa waktu.
"MULEH!",
(Pulang!)
Teriak nenek berpakaian serba putih yang masih memegang sapu.
Anak-anak kecil berhamburan berlari keluar surau. Termasuk Turuki yang berlari sekencang-kencangnya untuk pulang ke rumah.
"Kenapa Pak Turuki bisa sampai lari terbirit-birit?", tanya Daud.
"Suara nenek itu sungguh menakutkan",
Sewaktu Turuki kecil sampai di rumah. Orangtua Turuki dan warga sekampung senang tapi juga heboh.
"Kamu habis darimana Turuki?",
"Aku habis main dari surau di pinggir jalan besar",
"Kamu itu sudah hilang tidak pulang selama tiga hari",